Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2020

Lagu syahdu untuk drama perang

Bicara tentang film Lone Survivor tidak cukup hanya sebatas kisah epic dan kerjasama apik antara sutradara Peter Berg dan Mark Whalberg, tapi juga soundtrack nya. Setidaknya bagi Movielitas, kesan pertama kali menonton film ini yang mencuri perhatian adalah intro film. Sebuah lagu instrumental dari sebuah band yang mungkin kurang begitu populer , Explosions in the Sky berjudul Waking Up . Ukuran lagu bagus untuk Movielitas sendiri adalah tidak perlu dua-tiga kali mendengar , apabila sudah menancap di kepala saat pertama kali mendengar, berarti bagus.    Tak lama berselang, Movielitas juga menemukan sebuah lagu di Youtube yang hampir sebelas-dua belas dengan lagu milik Explosions in the Sky. Dan untuk satu ini, jauh lebih tidak populer lagi. Bisa jadi, yang membawakan lagu ini adalah Little Clubthing dan diberi judul Sadness . Bagi Movielitas lagu Sadness ini hampir mirip "dramatis" nya dengan lagu Waking Up. Dan, hampir selama beberapa waktu dua lagu ini menduduki play

Mengejar film bioskop yang hilang

Sebuah suguhan horror yang memakai template horror level B. Kurang lebih template plot cerita nya memakai rumus basic, sexy + sadis = horror. Sudah begitu saja. Berkisah tentang sebuah film yang mendadak hilang dari peredaran dikarenakan cerita pembunuhan sadis di balik pembuatannya. Jadi mudahnya, film ini bercerita tentang sebuah film. Akar konflik film ini mengingatkan Movielitas pada film Incubus. Dimana konfliknya kurang lebih “mencari gara-gara” atau terjebak karena ulah sendiri. Konyol sih, tapi namanya juga film. Dan, film ini bisa dibilang (sepertinya) sarat dengan adegan dewasa, dilihat dari durasi yang sangat pendek untuk ukuran film dalam VCD normal. Sudah banyak tergunting sensor. Overall, horror yang tidak jauh-jauh dari unsur keberanian aktris beradegan seksi dan mandi darah sebagai simbol kesadisan.  The Hills Run Red (2009) - 4/10

Pierre dan cinta segitanya

Kata narasumber yang enath bisa dipercaya atau tidak, ukuran film yang termasuk kategori “kurang” menarik bagi selera orang yang berbeda-beda adalah bisa menjadi obat tidur. Movielitas sendiri mempercayai fakta tersebut. Sering Movielitas memutar ulang film favorit, bahkan sampai tidak ditonton pun biasanya tidak bakal tertidur di tengah-tengah putaran film. Kali ini ada suguhan dari negara Perancis. Sejauh yang bisa Movielitas pahami adalah berkisah tentang seorang lelaki beruntung bernama Pierre. Beruntung karena, muda tampan, kaya raya, tinggal di rumah model istana megah, dan memiliki kekasih cantik. Diceritakan bahwa Pierre ini akan melangsungkan pernikahan dengan kekasih nya. Namun, sebelum acara pernikahan berlangsung, Pierre malah dipertemukan dengan seorang wanita misterius, yang ternyata mengaku sebagai saudara kandung. Namanya cerita, fantasi seseorang bisa saja menjadi tinggi bahkan akan sulit dipahami pada titik tertentu. Sama juga di film ini. Sepanjang durasi awal, M

Penalti Berdarah

Kali ini berbeda dari biasanya, Movielitas ingin membahas seputar video Youtube, yang setidaknya menarik untuk selera Movielitas. Setelah lama mengeksplor menelusuri pelosok-pelosok Youtube, Movielitas menemukan sebuah video komedi olahraga. Lumayan untuk hiburan. Dan video ini langsung menjadi favorit Movielitas. Yaitu video yang diupload oleh channel Studio C . Video yang menjadi favorit Movielitas ini adalah sebuah short film tentang pertandingan bola, dimana untuk menentukan klub pemenang harus melalui adu penalti.   Alasan Movielitas menyukai video ini adalah karena tidak hanya kelucuannya tapi juga ke-sederhana-annya.   Meskipun durasi pendek tapi digarap dengan baik untuk ukuran video Youtube. Sangat serius dan tidak main-main hingga kita akan dibawa ke suasana pertandingan bola "yang sebenarnya". Studio C sendiri punya banyak video. Tapi yang Movielitas suka adalah versi adu penalti penuh dramatis ini. Sebenarnya, banyak sekali video Youtube seputar comedy Footb

Misteri dibalik salah satu keajaiban karya manusia di dunia

Ada dua nama aktor yang membuat Movielitas menaruh ekspektasi lebih dari film kolaborasi Hollywood dan Cina. Yaitu Matt Damon dan Andy Lau. Ada lagi nama Willem Dafoe, tapi untuk Movielitas entah kenapa   di film ini peran Willem Dafoe seperti kurang penting, ada atau tidak adanya karakter Dafoe, sepertinya tidak bakal pengaruh banyak. Film megah yang jauh dari ekspektasi Movielitas. Bayangan awal Movielitas melihat judulnya, The Great Wall, film ini akan menampilkan kisah di balik Tembok Besar yang ada di Cina. Dan, memang cerita dalam film ini ada hubungannya tentang Tembok Besar Cina tersebut namun bukan tetang pembangunan atau sejarah berdirinya, melainkan sejarah yang mungkin “jarang” diketahui orang. Untuk ukuran Movielitas, tidak menarik. Background cerita, alur cerita, CGI spesial efek, ataupun konfliknya, kurang tepat menurut Movielitas. Ternyata dalam sejarah Tembok Besar Cina, ada “campur tangan” kisah monster. Bisa jadi. Tapi, penggambaran monster di film ini yang dib

Antara polisi menyamar menjadi penjahat dan penjahat menyamar menjadi polisi

Kalau di dunia musik, bagi yang paham atau setidaknya mengerti cara bermusik, pasti mengenal dengan istilah progresi chord. Misal, secara umum ada progresi chord simple, C-F-Am-G atau dengan variasi C-G-Am-F dan seterusnya. Begitu juga dengan film kali ini. Sangat simple dan aliran mainstream. Film aksi laga, tapi bila boleh langsung jujur, koreografi laga tarung-nya kurang cantik. Konflik cerita-nya tidak rumit. Alur cerita-nya mungkin bisa ditebak melalui judul Sleepless alias tidak tidur. Cerita utamanya ada di semalam suntuk. Bad Cops Good Cops . Berpusat pada karakter Vincent Downs yang diperankan oleh Jamie Foxx. Dilema Vincent Downs menjadi seorang polisi, menyamar menjadi penjahat, lalu oleh polisi lain menjadi terlihat seperti dirty cops, di satu sisi anaknya disandera penjahat. Overall, film ini sebenarnya ingin memberi twist tentang “ who’s the guy ?” Tapi bagi Movielitas, jatuhnya hambar saja. Tidak menarik. Mungkin seperti disebutkan di atas, pola cerita nya terlalu ma

Cara mengubah dunia

Bisa dibilang film ini merupakan karya kedua seputar The Almighty dari sutradara Tom Shadyac setelah sebelumnya menggarap Bruce Almighty (yang ini Movielitas belum menonton). Dan Steve Carell disini juga menyambung kesuksesan film 40 years Old Virgin . Berkisah tentang seorang anchor yang beralih ke dunia politik. Setelah sukses terpilih Baxter kemudian memanjatkan sebuah doa yang sederhana tentang keinginannya untuk mengubah dunia. Dimulai dari doa dan clue angka 6-1-4, petualangan “doa yang dijawab Tuhan” dimulai. Film komedi bernuansa cerah ini memakai gaya alur cerita yang cepat dan rapat langsung ke sasaran. Konflik yang dibangun tidak rumit untuk diikuti. Penyelesaian konflik demi konflik berlangsung singkat padat dan rapat. Dari sisi komedi, tidak sampai atau masih jauh jika dibandingkan dengan gaya komedi Ben Stiller. Mungkin yang heboh dari film ini adalah penggunaan CGI spesial efek yang tidak main-main. Selain spesial efek, hal lain yang mencuri perhatian adalah soun

Carut Marut The Institute

Pertama, ternyata ada nama besar di belakang film ini. James Franco. Tidak tanggung, James disini berdiri sebagai aktor, produser dan sekaligus menyutradarai. Ditambah tag based on true events . Lengkap. Movielitas pun penasaran. After taste , harus diakui kelas James Franco lebih pas menjadi aktor berbakat.   Melihat alur cerita film ini, terasa seperti melihat akting pertunjukkan ala di panggung. Beberapa scene, akting para pemainnya terasa kaku lucu. Alur cerita hambar. Mau horror tidak dapat, drama juga tidak pas. Konflik cerita-nya ikut menjadi kurang menarik lagi. Yang menarik, ada nude scene nya. Pemanis. Dan.....ternyata ada Pamela Anderson. Hanya sayangnya, karena background cerita mengambil setting tahun pra 1900an, akhirnya penampilan Pamela Anderson kurang "menonjol" dibandingkan di Baywatch. Overall, next film please… The Institute (2017) - 4/10

Sebelum mata tertutup...

Sebuah film dengan gaya alur cerita yang seikit unik. Tak beraturan dan berpindah-pindah. Berfokus pada satu karakter, Diana, hanya saja dibagi dua bagian yaiutu segmen Diana remaja dan Diana dewasa. Sepanjang cerita, menyuguhkan perpindahan cerita dari karakter Diana dewasa lalu ke Diana remaja, berpindah ke Diana dewasa, kembali ke remaja, dan seterusnya.   Dan, semua konflik diawali dari sebuah tragedi di sekolah Diana pada waktu remaja. Memang jatuhnya, film ini berharap twist yang dimunculkan di akhir akan terasa manis. Menurut Movielitas, memang ada twist, tapi tidak begitu terasa “manis”. Biasa saja. Overall, bagi Movielitas film ini memiliki alur cerita unik dengan plot cerita yang lumayan bagus kemudian dilengkapi dengan ending twist. Dan, menurut Movielitas juga, kalau twist-nya digeser ke aroma misteri horor mungkin lebih greget. The Life Before Her Eyes (2007) - 6/10

Salah bahasa bisa berakibat fatal

Harus diakui bila genre film seperti ini kadang sulit sekali masuk dengan selera Movielitas. Kesan pertama yang langsung mencuri perhatian Movielitas, lokasi rumah yang dipakai untuk karakter utama Louise Banks disini sangat keren. View -nya andalan yang sangat syahdu. Movielitas berharap kelak bila ada umur, Movielitas ingin punya rumah peristirahatan seperti milik guru bahasa cantik Louise Banks ini. Berikutnya, dan tak kalah penting pastinya, permainan spesial efek disini sangat keren. Khas Hollywood. Hingga pertengan jalan cerita, Movielitas spontan teringat pada gaya cerita film Contact , E.T , dan War Of The Worlds -nya Tom Cruise. Kurang lebihnya, ketiga film itu dipotong tipis-tipis lalu diogoreng dalam satu wadah film ini. Tema perkenalan dengan alien di Contact dengan Jodie Foster-nya sebut saja versi analog, lalu dikembangkan secara digital disini. Lalu ada Heptapods yang sekilas mirip dengan penampakan di War Of The Worlds. Dari segi plot alur cerita, Movielitas k

Lessons in Love

Sebuah karya film dari negara kincir angin, Belanda. Kesan pertama yang Movielitas tangkap, keren. Bagus. Film bergenre drama psikologis dari karakter utama, Soof, yang mencapai titik di usia 40an. Mulai merasa “ insecure ” terhadap fisik dan masalah rumah tangga. Sayangnya, untuk penyebab awal konflik, sang suami Kasper, malah kurang begitu menangkap “ke-insecure an” sang istri. Konflik dimulai dengan hadirnya “orang ketiga” yang masuk dalam kehidupan Soof dan melihat Soof justru sebagai wanita yang sangat menarik. Movielitas sangat suka dengan model konflik seperti disini. Ringan saja. Bumbu komedi bisa dilihat dari posternya yang meniru gaya AmericanBeauty . Racikan bumbu komedi-nya pun ringan, bisa menarik senyum sedikit dari konflik punya anak kecil, masalah percintaan dan flirt-ing sedikit. Satu lagi, disini tidak ada karakter baik dan buruk. Jadi, konflik yang dihadirkan adalah konflik sehari-hari yang sangat manusiawi, apalagi di jaman teknologi seperti saat ini. Semua orang

Tragedi 05 April 2013

Bagi Movielitas, ini adalah kali kedua menonton karya film duet antara sutradara Peter Berg dan aktor Mark Whalberg. Setelah sebelumnya, Lone Survivor . Dan, Movielitas sangat suka mengulang menonton Lone Survivor berkali-kali. Masih kali ini, duet Peter – Mark mengangkat tema dari kisah nyata memilukan yang terjadi di bulan April 2013 tepatnya di Boston Amerika Serikat. Dimana tragedi tersebut kemudian dikenang dunia sebagai Boston Marathon Bombing. Tentu saja, seperti biasa, film dengan tag based on true story selalu membuat penasaran tersendiri bagi Movielitas. Untuk tragedi Boston sendiri, Movielitas mengetahui namun tidak mengikuti perkembangan berita nya pada saat itu. Pada waktu itu, Movielitas hanya mengikuti perkembangan kasus bom tersebut hingga kemunculan berita tentang tersangka yang tertangkap oleh beberapa kamera CCTV yang tersebar di sekitar TKP. Dalam review kali ini,Movielitas tidak membahas seputar motif atau latar belakang ataupun opini seputar tragedi 05 Apri

Project X (Original Motion Picture Soundtrack)

Film Project X , salah satu playlist favorit film Movielitas. Alasannya, simple dan berani beda. Simple karena setting-an timeframe film ini hanya satu malam. Beda karena film ini memakai gaya personal footage atau personal documentary . Love it . Konflik utama film Project X ini cukup keren. Berangkat dari niat “sederhana” malah meledak menjadi hingar bingar tak tertahankan.   Apakah film ini merupakan kisa nyata? Tidak ada tag yang disematkan. Hanya saja ada berita online –nya yang menyinggung keberadaan film Project X ini. “Project X is reported to have been inspired by the story of Corey Delaney, a 16-year-old in Melbourne who held a party in his parents' house after announcing it on MySpace. Five hundred people turned up, and clashes with police broke out. Like Thomas, Delaney became a media star." (Dikutip dari the guardian) Karena mengangkat tema party all night long , pastinya akan hambar bila tanpa deretan musik pengiring. Akan semakin pahit, bila musik yang

Pengalaman yang bikin ngilu dari seorang petinju

Sebuah film biografi dari seorang atlit tinju bernama Vinny Pazienza. Bagi Movielitas yang memang bukan pecinta olahraga tinju, nama besar Vinny Pazienza masih belum familiar. Mungkin bagi para pecinta dunia tinju, nama Vinny Pazienza atau Vinny Paz ini memiliki catatan tersendiri di jagat raya pertinjuan dunia. Kesan pertama yang muncul after taste nya adalah ada beberapa hole. Dilihat dari jejak digital, karakter Vinny di luar ring adalah sebagai pecandu judi dan playboy. Sayangnya, menurut Movielitas, karakter gambler dan playboy tersebut kurang begitu kuat terpasang pada karakter Vinny di film ini. Atau bisa dikatakan juga, karakter Vinny sebelum masuk ke konflik utama disini jauh dari sosok kontroversial . Bahkan masih dibilang “ good boy ” untuk ukuran gambler ataupun playboy. Karakter Vinny disini digambarkan sangat dekat dengan keluarga besar. Konflik utama film garapan sutradara Ben Younger ini dimulai dari sebuah kecelakaan mobil yang menimpa Vinny dan berakibat cukup

Never - Say - Never (Ost. Karate Kid 2011)

  Banyak hal yang bisa Movielitas dapatkan setelah menonton film Karate Kid versi 2011 ini. Sebenarnya versi lawas-nya, Movielitas sempat sekilas menonton hanya sudah lupa. Yang bisa Movielitas ingat adalah pemeran “suhu” Kungfu versi lawas adalah Pat Morita. Movielitas ingat aktor Pat Morita ini adalah pemeran detektif serial O’Hara. Senada dengan versi lawasnya (1984), di versi 2011 ini juga memberikan edukasi seputar ilmu bela dir Kungfu. Bahwasanya menurut para guru di film Karate Kid ini, ilmu Kungfu itu berasal atau bisa dipelajari dari kegiatan remeh temeh sehari-hari. Kalau di versi 1984 nya, kalau tidak salah ingat, melatih Kungfu melalui kegiatan sehari-hari adalah dengan mengepel. Selain faktor plot cerita yang sangat easy watching , ringan, laga aksinya tertata bagus dengan sedikit unsur komedi, Movielitas juga terkesan dalam dengan penataan lagu-lagu sebagai soundtrack . Enak. Di bagian pembukaan awal-awal cerita, ada lagu John Mayer dengan Say. Yang kalau ditelusuri j