Skip to main content

Posts

Showing posts from 2020

In The Blood (2016)

Yang satu ini memang benar-benar drama banget . Kebangetan dramanya. Konflik utama dalam film ini sangat kalem sekali. Tidak meledak-ledak. Dan, bagi Movielitas, drama film ini terasa datar hambar saja. Sebenarnya film ini menceritakan realita. Movielitas pernah berada di posisi Simon, sang karakter utama dalam film garapan sutradara Rasmus Heisterberg ini. Menceritakan seorang Simon sebagai mahasiswa kedokteran. Memiliki serta hidup di sebuah apartemen bersama ketiga kawannya. Mabuk, merokok, mencuri, dan bercinta seks menjadi gaya hidup.   Dan, pada satu titik ada batas khilaf. Overall, drama remaja yang bisa jadi kaca refleksi bagi yang pernah “nakal” seperti karakter utama di dalamnya. Secara drama, bukan selera Movielitas. In The Blood (2016) - 5/10

Battle Of The Year for Beat boys

Sebuah film dokumenter seputar bagian dari budaya hip-hop yaitu breakdance . Sebelum era tari modern saat ini, pernah ada fenomena yang “mewabah” hampir ke seluruh dunia yaitu breakdance. Menurut Movielitas, breakdance sendiri adalah sebuah seni tari era 90an dengan pasangan beat / irama musik disco/hip hop di era itu. Ambil contoh beat dari lagu milik grup Snap! dengan The Power , atau juga CC Music Factory dengan hits Everybody Dance Now , atau juga gaya beat rap milik 2LiveCrew juga Run DMC . Dimana breakdance ini memerlukan factor kelenturan, kecepatan, kekuatan otot kepala-lengan-perut, dan keseimbangan. Film dokumenter ini mengangkat kisah seputar turnamen breakdance   disebut Battle Of The Year di tahun 2005. Dimana turnamen BOTY saat itu menyaring grup breakdance dari beberapa negara dari benua Asia, Eropa, hingga Amerika untuk kemudian dipertemukan di arena breakdance internasional di Jerman.   Fokus cerita secara bergantian ada pada sudut pandang sisi penggiat breakdanc

Saat perut bumi merespon ambisi ekonomi

Kadang bagi Movielitas sulit menggambarkan kategori sebuah film disebut “menarik” atau bagus. Biasanya mengandalkan indera perasaan. Ciri mudah sebuah film disebut menarik atau bagus atau layak ditonton bagi Movielitas adalah mampu menarik perhatian secara utuh menikmati serta menghayati juga mengerti memahami plot serta alur jalan cerita. Apalagi sekarang di era gawai, dimana seringkali perhatian fokus menonton film akan mudah sekali terdistraksi oleh handphone. Ini adalah kali ketiga Movielitas menikmati suguhan bagus dari duet sutradara Peter Berg dan aktor Mark Whalberg. Sekali lagi harus diakui, keren. Bagus. Dan, ketiga nya film duet Peter Berg-Mark Whalberg yang pernah Movielitas tonton semuanya bagus. Semuanya menjadi favorit Movielitas. Dan, hebatnya lagi, ke-semuanya dari ketiga film itu based on true event . Setelah konflik perang , lalu tragedi   bom di tengah acara kota , kali ini film Peter – Mark berkisah tentang sebuah tragedi kebocoran minyak yang diklaim sebagai ke

Ketika hari tidak mau berganti

Masuk sedikit demi sedikit menikmati alur cerita, film ini langsung mengingatkan Movielitas pada gaya cerita film Premonition nya Sandra Bullock, atau Triangle , atau juga bisa pada konflik di film Final Destination . Film ini berporos pada konflik yang dialami karakter Samantha Kingston mengalami deja-vu berulang-ulang. Samantha “harus terpaksa” menjalani 12 Februari secara berulang-ulang. Film ini bisa jadi seolah mengajak penonton nya untuk merenung atau ikut merasakan bagaimana bila mengalami hal yang sama dengan tokoh utama dalam film garapan sutradara Ry Russo-Young ini. Pasti akan pusing dan stres juga ketika bangun di pagi hari masih tetap tak beranjak "dewasa". Kejadian di hari itu akan terus sama, kita harus melalui kejadian-kejadian di satu hari, hari demi hari. Di satu sisi akan mengasyikan tapi di sisi lain akan jatuh pada emosional. Seolah-olah kita masuk ke dunia teka-teki dan harus mencari tahu sendiri apa penyebab hari tidak mau berganti. Yang membedak

Masih harus kembali ke sekolah

Film ini (masih) termasuk jenis film sekuel yang   “belum” bisa menandingi kesuksesan seri pertama-nya . Menurut Movielitas, kualitas cerita maupun konflik di seri pertama, jauh lebih baik dan bisa dinikmati. Sedangkan disini, jualannya sudah dapat dipastikan hanya kekonyolan semata. Soal plot, alur cerita dan konflik sudah dibuang jauh. Di sekuel ini terasa sekali hanya sekedar menjual dan berporos pada jenis komedi Stephen Chow saja. Tidak ada lain. Satu-dua jokes khas Chow disini , masih bisa mengundang senyum tawa untuk sekedar melepas stress.  Overall, cerita film komedi klasik ini jauh dari “serius” dan just full of jokes . Dibandingkan dengan seri perdana-nya, kalah jauh. Fight Back To School 2 (1992) - 5/10

Lagu rindu mengalun cemburu di antara tetangga baru dan sang pemburu

Apa yang menarik dari film Disturbia ? Movielitas akan menjawab karena film-nya memang menarik. Racikan nya pas. Dibintangi aktor Shia Labeouf yang fisik dan aktingnya bisa masuk ke situasi konyol   komedi romantic sekaligus masuk ke situasi drama kriminal. Duet dengan Sarah Roemer yang mengisi bagian karakter “hot sexy” nya. Ditambah dengan plot cerita, alur serta konflik yang berurutan tertata baik. Dari konflik menjadi rumah tahanan, jatuh hati kepada tetangga yang harus diakui sangat seksi sekali, lalu harus menyadari bahwa ada ancaman bahaya di dekat rumah tinggal. Ada lagi, dan ini yang mungkin juga paling berkesan bagi Movielitas hingga saat ini. Yaitu soundtrack . Dari jajaran lagu soundtrack dalam film besutan sutradara D.J. Caruso ini, satu lagu yang paling “menancap” di syaraf otak Movielitas adalah lagu Lovin’ You dari Minnie Riperton .  Sebenarnya lagu Lovin’ You sendiri merupakan single lawas sekali. Diproduksi tahun 1974. Tapi memang, Movielitas pertama kali men

Rekaman medan perang menjadi tiket sepanggung dengan Destiny Child

Kesan pertama kali melihat poster film nya, memunculkan ekspektasi akan suguhan perang minimal drama perang di film besutan sutradara Ang Lee ini. Tapi, ternyata meleset. Meleset jauh. Pertanda ekspektasi meleset diawali dengan kemunculan aktor Chris Tucker yang Movielitas kenal dari aksi laganya bersama Jackie Chan . Padahal, peran Chris disini pun sudah dibuat sangat serius, namun tetap saja berhasil merubah atmosfir film terasa seperti film drama komedi. Dan, faktor yang menghapus kesan drama perang serius ini adalah kemunculan Steve Martin, yang sering muncul di film-film komedi keluarga. Menurut Movielitas, pemilihan Chris Tucker dan Steve Martin di genre film ini terasa kurang tepat. Movielitas menilai plot cerita dengan inovasi konflik di dalamnya, kurang begitu menarik. Adegan demi adegan terasa kaku. Sangat kaku. Dan, yang paling mengganggu bagi Movielitas adalah pengambilan gambar full face close-up . Pemilihan aktor-aktor muda untuk karakter “militer” juga kurang begitu

The Spell

Pertama kali masuk ke awal cerita, Movielitas teringat gaya film Disturbia . Dan, ternyata memang diakui dalam salah satu adegan dialog di dalam cerita. Seorang remaja, Daniel, menjadi tahanan rumah. Pasal yang dituduhkan adalah karena kasus hacking yang dilakukan Daniel kepada akun sosial media milik Mona Wilson. Sayangnya, tak berapa lama, Mona Wilson diketahui bunuh diri. Konflik film ini langsung berubah menjadi horror. Tapi, karakter Mona Wilson kurang terasa bisa berbaur dengan cerita, dikarenakan dari awal memang samar-samar, tiba-tiba bunuh diri. Horor yang disuguhkan rasanya biasa saja. Standard . Gaya kamera pengambilan sudut adegan cukup modern dan rapi. Sayangnya, kurang didukung dengan kualitas konflik dan horor yang mumpuni. Juga film ini menyelipkan plot twist sebanyak dua kali. Tapi tetap saja, versi Movielitas, masih terasa datar hambar. Kurang maksimal dalam kualitas konflik horor. Overall, dibandingkan dengan Disturbia, too far . So far .  Dark Summer (2015) - 5

Lagu syahdu untuk drama perang

Bicara tentang film Lone Survivor tidak cukup hanya sebatas kisah epic dan kerjasama apik antara sutradara Peter Berg dan Mark Whalberg, tapi juga soundtrack nya. Setidaknya bagi Movielitas, kesan pertama kali menonton film ini yang mencuri perhatian adalah intro film. Sebuah lagu instrumental dari sebuah band yang mungkin kurang begitu populer , Explosions in the Sky berjudul Waking Up . Ukuran lagu bagus untuk Movielitas sendiri adalah tidak perlu dua-tiga kali mendengar , apabila sudah menancap di kepala saat pertama kali mendengar, berarti bagus.    Tak lama berselang, Movielitas juga menemukan sebuah lagu di Youtube yang hampir sebelas-dua belas dengan lagu milik Explosions in the Sky. Dan untuk satu ini, jauh lebih tidak populer lagi. Bisa jadi, yang membawakan lagu ini adalah Little Clubthing dan diberi judul Sadness . Bagi Movielitas lagu Sadness ini hampir mirip "dramatis" nya dengan lagu Waking Up. Dan, hampir selama beberapa waktu dua lagu ini menduduki play

Mengejar film bioskop yang hilang

Sebuah suguhan horror yang memakai template horror level B. Kurang lebih template plot cerita nya memakai rumus basic, sexy + sadis = horror. Sudah begitu saja. Berkisah tentang sebuah film yang mendadak hilang dari peredaran dikarenakan cerita pembunuhan sadis di balik pembuatannya. Jadi mudahnya, film ini bercerita tentang sebuah film. Akar konflik film ini mengingatkan Movielitas pada film Incubus. Dimana konfliknya kurang lebih “mencari gara-gara” atau terjebak karena ulah sendiri. Konyol sih, tapi namanya juga film. Dan, film ini bisa dibilang (sepertinya) sarat dengan adegan dewasa, dilihat dari durasi yang sangat pendek untuk ukuran film dalam VCD normal. Sudah banyak tergunting sensor. Overall, horror yang tidak jauh-jauh dari unsur keberanian aktris beradegan seksi dan mandi darah sebagai simbol kesadisan.  The Hills Run Red (2009) - 4/10

Pierre dan cinta segitanya

Kata narasumber yang enath bisa dipercaya atau tidak, ukuran film yang termasuk kategori “kurang” menarik bagi selera orang yang berbeda-beda adalah bisa menjadi obat tidur. Movielitas sendiri mempercayai fakta tersebut. Sering Movielitas memutar ulang film favorit, bahkan sampai tidak ditonton pun biasanya tidak bakal tertidur di tengah-tengah putaran film. Kali ini ada suguhan dari negara Perancis. Sejauh yang bisa Movielitas pahami adalah berkisah tentang seorang lelaki beruntung bernama Pierre. Beruntung karena, muda tampan, kaya raya, tinggal di rumah model istana megah, dan memiliki kekasih cantik. Diceritakan bahwa Pierre ini akan melangsungkan pernikahan dengan kekasih nya. Namun, sebelum acara pernikahan berlangsung, Pierre malah dipertemukan dengan seorang wanita misterius, yang ternyata mengaku sebagai saudara kandung. Namanya cerita, fantasi seseorang bisa saja menjadi tinggi bahkan akan sulit dipahami pada titik tertentu. Sama juga di film ini. Sepanjang durasi awal, M

Penalti Berdarah

Kali ini berbeda dari biasanya, Movielitas ingin membahas seputar video Youtube, yang setidaknya menarik untuk selera Movielitas. Setelah lama mengeksplor menelusuri pelosok-pelosok Youtube, Movielitas menemukan sebuah video komedi olahraga. Lumayan untuk hiburan. Dan video ini langsung menjadi favorit Movielitas. Yaitu video yang diupload oleh channel Studio C . Video yang menjadi favorit Movielitas ini adalah sebuah short film tentang pertandingan bola, dimana untuk menentukan klub pemenang harus melalui adu penalti.   Alasan Movielitas menyukai video ini adalah karena tidak hanya kelucuannya tapi juga ke-sederhana-annya.   Meskipun durasi pendek tapi digarap dengan baik untuk ukuran video Youtube. Sangat serius dan tidak main-main hingga kita akan dibawa ke suasana pertandingan bola "yang sebenarnya". Studio C sendiri punya banyak video. Tapi yang Movielitas suka adalah versi adu penalti penuh dramatis ini. Sebenarnya, banyak sekali video Youtube seputar comedy Footb

Misteri dibalik salah satu keajaiban karya manusia di dunia

Ada dua nama aktor yang membuat Movielitas menaruh ekspektasi lebih dari film kolaborasi Hollywood dan Cina. Yaitu Matt Damon dan Andy Lau. Ada lagi nama Willem Dafoe, tapi untuk Movielitas entah kenapa   di film ini peran Willem Dafoe seperti kurang penting, ada atau tidak adanya karakter Dafoe, sepertinya tidak bakal pengaruh banyak. Film megah yang jauh dari ekspektasi Movielitas. Bayangan awal Movielitas melihat judulnya, The Great Wall, film ini akan menampilkan kisah di balik Tembok Besar yang ada di Cina. Dan, memang cerita dalam film ini ada hubungannya tentang Tembok Besar Cina tersebut namun bukan tetang pembangunan atau sejarah berdirinya, melainkan sejarah yang mungkin “jarang” diketahui orang. Untuk ukuran Movielitas, tidak menarik. Background cerita, alur cerita, CGI spesial efek, ataupun konfliknya, kurang tepat menurut Movielitas. Ternyata dalam sejarah Tembok Besar Cina, ada “campur tangan” kisah monster. Bisa jadi. Tapi, penggambaran monster di film ini yang dib

Antara polisi menyamar menjadi penjahat dan penjahat menyamar menjadi polisi

Kalau di dunia musik, bagi yang paham atau setidaknya mengerti cara bermusik, pasti mengenal dengan istilah progresi chord. Misal, secara umum ada progresi chord simple, C-F-Am-G atau dengan variasi C-G-Am-F dan seterusnya. Begitu juga dengan film kali ini. Sangat simple dan aliran mainstream. Film aksi laga, tapi bila boleh langsung jujur, koreografi laga tarung-nya kurang cantik. Konflik cerita-nya tidak rumit. Alur cerita-nya mungkin bisa ditebak melalui judul Sleepless alias tidak tidur. Cerita utamanya ada di semalam suntuk. Bad Cops Good Cops . Berpusat pada karakter Vincent Downs yang diperankan oleh Jamie Foxx. Dilema Vincent Downs menjadi seorang polisi, menyamar menjadi penjahat, lalu oleh polisi lain menjadi terlihat seperti dirty cops, di satu sisi anaknya disandera penjahat. Overall, film ini sebenarnya ingin memberi twist tentang “ who’s the guy ?” Tapi bagi Movielitas, jatuhnya hambar saja. Tidak menarik. Mungkin seperti disebutkan di atas, pola cerita nya terlalu ma

Cara mengubah dunia

Bisa dibilang film ini merupakan karya kedua seputar The Almighty dari sutradara Tom Shadyac setelah sebelumnya menggarap Bruce Almighty (yang ini Movielitas belum menonton). Dan Steve Carell disini juga menyambung kesuksesan film 40 years Old Virgin . Berkisah tentang seorang anchor yang beralih ke dunia politik. Setelah sukses terpilih Baxter kemudian memanjatkan sebuah doa yang sederhana tentang keinginannya untuk mengubah dunia. Dimulai dari doa dan clue angka 6-1-4, petualangan “doa yang dijawab Tuhan” dimulai. Film komedi bernuansa cerah ini memakai gaya alur cerita yang cepat dan rapat langsung ke sasaran. Konflik yang dibangun tidak rumit untuk diikuti. Penyelesaian konflik demi konflik berlangsung singkat padat dan rapat. Dari sisi komedi, tidak sampai atau masih jauh jika dibandingkan dengan gaya komedi Ben Stiller. Mungkin yang heboh dari film ini adalah penggunaan CGI spesial efek yang tidak main-main. Selain spesial efek, hal lain yang mencuri perhatian adalah soun

Carut Marut The Institute

Pertama, ternyata ada nama besar di belakang film ini. James Franco. Tidak tanggung, James disini berdiri sebagai aktor, produser dan sekaligus menyutradarai. Ditambah tag based on true events . Lengkap. Movielitas pun penasaran. After taste , harus diakui kelas James Franco lebih pas menjadi aktor berbakat.   Melihat alur cerita film ini, terasa seperti melihat akting pertunjukkan ala di panggung. Beberapa scene, akting para pemainnya terasa kaku lucu. Alur cerita hambar. Mau horror tidak dapat, drama juga tidak pas. Konflik cerita-nya ikut menjadi kurang menarik lagi. Yang menarik, ada nude scene nya. Pemanis. Dan.....ternyata ada Pamela Anderson. Hanya sayangnya, karena background cerita mengambil setting tahun pra 1900an, akhirnya penampilan Pamela Anderson kurang "menonjol" dibandingkan di Baywatch. Overall, next film please… The Institute (2017) - 4/10

Sebelum mata tertutup...

Sebuah film dengan gaya alur cerita yang seikit unik. Tak beraturan dan berpindah-pindah. Berfokus pada satu karakter, Diana, hanya saja dibagi dua bagian yaiutu segmen Diana remaja dan Diana dewasa. Sepanjang cerita, menyuguhkan perpindahan cerita dari karakter Diana dewasa lalu ke Diana remaja, berpindah ke Diana dewasa, kembali ke remaja, dan seterusnya.   Dan, semua konflik diawali dari sebuah tragedi di sekolah Diana pada waktu remaja. Memang jatuhnya, film ini berharap twist yang dimunculkan di akhir akan terasa manis. Menurut Movielitas, memang ada twist, tapi tidak begitu terasa “manis”. Biasa saja. Overall, bagi Movielitas film ini memiliki alur cerita unik dengan plot cerita yang lumayan bagus kemudian dilengkapi dengan ending twist. Dan, menurut Movielitas juga, kalau twist-nya digeser ke aroma misteri horor mungkin lebih greget. The Life Before Her Eyes (2007) - 6/10

Salah bahasa bisa berakibat fatal

Harus diakui bila genre film seperti ini kadang sulit sekali masuk dengan selera Movielitas. Kesan pertama yang langsung mencuri perhatian Movielitas, lokasi rumah yang dipakai untuk karakter utama Louise Banks disini sangat keren. View -nya andalan yang sangat syahdu. Movielitas berharap kelak bila ada umur, Movielitas ingin punya rumah peristirahatan seperti milik guru bahasa cantik Louise Banks ini. Berikutnya, dan tak kalah penting pastinya, permainan spesial efek disini sangat keren. Khas Hollywood. Hingga pertengan jalan cerita, Movielitas spontan teringat pada gaya cerita film Contact , E.T , dan War Of The Worlds -nya Tom Cruise. Kurang lebihnya, ketiga film itu dipotong tipis-tipis lalu diogoreng dalam satu wadah film ini. Tema perkenalan dengan alien di Contact dengan Jodie Foster-nya sebut saja versi analog, lalu dikembangkan secara digital disini. Lalu ada Heptapods yang sekilas mirip dengan penampakan di War Of The Worlds. Dari segi plot alur cerita, Movielitas k

Lessons in Love

Sebuah karya film dari negara kincir angin, Belanda. Kesan pertama yang Movielitas tangkap, keren. Bagus. Film bergenre drama psikologis dari karakter utama, Soof, yang mencapai titik di usia 40an. Mulai merasa “ insecure ” terhadap fisik dan masalah rumah tangga. Sayangnya, untuk penyebab awal konflik, sang suami Kasper, malah kurang begitu menangkap “ke-insecure an” sang istri. Konflik dimulai dengan hadirnya “orang ketiga” yang masuk dalam kehidupan Soof dan melihat Soof justru sebagai wanita yang sangat menarik. Movielitas sangat suka dengan model konflik seperti disini. Ringan saja. Bumbu komedi bisa dilihat dari posternya yang meniru gaya AmericanBeauty . Racikan bumbu komedi-nya pun ringan, bisa menarik senyum sedikit dari konflik punya anak kecil, masalah percintaan dan flirt-ing sedikit. Satu lagi, disini tidak ada karakter baik dan buruk. Jadi, konflik yang dihadirkan adalah konflik sehari-hari yang sangat manusiawi, apalagi di jaman teknologi seperti saat ini. Semua orang

Tragedi 05 April 2013

Bagi Movielitas, ini adalah kali kedua menonton karya film duet antara sutradara Peter Berg dan aktor Mark Whalberg. Setelah sebelumnya, Lone Survivor . Dan, Movielitas sangat suka mengulang menonton Lone Survivor berkali-kali. Masih kali ini, duet Peter – Mark mengangkat tema dari kisah nyata memilukan yang terjadi di bulan April 2013 tepatnya di Boston Amerika Serikat. Dimana tragedi tersebut kemudian dikenang dunia sebagai Boston Marathon Bombing. Tentu saja, seperti biasa, film dengan tag based on true story selalu membuat penasaran tersendiri bagi Movielitas. Untuk tragedi Boston sendiri, Movielitas mengetahui namun tidak mengikuti perkembangan berita nya pada saat itu. Pada waktu itu, Movielitas hanya mengikuti perkembangan kasus bom tersebut hingga kemunculan berita tentang tersangka yang tertangkap oleh beberapa kamera CCTV yang tersebar di sekitar TKP. Dalam review kali ini,Movielitas tidak membahas seputar motif atau latar belakang ataupun opini seputar tragedi 05 Apri

Project X (Original Motion Picture Soundtrack)

Film Project X , salah satu playlist favorit film Movielitas. Alasannya, simple dan berani beda. Simple karena setting-an timeframe film ini hanya satu malam. Beda karena film ini memakai gaya personal footage atau personal documentary . Love it . Konflik utama film Project X ini cukup keren. Berangkat dari niat “sederhana” malah meledak menjadi hingar bingar tak tertahankan.   Apakah film ini merupakan kisa nyata? Tidak ada tag yang disematkan. Hanya saja ada berita online –nya yang menyinggung keberadaan film Project X ini. “Project X is reported to have been inspired by the story of Corey Delaney, a 16-year-old in Melbourne who held a party in his parents' house after announcing it on MySpace. Five hundred people turned up, and clashes with police broke out. Like Thomas, Delaney became a media star." (Dikutip dari the guardian) Karena mengangkat tema party all night long , pastinya akan hambar bila tanpa deretan musik pengiring. Akan semakin pahit, bila musik yang

Pengalaman yang bikin ngilu dari seorang petinju

Sebuah film biografi dari seorang atlit tinju bernama Vinny Pazienza. Bagi Movielitas yang memang bukan pecinta olahraga tinju, nama besar Vinny Pazienza masih belum familiar. Mungkin bagi para pecinta dunia tinju, nama Vinny Pazienza atau Vinny Paz ini memiliki catatan tersendiri di jagat raya pertinjuan dunia. Kesan pertama yang muncul after taste nya adalah ada beberapa hole. Dilihat dari jejak digital, karakter Vinny di luar ring adalah sebagai pecandu judi dan playboy. Sayangnya, menurut Movielitas, karakter gambler dan playboy tersebut kurang begitu kuat terpasang pada karakter Vinny di film ini. Atau bisa dikatakan juga, karakter Vinny sebelum masuk ke konflik utama disini jauh dari sosok kontroversial . Bahkan masih dibilang “ good boy ” untuk ukuran gambler ataupun playboy. Karakter Vinny disini digambarkan sangat dekat dengan keluarga besar. Konflik utama film garapan sutradara Ben Younger ini dimulai dari sebuah kecelakaan mobil yang menimpa Vinny dan berakibat cukup

Never - Say - Never (Ost. Karate Kid 2011)

  Banyak hal yang bisa Movielitas dapatkan setelah menonton film Karate Kid versi 2011 ini. Sebenarnya versi lawas-nya, Movielitas sempat sekilas menonton hanya sudah lupa. Yang bisa Movielitas ingat adalah pemeran “suhu” Kungfu versi lawas adalah Pat Morita. Movielitas ingat aktor Pat Morita ini adalah pemeran detektif serial O’Hara. Senada dengan versi lawasnya (1984), di versi 2011 ini juga memberikan edukasi seputar ilmu bela dir Kungfu. Bahwasanya menurut para guru di film Karate Kid ini, ilmu Kungfu itu berasal atau bisa dipelajari dari kegiatan remeh temeh sehari-hari. Kalau di versi 1984 nya, kalau tidak salah ingat, melatih Kungfu melalui kegiatan sehari-hari adalah dengan mengepel. Selain faktor plot cerita yang sangat easy watching , ringan, laga aksinya tertata bagus dengan sedikit unsur komedi, Movielitas juga terkesan dalam dengan penataan lagu-lagu sebagai soundtrack . Enak. Di bagian pembukaan awal-awal cerita, ada lagu John Mayer dengan Say. Yang kalau ditelusuri j

Kisah dari The Autopsy Of Jane Doe 2016

Sebuah karya film horror tahun 2016 silam. Untuk yang mungkin belum tahu, Jane Doe sendiri merujuk pada identitas jenazah wanita yang diketemukan tanpa identitas. Sedangkan bila penemuan jenazah itu berjenis kelamin laki-laki maka dipanggil nama samaran John Doe.  Menurut Movielitas, film garapan sutradara Andre Ovredal ini sangat bagus. Kategori film ini masuk ke dalam jenis film favorit pilihan Movielitas. Salah satu alasannya adalah timeline cerita film ini yang berjalan dengan setting -an waktu semalam saja. Lokasi cerita pun hanya mengambil di satu tempat saja. Simple padat jelas. Berkisah tentang seorang ayah dan anak keluarga Tilden yang berprofesi sebagai ahli bedah otopsi jenazah, yang pastinya untuk keperluan penyelidikan. Konflik dimulai ketika keluarga Tilden menerima tugas untuk otopsi satu jenazah wanita tanpa identitas. Dan konflik berjalan menarik.  Movielitas membagi film ini menjadi 2 bagian besar. Bagian menarik dan bagian tidak menarik. Boleh dibilang dengan gra

Sausage Cheese Egg Toast

Kalau ada yang sudah pernah menonton film Miracle of GivingFool yang dibintangi duet Cha Tae-hyun and Ha Ji-won, mungkin masih ingat ada beberapa adegan yang menceritakan karakter yang dimainkan Cha Tae Yun berprofesi sebagai penjual makanan. Istilah nya street food . Kalau diperhatikan, sepertinya lezat dan sederhana. Tanpa disengaja, beberapa waktu lalu ketika sudah mulai jenuh dengan isi halaman depan Youtube yang itu-itu saja, Movielitas mencoba mencari keyword “ korean street food like in miracle giving fool ”, dan muncul beberapa video seperti di bawah. Kelihatannya, enak banget. Sederhana. Entah apa sudah ada di sini atau belum ya. Lumayan buat ide bisnis. Jika melihat dari KFC atau McD, dimana di negara asalnya jadi makanan junkfood, pas masuk ke sini jadi “ makanan mewah wajib posting-able sebagai jati diri manusia tertinggi yang hakiki ”, siapa tahu berlaku juga untuk jenis korean street food ini. Jamin laris. Palagi yang jual mirip Cha Tae Hyun style . Mari melapar.

Maria (OST 200 Pounds Beauty)

Sebuah film produksi dari Korea yang bertemakan romantis-komedi. Karena berlatar belakang cerita dengan karakter yang berprofesi sebagai penyanyi, maka pastinya sebagai pemanis film ditambahkan beberapa lagu. Dari sekian lagu yang ditampilkan ada satu lagu yang berkesan untuk Movielitas, yaitu lagu cover milik Blondie yang berjudul Maria. Lagu lawas ini pertama kali Movielitas dengar saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah. Entah mengapa, begitu mendengar pertama kali, memang Movielitas langsung suka. Suara vokalisnya membuat bingung, antara pria atau wanita. Bahkan hingga saat ini lagu ini masih enak didengarkan. Mungkin, bagi Movielitas, karena easy listening pastinya, rancak, dan bikin bergoyang.  Di film ini, lagu Maria sedikit mengalami perubahan menyesuaikan negara-nya alias menggunakan bahasa Korea yang dibawakan lewat suara Kim Ah Joong. Jujur saja, entah mengapa lagu Blondie ini yang terpilih. Mungkin plot cerita nya dianggap cocok dengan lirik lagu produksi tahun 1999.

Detik demi detik menuju krisis ekonomi

  Film " saudara" dari Too Big To Fail , Margin Call , The Wolf Of Wall Street (2013) atau Wall Street Never Sleep . Kurang lebih berbicara tentang kisah nyata seputar dunia ekonomi Amerika khususnya dalam bidang pasar modal. Berat. That's all . Mungkin bagi pengamat ekonomi, pelaku ekonomi, ataupun yang pernah mengikuti berita jaman krisis ekonomi di Amerika khususnya soal buble property di tahun 2008, akan lebih mudah mencerna bahasa cerita film ini. Housing market, hedge fund, bonds, mortgages, credit default swap, mortgages backed securities, AAA - BB rating, synthetic CDO. #WTF Sejauh yang bisa penulis tangkap film ini menceritakan seputar detik-detik terjadinya krisis ekonomi di Amerika pada tahun 2008. Beberapa pihak ternyata sudah memprediksi krisis ini dan memberi sinyal, namun seperti kata pepatah, kebenaran layaknya puisi dan banyak orang tidak menyukai puisi. Yang sedikit mencuri perhatian adalah beberapa text scene terakhir di ending , "kejadi

Apa yang membuat manusia bersedia menjalani hidup hingga titik akhir?

Sebuah drama remaja. Berpusat pada karakter George yang sedang galau gulana dengan ke-kritis-an pikiran nya tentang masa depan dan arti kehidupan. “ …bila semuanya kelak akan dan harus mati, lalu mengapa anak manusia harus bersusah payah dalam kehidupan ini?... ” Kurang lebih seperti itu pemikiran dalam perkenalan karakter George dalam film karya sutradara Gavin Wiesen. Dampak dari ke-kritis-an pemikiran tersebut, George dengan sengaja mulai mengorbankan masa-masa indah mudanya. George juga seperti mengalami masa-masa tidak tahu harus berbuat apa sebagai pelajar. Satu-satu tanggung jawabnya sebagai pelajar ditinggalkan dan berakibat pada serangkaian teguran dari para guru. Hingga satu titik, pertanyyan kritis George terjawab dengan masalah finansial keluarga-nya dan juga kemunculan karakter Sally. Menurut Movielitas, film ini biasa saja. Konflik yang diangkat terasa ringan, tentang pemuda dan masalah hidupnya. Plot cerita juga berjalan santai dan tidak membingungkan. Paling menarik

Iman besar dalam bocah kecil

  Film ini adalah salah satu film favorit penulis. Faktor utamanya adalah karena film ini termasuk film yang sarat dengan pesan moral positif dan konflik nya "ramah". Jika dilihat dengan sudut pandang luas, pesan dalam film ini harusnya bisa diterjemahkan secara universal oleh semua penonton tanpa harus terkotakan kepercayaan. Film ini mengajarkan dua hal penting, yaitu saling mengasihi dan memiliki -sedikit saja- kepercayaan. Dan, memakai karakter utama seorang anak kecil tentu bukan tanpa tujuan. Penulis memiliki versi sendiri mengapa film ini memakai karakter anak kecil, yaitu ada perbedaan lebar antara anak kecil dan orang dewasa pada masalah percaya. Sebagai anak kecil ketika diajarkan sesuatu, begitu mereka akan sesuatu, mereka akan percaya penuh meski secara logika dewasa sangat tidak mungkin. Berbeda dengan mereka yang sudah dewasa, pemikiran mereka akan dipenuhi oleh logika yang mengalahkan kepercayaan sendiri. Semua ayat-ayat suci tentang mujizat, terasa berat diter

Mengejar rumput yang harus dicabut

  Sebuah drama kriminal Korea dengan tingkatan konflik yang kurang begitu easy catching untuk ukuran selera film Movielitas. Mungkin untuk benar-benar bisa memahami jalan ceritanya perlu lebih dari sekali menontonnya. Secara plot cerita besarnya, film ini berkisah tentang usaha duet polisi dan jaksa untuk menangkap seorang bos mafia. Karakter polisi yang ditampilkan dalam bentuk berandalan duet dengan seorang jaksa yang berpenampilan tenang dan kalem. Konflik pengejaran bos mafia ini yang bagi Movielitas terlalu ber-belit-belit. Apalagi kelemahan Movielitas dalam menonton drama Korea adalah kebingungan menetapkan nama tokoh dan posisi peran nya dalam cerita. Overall, mungkin film ini akan lebih menarik bagi pecinta drama Korea atau perlu disimak lebih dari sekali baru bisa memahami.   Running Wild (2006) - 6/10

Maybe we're crazy ....probably (Kick Ass The Movie)

  Salah satu yang memorable dari sebuah karya film selain plot cerita nya, yaitu soundtrack -nya. Setidaknya hal itu berlaku bagi Movielitas. Salah satu film yang memiliki jenis mengandung unsur lagu soundtrack yang “menancap” adalah Kick Ass dengan lagu Crazy milik Gnarls Barkley. Sebenarnya lagu Crazy ini, menurut data digitalnya, sudah tampil di beberapa film lainnya. Tapi, bagi Movielitas, justru versi yang di Kick Ass ini yang “menancap” syahdu di telinga Movielitas.   Tipe lagu bergenre upbeat , easy listening , melodic catchy , asik untuk didengarkan pagi hari sembari olahraga. Atau, kalau mau lebih syahdu, bisa juga didengarkan dengan gaya seperti adegan di film Kick Ass ini, sambil berkendara mobil. Mari bergoyang....  

Masa Kontrak Untuk Bertempur

Sebuah film drama perang konflik kepentingan di Timur Tengah era 2000an karya sutradara Kimberly Pierce. Versi Movielitas, film ini mengingatkan gaya film yang lebih modern yaitu American Sniper . Plot ceritanya berfokus pada seputar traumatis yang dialami oleh pasukan Amerika pasca ditugaskan ke medan perang tanpa mengerti apa yang diperangi. Jika memakai perbandingan American Sniper, di film ini eksekusi plot cerita ke urutan jalan cerita, menurut Movielitas seperti kaku. Konflik yang diangkat terasa hambar dan datar. Overall, konflik yang diangkat sebenarnya cukup menarik. Hanya saja, untuk jalan cerita-nya kurang begitu masuk dengan selera Movielitas. Stop Loss (2008) – 6/10

Sonata for a Good Man

  Alasan Movielitas dulu memilih film ini adalah karena rating imdb- nya yang cukup menarik. Dan, setelah vakum cukup lama, baru bisa Movielitas nikmati. Kesan pertama, sulit. Terutama pada penggunaan istilah yang terasa asing dan bahasa. Mana pihak lakon, mana pihak antagonis, susah diterka awalnya. Dan, setelah menyelesaikan menonton, ada beberapa poin penting yang bisa Movielitas tangkap. Akting dari tokoh utama Gerd Wiesler yang diperankan oleh Ulrich Muhe, sangat baik. Sepanjang film, mimik wajahnya terlihat tenang dan flat . Di awal-awal film, tokoh Wiesler justru terkesan sadis, karena background cerita seputar intelijen Jerman. Tapi, semakin ke dalam cerita, terasa beda meski tetap tampil emotionless . Plot cerita-nya kalau disederhana-kan, berbicara seputar perebutan cinta seorang aktris teater, Christa-Maria Sieland, antara seorang sutradara teater Dreyman dan pejabat negara Grubitz. Di tengah-tengah “perang cinta” tersebut berdiri karakter pusat Wiesler. Overall, Mov

Birthday Girl For Bad Day Man

Sebuah drama crime lawas yang dibalut secara “santai”. Plot cerita nya sangat sederhana. Tentang seorang pria yang berprofesi sebagai bankir, merasa kesepian dalam hidupnya karena men-jomblo, mencoba peruntungan asmara lewat online jadul dengan gadis Rusia. Menurut wikipedia, film ini beraliran erotic-comedy . Dibilang komedi, menurut Movielitas ada sedikit bumbu komedianya. Untuk unsur erotic nya, sayang sekali Movielitas mendapatkan yang versi clean -nya. Sangat clean malah. Sensor habis. Damn it. Entah karena faktor sensor, kesan film yang harusnya beraroma crime , terasa sangat amat santai untuk ukuran tema kejahatan. Contohnya karakter John yang dibawakan oleh Ben Chaplin ini, untuk peran seorang yang telah membawa lari uang bank secara terbuka terang-terangan di siang terang hari pula, terlihat begitu santai berkeliaran di kota bahkan bandara. Overall, biasa saja. Cozy love crime . Serba nanggung. Rasa crime-nya ga begitu dapat maksimal. Romantis-me nya juga tak beras

Bersaksi untuk masa jaya yang terlalu singkat

Sebuah film sejarah yang bisa dibilang salah satu unofficial-sequel dari film J.F.K . Sebelumnya mungkin ada film Bobby, kali ini mengangkat kisah tragedi penembakan Presiden Amerika tahun 1961 dari sudut pandang sang istri yaitu Jacqueline "Jackie" Kennedy. Film ini berfokus pada sisi psikologi seorang ibu negara sekaligus istri pada rentang masa pasca terjadinya peristiwa penembakan J.F.K. Menurut Movielitas, film ini cukup berhasil menyampaikan bagaimana suasana shocking atas peristiwa tersebut. Sejauh yang bisa Movielitas tangkap, ada dua kesan penting dari film ini. Diawali dengan musik yang terdengar fals seolah menyimbolkan ada suasana yang “ganjil” dengan peristiwa tersebut. Didukung dengan kualitas akting aktris Natalie Portman yang tidak perlu diragukan. Overall , film biografi singkat ini untuk ukuran Movielitas, lumayan. Poros utama film ini memang Natalie Portman, dan Natalie mampu tampil bagus. Jackie (2016) 7/10