Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2014

The Other Guys

Penulis masih gagal paham maksudnya dan sudah lebih dari 2x menonton film ini. Tampil Samuel L.Jackson dengan partnernya Dwayne Johnson yang kemudian karakter mereka "ditutup". Film ini terasa absurd. Tema utamanya adalah crime . Bila melihat ending credit nya menyinggung masalah Ponzi. Dibalut dengan aroma komedi. Komedi yang ditampilkan seperti memparodikan hal-hal yang seharusnya serius. Detektif menangkap penjahat adalah hal serius dan sudah seharusnya, namun disini tampil beda. Selain itu, bentuk komedi disini juga menampilkan keunikan tidak umum pada tiap karakter tokoh. Will Ferell sebagai Adam Gamble, seorang polisi yang tidak seperti polisi. Profilnya lebih ke akuntan. Tapi, memiliki istri dan mantan kekasih yang super hottie. Detektif jantan menari balet untuk marah-marah kepada kekasihnya. Menyuap polisi dengan tiket NBA atau konser. Jalan ceritanya sendiri cukup menarik di sesi awal, semakin ke dalam semakin datar. Balutan komedinya juga semakin ter

Tak ada tempat yang tak mengejar

Di seri ini giliran Paul Greengrass yang mengambil alih sebagai sutradara. Tidak ada perbandingan khusus dengan seri sebelumnya. Tetap sama dengan progressive chord dinamis antara cerita dan aksi laga yang ditampilkan dengan sudut-sudut gambar cepat. Dari segi cerita lebih fokus, cepat, dan chasing story lebih terasa kuat. Sisi kesendirian Bourne lebih terasa dibandingkan di seri Identity . Matt Damon sendiri masih tetap masih melekatkan dirinya sebagai karakter Bourne yang serba bisa, tangguh, dan tenang. The Bourne Supremacy (2004) - 7/10

Masih menjerit

A Nightmare On Elm Street dan Scream adalah 2 film slasher. Pembunuhan yang berantai dari ke satu korban ke korban yang lain. Ada perbedaan yang membuat Scream sedikit lebih unggul, yaitu tentang pelaku. Scream selalu memunculkan pertanyaan teka-teki siapa kali pelakunya? Sepanjang cerita mencari kira-kira siapa yang mendekati sebagai tersangka. Hal itulah yang tidak ada pada A Nightmare atau juga Hallowen atau Friday the 13th. Karena mereka memakai pelaku tunggal yang setidaknya tidak tergantikan. Di seri ketiga ini, aktris utama tetap. Tetap memakai Sidney , Gale , Cotton, atau juga Dewey. Karakter ghostface , tetap. Tema, tetap. Gaya, masih tetap juga. Grafik cerita, tetap. Melow-tegang-kejutan-mati-melow-tegang-dan seterusnya. Scream III (2000) - 6/10

Melawan lupa

Apa yang bagus dari karya sutradara Doug Liman ini? Tema. Mencari nama sendiri. Bumbu aksi laga. Menawan dan sangat tenang, rapi, cepat, taktis, sekaligus mematikan. Jalan cerita cukup bagus. Tema pencarian jati diri yang melelahkan serta panjang dilengkapi sisi konflik lain teka-teki mengapa seolah banyak yang mengejar Jason. Dan dua topik besar itu dihidangkan silih berganti secara dinamis membuat pergerakan cerita enak diikuti. Akting Matt Damon yang sukses melekatkan dirinya sebagai Bourne cukup menawan seperti tag iklan yang pernah terkenal cool-calm-confident . Bourne Identity (2002) - 7/10

Mistake

Tidak bisa tidak, penulis memang suka dengan cerita arahan Paul Haggis ini. Kedalaman ceritanya sangat bagus. Grafik cerita dari awal film bergerak naik dan semakin menarik. Dramatis kisah 3 hari yang dipentaskan sangat bagus. Dimaniskan oleh sebuah twist kejutan yang segar. Tipikal drama seperti ini memang emosional dan kekuatannya terletak pada aktor/aktris yang membawakan peran sentral. Disini, Russell Crowe memang luar biasa. Aktingnya mampu membawa pada dilema tersendiri pada karakter John Brennan. Salah tapi karena sebuah kesalahan. The Next Three Days (2010) - 8/10

Harga saham sandera

Penulis (lagi-lagi) suka dengan karya Tony Scott ini. Senada dengan Unstoppable , disini memakai gaya background one day story . Still make it simple . Bila di Unstoppable lebih bernuansa drama, maka disini lebih garang. Crime Story . Dentuman suara Jay-Z mengantarkan gaya dingin John Travolta menuju stasiun kereta bawah tanah. Lagi-lagi duet maut berkualitas ditunjukkan oleh Denzel W. dan Tony Scott. Sinematografinya dengan pengambilan sudut-sudut gambar dengan frame dinamis slow-mo membuat film ini bertenaga dan kuat. Perang akting 2 nama besar Denzel-Travolta terasa mulai memanas ketika Walter Garber beradu dalam radio komunikasi dengan Ryder. Two Thumbs . Jalan ceritanya sebenarnya sederhana. 10 juta US Dollar dalam waktu 60 Menit. Diurai lebih dalam dengan konflik background dan kedalaman cerita yang menarik. Tidak mentah pada hanya persoalan sandera tapi juga ada bumbu drama konflik background yang semakin ke dalam semakin melebar. Taking Pelham 123 (2009) - 7/10

Kata "kesalahan" tak ada dalam kamus saya

Pertanyaan pertama adalah dengan dialog apakah menjadi lucu? Karena selama ini senjata komedinya dikenal tanpa dialog. Jawabannya adalah luar biasa konyol dan memukau. Entah berapa kali penulis tidak ingat mengulangi film ini di medial player. Masih tetap membuat tersenyum bahkan tertawa untuk adegan sama. Gaya Rodwan Atkinson dengan mimik Mr.Bean membuat karakter berwibawa dan ekslusif James Bond menjadi torn ala Natalie Imbruglia and absolutely 2 thumbs up for Mr.Rodwan in this movie . Rusak. Sobek. Konyol. Gila. Menggelikan. Dan banyak memorable quote dan gaya di sini yang tak bisa diuraikan lagi. Cocok buat moodbooster obat penghilang stres di saat kejenuhan melanda. Johnny English (2003) - 8/10

Notch 8 full power

Intro terasa sama dengan karya Tony Scott yang tak jauh beda dalam rilis, Taking Pelham . Nuansa samar klakson kereta memberi warna tersendiri. Melepas sebuah kereta dan membuat kehancuran di sana-sini bukan sebuah film murah dan memang harus dibuat oleh sutradara yang tepat. Yang penulis rasakan dalam kisah ini adalah sisi dramatisnya terasa kuat. Grafik cerita meningkat dengan konstan seperti laju kereta itu sendiri. Dari sekedar basa-basi diselipkan sedikit drama broken family bergerak hingga menjadi ketegangan yang emosional. Sisi confident Denzel W. sebagai masinis senior (Frank Barnes) yang sarat pengalaman terasa mantab dalam pembawaan peran. Keangkuhan gerbong depan 777 dapat diambil dengan sudut yang pas. Inilah kehebatan sutradara Tony Scott mengolah sebuah tema sederhana menjadi karya berkualitas dipadu dengan aktor dan sinematografi yang juga berkualitas. Unstoppable (2010) - 8/10

Kejutan sampai akhir

Temanya sederhana. Minimalis. Sadis. Sakit. Brutal. Tapi setimpal . Di sudut lain, penulis melihat film ini ditampilkan dengan visualisasi lumayan keras. Dan kurang cocok untuk konsumsi jiwa labil atau di bawah umur. I Spit On Your Grave (2010) - 7/10

Konspirasi dunia farmasi

Justin menerima kabar tentang kematian istrinya,Tessa, yang sedang berada di Kenya untuk misi kemanusiaan. Dari titik itu cerita dilebarkan dalam 2 arah. Ke belakang dan ke depan. Film ini mulai berjalan tentang siapa karakter Tessa dan Justin. Yang dicampur dengan misteri kematian Tessa. Sampai disitu penulis masih merasa menarik dengan tema. Misteri pembunuhan. Namun, cerita mulai memberatkan ketika Justin menemukan birokrasi yang melibatkan pejabat kelas atas yang diduga terkait konspirasi kematian Tessa. Sama halnya dengan karakter Justin, penulis juga merasakan jalan cerita mulai memberat. Kompleks. Jika hanya sekedar mencari siapa yang bertanggung jawab, mungkin film ini akan lebih friendly. Namun ternyata film ini jauh memasuki area yang rumit. Latar belakang dunia farmasi, konspirasi birokrasi tentang dypraxa, banyak link story yang terlalu sulit dicerna, dan beberapa karakter yang "terlihat" jahat namun justru "dibiarkan" tanpa ada tindakan. The Consta

Nurani dalam misi

Sebuah pasukan khusus didatangkan untuk mengevakuasi seorang dokter dan biarawati dari Nigeria yang sedang bergejolak akibat ulah pemberontakan. Sebuah misi sederhana berujung menjadi berlarut panjang dalam kontak senjata. Penulis suka film garapan Antoine Fuqua kali ini. Kedalaman ceritanya menarik. Dibiarkan berjalan dalam satu misi lalu dialihkan dalam isu kemanusiaan kemudian di tengah cerita membuka cerita lain yang memperkuat. Gaya pasukan khusus disini dihadirkan oleh Fuqua dalam nuansa modern. Tenang. Canggih. Terlatih. Sangat taktis dan kompak dalam menjalankan misi di luar misi. Akting Bruce Willis juga semakin membuat film ini bertenaga. Gaya Bruce disini "terbalik" dengan gaya Die Hard yang sangat atraktif. Disini Bruce dan anak buahnya ditampilkan sebagai pasukan elit yang terlatih dalam medan pertempuran. Tears Of The Sun (2003) - 7/10

Aku mencintai putrimu tapi takut menjadi menantumu

Melihat aksi Ben Stiller di seri Meet The Parents ini belum membosankan. Masih terasa segar. Penulis suka penyajian komedi di film sutradara Jay Roach ini. Tertata rapi dalam kerangka cerita yang menarik seputar upaya karakter Greg yang ingin melamar Pam. Tema yang diangkat sangat umum. Calon menantu berusaha tampil sesempurna mungkin di depan calon mertua yang tentu saja ingin memiliki menantu terbaik bagi sang anak. Yang kemudian dikembangkan dengan belokan ke belokan semakin dalam dan saling mendukung alur cerita utama. Kekonyolan demi kekonyolan ditampilkan dengan baik. Kesan Ben Stiller yang seolah selalu menerima kekonyolan memang menjadi kekuatan tersendiri. Mulai dari nama, profesi yang tidak lazim menurut Jack Brynes, sampai bagaimana caranya melamar Pam. Dan sebagai lawannya, karakter Jack Brynes dimainkan apik oleh Robert De Niro, aktor yang memang tidak diragukan kualitas aktingnya. Totally, this movie very fresh . Cocok sebagai hiburan di hari libur sebagai obat

Melihat apa yang seharusnya tidak dapat terlihat

Penulis suka film ini. Temanya, buta lalu melihat. Fresh . Segar. Tidak biasa (pada saat pertama kali melihat, waktunya penulis tidak ingat). Yang berkesan lainnya, Lee Sin Je. Cantik. Aktingnya sangat mendukung dalam karakter yang mengalami kejutan dunia baru. Ada lagi, horor tentu saja. Karena apa yang dilihat bukan hal yang seharusnya dapat dilihat. Dikembangkan lagi di bagian dalam dengan cerita seputar kepemilikan mata. Grafik cerita berhasil dibuat seperti roller coaster . Ada cerita di dalam cerita dan yang terpenting tidak mati gaya, tidak datar, dan tidak dangkal. Gaya penyampaian horor film ini sangat berkesan dalam. Sinematografinya berbeda. Sudut pengambilan gambar, terutama sesi penampakan, terasa beda. Blur motion dengan gaya samar lalu dikejutkan dengan sound keras, sangat pas membangun nuansa merindingkan bulu kuduk. Kejutan demi kejutan yang ditampilkan beberapa kali cukup menusuk kaget. Meski memang atmosfer horor seakan "berjejalan" atau te

Stab

Melanjutkan kesuksesan seri pertamanya , Scream kali ini masih memakai gaya irama serta tema yang kurang lebih sama. Hanya saja dari sisi cerita di sini sedikit lebih kompleks. Misteri who's the suspect dan teka-teki pelaku dibalik Ghostface rupanya masih memikat dan memancing rasa penasaran. Bumbu ketegangan kejar mengejar, kejutan, atau adegan "hampir saja" masih tetap menjadi senjata kuat yang kemudian ditutup dengan tak terduga sebelumnya. Sebagai hiasan, dialog film ini banyak ditebarkan sindiran kepada artis dan film. Entah sebagai satir atau pujian. Sandra Bullcok, Top Gun, Kevin Bacon, bahkan rekan Monica Geller pun tak luput dari dialog, Jennifer Anniston. Hiasan lain, sebelumnya memasang aktris Drew Barrymore sebagai Casey Baker, kali ini giliran Sarah Michelle Gellar yang di plot sebagai guest star in little part . Cukup menghibur. Setidaknya, sekuel ini tidak sampai terkena sindrom 'gagal sekuel'. Scream 2 (1997) - 7/10

Apa film horor kesukaanmu?

Penulis menikmati "perburuan" film lawas ini. Berusaha untuk menggenapi koleksi film serial yang pernah jaya dan fenomenal. Slasher atau thriller , entahlah apa jenisnya. Penulis juga kurang memahami secara mendalam. Penulis sebut jenis film ini adalah smart slasher thriller . Unsur slasher terletak pada konten film yang mengarah ke pembunuhan berantai. Unsur thriller didapat dari konsep ceritanya, satu per satu jadi korban. Lainnya didapatkan dari ciri kebanyakan film sejenis, yang menampilkan aktor maupun aktris yang masih belia dan segar. Lalu terakhir, smart . Cerdas. Kedalaman cerita tidak dangkal. Setelah menikmati beberapa saat-saat dikerjar juga ditikam, ada cerita lain yang dimunculkan yaitu teka-teki who's the suspect . Cerita akhirnya menggiring penonton untuk ikut menebak dan pelbagai tipuan suspect nya dimentahkan oleh misterius berjubah hitam bertopeng ghostface . Scream (1996) - 7/10

Profesi dan harga

Film Doug Liman kali ini cukup berat. Penulis melihat ada 2 segmen besar di dalam film. Yang pertama seputar keabsahan atau kebenaran tentang senjata pemusnah massal yang dikabarkan ada di Iraq dan menjadi alasan untuk perang. Di titik cerita itu, masih dapat diikuti dan harus diakui menjadi segmen yang menarik bagi penulis karena sebelumnya penulis juga menemukan tema sama dalam Green Zone . Segmen kedua dapat dikatakan sebagai dampak dari segmen pertama, dan penulis mengalami missing story . Mulai berat. Kebenaran atau mungkin dapat disebut keberanian mengungkap yang benar, malah berharga mahal. Tidak hanya melibatkan rumah tangga tapi juga di mata masyarakat. Dan disini cerita mulai terasa kompleks, lebar, dan dialog juga tak banyak membantu. Penulis membayangkan seputar profesi dalam film ini. Sangat mahal menjaga rahasia profesi. Hanya orang yang terlatih khusus dengan mental terbaik yang sanggup menjalaninya. Fair Game (2010) - 6/10

Pengkhianatan yang kompleks

Film yang memiliki ruang cerita lebar dan kompleksifitas yang cukup tinggi. Bagi penulis sendiri, jalan cerita film ini berat. Rangkaian drama tingkat kepresidenan dengan bumbu aksi sedikit serta intrik pengkhiatan di dalamnya cukup membuat rumit. Penulis tidak hanya menonton sekali tapi tetap perlu ekstra perhatian dalam menyimak dialog cerita hingga meninggalkan kesan kurang sederhana dan terlalu kompleks. Susah merangkai serta mengingat karakter-karakter di dalamnya. Selalu mengalami missing story . Clear Present Danger (1994) - 5/10

Keyakinan yang keliru

Klasik. Duet Freeman-Judd ini cukup bermain apik dalam suspense garapan Carl Franklin. Kerangka ceritanya mampu menggiring emosional dengan teka-teki dan bumbu twist kejutan. Dari judul memang membungkus kesan sebuah kejahatan tingkat tinggi. Disusun dan ditutup rapi. Penulis melihat bahwa porsi 3 karakter Grimes-Claire-Kubik sepertinya cukup kuat bila diberikan lebih banyak. Penambahan porsi pada karakter lainnya terasa kurang masuk dan sekedar pelengkap durasi. High Crimes (2002) - 6/10

Let's get the story right this time

Sebelumnya ada hole cerita yang kurang bisa penulis tangkap. Perlu ulang dan ulang lagi menonton film ini. Segmen terbaik adalah ketika Miller dengan berani di depan forum "memberi perlawanan" dalam tanya ," ....masalahnya tidak ada apa-apa disana... " Tak lama kemudian pertanyaan kritis Miller disanggah oleh perwira senior," ...paket intelijen sudah bagus. Tugas Anda (Miller) hanya menjalankan bukan mempertanyakan pembuatan informasi intel...." Skak mat. Hole itu ada pada kartu Jack Keriting. Penulis awalnya kesulitan menghubungkan partial besar dalam film ini. Namun, akhirnya setelah menyimak lebih dalam detail film, penulis memberi kesimpulan di sinilah letak kekuatan utama film Paul Greengrass ini. Miller-Magellan-Jack Keriting-dan Poundstone. Tema umum film ini sebenarnya sudah ada banyak di media. Tentang alasan senjata pemusnah massal yang sulit ditemukan. Dan film ini (sepertinya) menjadi media lain untuk menceritakan sisi kebenaran de

Konflik pribadi-profesi

Membaca cerita film ini versi penulis adalah sisi konflik antara profesi dan pribadi. Film ini seolah memberi pesan bahwa kadang kenyataan bisa membutakan profesi. Contohnya polisi. Yang seharusnya menegakkan keadilan malah membelokkan karena kepentingan. Di sudut cerita lain, yang seharusnya menangkap target sasaran, malah melindungi penjahat. Dari segi cerita, penulis gagal memahami jalan cerita. Berat. Terlalu banyak karakter pendukung dan pemecahan cerita yang akhirnya terjadi missing story kurang fokus. Kabur. Penantian panjang ada link antara 3 karakter utama di film ini sama sekali tak terjadi. 3 karakter disini berdiri dan berjalan sendiri-sendiri di dalam konflik pribadi-profesi mereka. Hanya yang menonjol bagi penulis adalah deretan cast nya, dan paling berkesan adalah gaya Ethan Hawke. Penjiwaan perannya benar-benar "kacau" persis dengan yang dilakoni di BTDKYD . Brooklyn Finest (2009) - 5/10

Don't worry about home, it's in good hands

Penulis teringat dulu bersama keluarga kecil (ayah mama dan 3 anak yang masih kecil) kala itu penulis masih seusia sekolah dasar dan kami sekeluarga menonton film ini di bioskop yang dulu pernah jaya di masa nya. Dilihat dari tahun, film ini diproduksi tahun 1990. 20 tahun lebih. Dan film ini masih layak ditonton hingga kini terutama untuk mendukung tema Natal. Luar biasa. Meski sampai hapal jalan cerita di luar kepala, film ini masih enak disimak. Sebenarnya film ini sampai saat ini masih sering ditayang oleh beberapa stasuin televisi. Sayang, penulis kurang suka dengan gaya film di televisi. Pertama, content film jadi ternodai oleh sisi komersil stasiun televisi. Kedua, dubbing. Luar biasa menjadi lain dan tidak nyaman menyaksikan film ini dirusak oleh dubbing. Ketiga, tidak ada televisi berbayar di sini. Harus diakui film ini salah satu film terbaik sepanjang masa. Ceritanya ringan saja tidak berat tidak berbelit. Gaya Macaulay Culkin masih terasa menggemaskan. Joe Pesc

Ikatan rantai panjang sang takdir

Sebuah cerita yang berat disini. Ada 3 cerita yang dipisahkan dan masing-masing berjalan sendiri. Lalu kemudian dipersatukan oleh Winchester M70. Mulai dari Maroko - Amerika - dan Jepang. Ada hole yang penulis kurang begitu pahami. Menggantung. Penulis masih kurang memahami tentang segmen kisah remaja Jepang dan kisah anak Jones tentang bagaimana kaitan dan nasib kisahnya. Cerita di film ini seolah membuat sebuah kebetulan yang tidak dapat disalahkan. Mencoba membuktikan 3 kilometer untuk jarak peluru menjadi sebuah kewajaran bagi jiwa anak-anak. Seorang babysitter merasa bertanggung jawab membawa anak sang majikan ikut menghadiri acara pernikahan di garis luar Amerika. Dan, sebuah penghargaan diberikan oleh Yasujiro kepada rekan berburunya di Maroko, Hassan, yang akhirnya penghargaan itu menjadi masalah. Babel (2006) - 6/10

Disini di tempat ini (just memory)

Dulu disini ramai pengunjung. Masuk ke mall ini akan selalu menjadi saksi bisu tentang masa SMA. Kenangan manis semanis-manisnya. Sekarang, "hancur", makin ke sini makin ga jelas maksud dan tujuan mall ini didirikan. Wendy's salah satunya tempat favorit kini tinggal ruangan kosong dengan tempelan kertas koran tak berseni. Dulu tanpa sekat begini. Mau nonton bebas. Sembari menunggu loket dibuka, bebas kemana. Merokok pun bebas meski harus hati-hati karena di bawah umur. Bebas ke supermarket di lantai satu. Atau sembari mall walking melihat aneka stand menawarkan barang keren. Sekarang? Tidak jelas. Absurd. Hancur melebur dengan debu imajinasi akuntasi monetasi para pedagang barang elektronik yang menjadi bible kaum gaul. Dulu, film Titanic lalu Armageddon sempat membuat heboh di mall ini. Antrian panjang. Suasana ramai. Memang tak berseragam, tapi banyak celana panjang yang berseragam. Ya, karena cukup mengganti baju seragam baru bisa berkeliaran di sini. Meski

7#...

Based on true story. Love it! Sebelumnya penulis kurang tahu siapa atau apa yang dilakukan oleh Robert Hanssen. Dan melalui film ini, penulis setidaknya sedikit tahu meski hanya sebatas meraba pada permukaan. Sebenarnya menyimak film ini tidak terlalu sulit. Sebuah pidato clue inti dilempar di awal permulaan film. Intro ini mungkin akan lebih pas bila diletakkan di bagian ending. Tantangan bagi film ini adalah ketika inti film sudah "dibuka lebar" pada awal, tentu harus dapat membuat cerita lebih menarik lagi di dalamnya. Dan, memang film ini mampu membuat betah meski jawaban film sudah diketahui dari awal. Bagus dan menarik. Akting luar biasa ditunjukkan oleh duet Chris Cooper dan Ryan Phillipe. Setidaknya melalui akting Ryan, penulis dapat ikut merasakan kegundahan seorang agen rahasia yang harus bisa menutup rapat misinya dari sang target atau orang lain termasuk istrinya. Dan akting dingin yang selalu curiga sambil menguji seakan dapat membaca pikiran s

Panggung sandiwara pengusiran setan

Di google memang tercatat ada kisah Anneliese ini. Versi real juga ada di youtube. Hanya penulis belum lihat aslinya itu. Tapi itulah gambaran awal mengapa penulis tertarik untuk menonton film ini. Based on true events. Pertanyaannya. CCTV. Apakah jaman itu sudah ada CCTV? Kalaupun teknologi CCTV sudah ada jaman itu (tahun 70an) apakah memang kualitasnya sebaik di film? Dan Anneliese pun "berdiri" ala Paranormal Activity di depan CCTV. Entahlah. Penulis tak paham teknologi banyak. Jalan cerita film ini dibuat seperti semi-dokumenter. Ada sesi interview dengan mereka yang seolah "dekat" dengan terapi Anneliese saat itu. Penulis mulai kehilangan mood. Alasannya, film dokumenter akan lebih terasa apik bila memasukkan interview dengan narasumber sebagai him/herself . Sedangkan disini, semua adalah aktor dan aktris. Konflik. Konfliknya terasa datar. Tidak ada emosi yang penulis tangkap. Lokasi cerita di rumah Anneliese ini terasa seperti panggung teater. Da

Indahnya keluarga di kala senja

Penulis lebih suka menyebut drama road movie . Drama yang cukup emosional. Dan pusat sisi emosional film ini tentu pada akting cemerlang Robert De Niro sebagai Frank yang berkeliling dari satu kota ke kota lain untuk bertemu 4 anaknya secara langsung. Penulis juga menyukai sinematografinya. Pengambilan gambar demi gambarnya tampak sangat kuat dalam penggambaran suasana usia senja yang hidup sendiri. Mulai berkebun atau ketika makan di sebuah restoran yang sepi. Dari sini pula penulis ikut merasakan bahwa setiap orang tua mungkin akan selalu melihat anaknya sebagai anak kecil, tak peduli berapa usia mereka saat itu. Tapi, itu lah kasih sayang. Everybody's Fine (2009) - 7/10

Cinta tersapu tsunami

Ada beberapa kisah di dalamnya. Cinta melankolis penuh derai air mata. Kehidupan pinggir laut. Penjaga pantai yang lugu sekali dengan teman wanita baru yang mirip kisah My Sassy Girl. Paman tua yang terlihat murung. Semua disapu oleh tsunami. Penulis kurang mood melihat pemecahan cerita di film ini. Entah tersambung atau lepas, memasukkan unsur melodramatis dengan cinta mengharu biru atau konflik rumah, terasa memaksakan sekali. Bagian yang dipaksa lagi adalah komedi ala My Sassy Girl pun terasa garing. Yang akhirnya, tema tsunami hanya terasa di sesi akhir. Atau memang tema sebenarnya romantic? Entahlah. Yang pasti keseluruhan, gaya efek tsunami di sini memang bagus tidak kalah dengan milik Hollywood. Tidal Wave (2009) - 5/10

9 peluru untuk sukses

Perbedaan antara film ini dan 8 mile adalah ruang cerita. Kalau di 8 mile ruang cerita hanya seputar titik pembuktian Eminem sedangkan disini lebih luas lagi tentang kehidupan rapper 50cent. Lebarnya ruang cerita inilah yang membuat film menjadi terkesan menumpuk dan berat. Dan akting 50Cent sendiri juga masih terasa datar di sini. Sejarah perjalanan hidup puluhan tahun mulai kecil hingga sukses dirangkum ke dalam durasi film yang sekitar 2 jam-an saja. Praktis film diisi potongan-potongan kecil cerita 50cent yang sekiranya dinilai penting. Adegan penembakan yang menyebabkan luka di sekitar mulut membuat spontan mengingatkan penulis pada pepatah Bon Jovi, " sukses itu 99 kali jatuh dan bangkit 100 kali ". Film ini menggambarkan kerasnya kehidupan 50Cent sebelum tenar sebagai rapper. Hidup tanpa mengenal siapa ayahnya, narkoba-penjara-gangster berada "dekat" melekat dengan kehidupan 50Cent dulu. Kini, terlepas dari kontroversi yang ada, harus diakui 50Cent tak

Setelah berbohong....

Penulis kurang cocok dengan tema film ini.  Jalan ceritanya terlalu lemah.  Tidak menimbulkan tensi emosi apa-apa.  Datar saja.  Kekonyolan atau sisi komedinya juga tidak begitu kena. Film ini terpusat pada karakter Olive yang menjadi bulan-bulanan cibiran gosip di sekolahnya hanya karena kebohongan kecil seputar adult things. Akhirnya jatuh sebuah pertanyaan, bagian manakah yang menjadi tema komedi? Karakter Olive dengan gaya slutty ataukah pada tokoh Marianne dengan gaya worship group -nya? Easy A (2010) - 5/10

Tuliskan mimpi terliarmu

Film terasa hanya menjual keseksian semata ala sinetron lokal yang terjebak dalam konsep sekedar menjual paras tampang jelita dengan gelimang glamorisasi kemewahan seolah menunjukkan "surga" hanya milik yang kaya.   Nama magnet Maria Ozawa juga diplot sebagai pemanis.    Tampil seksi dalam adegan "surga" lalu digiring ke adegan "neraka" yang sekilas memakai tone ala Saw dan sedikit gaya Friday the 13th.   Thats it . Invitation Only (2009) - 5/10

Beauty and The Beast sebelah rumah

Film yang "renyah". Ada rasa crime , dengan taburan komedi dan sedikit bumbu roman percintaan muda-mudi. Penulis mencoba memberi istilah mandiri versi sendiri " crime-o-mantic ". Nice movie . Plot dasar film ini sebenarnya tentang pengalaman suka duka bagi karakter Kale. Kehilangan sang ayah membuat Kale harus menjadi tahanan rumah. Namun 2 berkah sekaligus diterima melalui Ashley dan Robert Turner. Rasa crime memang mendominasi besar. Crime logic -nya tidak dangkal juga tak rumit. Selipan komedinya yang membuat sisi plot kriminal menjadi segar. Akting Shia Le Beouf disini tidak terasa konyol atau memaksa konyol demi komedi. Dari visual ada sedikit " refresh " dengan tempelan aktris Sarah Roemer. Kombinasi itu diaduk menjadi tampilan serius tapi segar. Disturbia (2007) - 7/10

Disini tidak ada yang bernama Rose

Yang penulis suka dari film ini gaya aksi laga-nya. Sejauh yang penulis tahu, nama Luc Besson memiliki gaya khas dalam menorehkan aksi laga dalam film. Sampai saat ini penulis belum tahu bagaimana menjabarkannya hanya merasakan saja. Gaya aksi laga yang cepat dan tepat sasaran. Digabungkan dengan aksi slow-mo yang memukau.  Didukung dengan pergerakan kamera dalam mengambil sudut-sudut laga. Adegan laga dibuat sepotong-potong secara dinamis dan sesekali dibuat efek shaking untuk memberi kesan kerasnya laga yang terjadi. Dan semua itu dimulai sejak karakter Wax dimunculkan. Adalah John Travolta dengan gaya bad boy di film ini akting John Travolta cukup berkesan. Dingin dan penuh percaya diri membuat aksi laga terasa hidup. Segi cerita, simple dan cepat. Grafik cerita naik turun secara cepat. Melow-aksi-melow-aksi. Tentang teroris dan pembersihannya. Sebagai pemanis dilengkapi dengan twist kejutan. Rose. From Paris With Love (2010) 7/10

Pelajaran dari Hachi

Surat kabar lokal sempat menulis berita tentang penemuan mayat di sebuah rumah-toko (ruko). (Kebetulan lokasi kejadian tidak jauh dari lokasi tinggal penulis). Korban dikenal hidup sendiri dan tinggal dengan seekor anjing. Biasa. Yang membuat biasa adalah cerita di dalam proses pengambilan jenazah. Sejauh penulis ingat, proses evakuasi jenazah dari dalam rumah "terhalang" oleh sang anjing yang konon telah berhari-hari tak diberi makan karena sang tuan telah meninggal. Ternyata, sang anjing memberi "perlawanan" menjaga jenazah tuannya ketika pihak polisi berusaha melakukan evakuasi jenazah. Sisi menariknya, dalam berita tersebut menyinggung film Hachiko. Dan, itulah awal mula penulis tertarik mencari film ini. Beruntung film Hachi ini tergolong umum dan masih kategori baru saat itu. Mudah didapatkan. Dan, .... memang film yang sangat menarik bagi penulis. Menggetarkan ketika tahu ternyata film ini juga based on true event . Tema cerita sebenarnya sederhana s

Action Movie by DJ Stallone Remix

    Pertama kali menyimak, penulis teringat Ocean Eleven . Sama. Menjual nama besar para aktor pendukung. Ensemble cast. Kedua film itu menampilkan tim yang kompak. Hanya beda pada sisi genre. Bila Ocean Eleven diwujudkan dengan gaya serius tapi santai lebih ke drama, di sini mengandalkan aksi laga. Penulis mencatat 2 hal penting nilai jual film ini. Pertama, nama besar para aktor. Stallone berhasil mengolah sebuah film yang fresh dalam visual dimana sebelum masuk ke cerita, mata akan dimanjakan oleh penampilan para aktor yang dikenal aktor laga dalam 1 panggung bersama. Meski, secara keseluruhan film, porsi paling besar pada karakter Barney (Stallone) dan Lee (Jason Statham). Lainnya, dalam porsi lebih kecil. Penampilan "besar tapi kecil" ada pada Arnold dan Bruce Willis. Dan, meski hanya tampil dalam hitungan menit, keduanya sudah bisa memberi kesegaran dalam film. Sebagai orang dari Asia, tentu hadirnya Jet Li membawa angin sejuk. Porsi yang diberikan pada Jet Li b

Ber- "masalah" bukan berarti kalah

Nama besar Dwayne Johnson memang menjadi pemancing utama selain tag based on true story . Postur dan gayanya memang terlihat cocok untuk " action ". Tapi, untuk drama kali, penampilan Dwayne patut diapresiasi. Grafik cerita memang ditata pelan menanjak hanya saja dramatisasinya terasa kaku. Antar geng dan perseteruannya terlalu dibuat-buat kurang natural. Football Amerika ? Sampai sekarang penulis juga tidak tahu tentang cara permainan ini. Tabrak-lari-jatuh dan tabrak. Berat. Tapi penulis mencoba berdiri di sisi lain memandang film ini. Ada pesan moral positif yang indah tersendiri di dalamnya melalui karakter Sean Porter dan para anak asuhnya. Bahwa harga diri kita berbanding lurus oleh tindakan dan usaha kita (tidak harus melalui football atau olahraga seperti di film ini), bila kita melakukan sesuatu dan berusaha secara positif maka hasil yang dituai juga positif dan sebaliknya. Tinggal bagaimana cara kita memandangnya. Gridiron Gang (2006) - 6/10

3 pilihan sulit tapi bukan menyerah

Dari masuk intro, film ini sudah mulai menyentuh. Sedikit pelajaran tentang kerasnya dunia militer yang akhirnya menghasilkan prajurit-prajurit terbaik. Dramatis dan mengagumkan. Peter Berg mampu membuat visual yang menggiring emosi. 3 hal yang penulis tarik dalam versi sendiri. Tertawa-berjuang-terluka. Mereka lalui bersama hingga tercipta persaudaraan yang kuat. Sisi emosional ini ditunjukkan dalam grafik cerita tertata sangat rapi dalam detailnya. Detail pengambilan gambar akhirnya semakin melengkapi dramatisasi kisah nyata dari prajurit Marcus Luttrell ini. Bagian terbaik dari film ini, menurut penulis, adalah pertempuran di perbukitan cadas daerah Afghanistan. Kekuatan judul berjuang "sendiri" di tanah asing benar-benar tampak. Petikan yang memorable bagi penulis adalah ketika karakter Axe membidik senjatanya sembari berbisik "... you'll die for your country but I'll live for my country... " dan pesan terakhir dari karakter Murphy kepada Mar

Jutaan wanita bersedia mati demi pekerjaan ini

Runway adalah majalah fashion bergengsi. Memiliki ketertarikan pada fashion adalah syarat utama. Fashion glamour dan high taste for fashion adalah mutlak. Dan semua itu berkat tangan dingin Miranda ' Devil ' Priestly. Masalahnya, Andrea Sach bukanlah wanita yang glamor. Sederhana, lugu, dan not fashionable . Ada quote menarik yang penulis tarik dengan versi sendiri, " Jangan bekerja karena harus. Melainkan dengan cinta. Cinta saja? Tidak. Juga otak. " Film yang sangat menarik sekali. Jalan ceritanya bagus meski ada hole sedikit bagi penulis namun keseluruhan sangat bagus. Akting Meryl Streep, penulis menilai luar biasa. Gaya devil benar-benar dibawakan apik oleh Meryl Streep. Tutur kata dan sorot mata benar-benar "menyakitkan". Dilengkapi dengan karakter penuh kesinisan yang kuat membuat karakter devil ini sangat terasa. Tak hanya itu, job under high pressure kepada karakter Andrea juga dapat dimunculkan dengan menarik. Tekanan sinis dari rekan

Terlantar dalam dingin

Kalau bagi penulis, film ini sangat menarik. Simple. Minimalis. Tidak banyak gaya. One night story . Lokasi di 1 tempat. Cast utama hanya 3 orang. Tidak memakai banyak konflik-konflik yang tak perlu. Sisi tegangan dalam film ini juga bagus. Paling tidak penulis menempatkan diri berada pada sudut "kemalangan" para karakter ini. Terjebak di atas ketinggian. Di gunung bersalju dengan suhu di bawah nol. Dan tak ada siapapun di bawah sana kecuali serigala. Sudut kemalangan inilah yang menjadi kekuatan utama film ini. Dimunculkan dengan grafik cerita yang meningkat perlahan, dari sekedar bermain ski hingga semua listrik dipadamkan. Frozen (2010) - 7/10

Benarkah toss dengan gelas kosong membawa sial?

We're Triplehorn.  Sepasang suami istri yang sedang dalam masa kurang harmonis, sedang berusaha memperbaiki hubungan dengan 1 malam kencan. Gara-gara demi kelancaran acara kencan, mereka pun mengaku-aku sebagai pasangan keluarga Triplehorn. Akibatnya mereka terseret ke dalam masalah milik Triplehorn.   Untuk masuk ke inti, perlu waktu sedikit lama. Jalan ceritanya juga terasa datar. Sebagai "sasaran penjahat yang salah" dan harus menyelamatkan diri, tidak ada tensi apa-apa dari segi kekonyolannya itu. Bahkan semakin menyadari bahwa menjadi incaran penjahat, cerita terasa semakin terlalu mengada-ada dan karakter Foster terlihat sangat amat santai untuk ukuran "dikejar" penjahat. Menari?   Alhasil, komedi yang seharusnya menjadi kekuatan film ini menjadi garing dan kaku. Kekonyolan hadir tidak maksimal. Hadirnya nama besar guest star seperti Mark Wahlberg atau James Franco, kurang begitu membantu komedi salah sasaran ini. Date Night (2010) - 5/10

Mystery Love Story

Bagai petir di siang bolong. Ada anak bertanya pada bapaknya...siapakah ibuku? Seputar biologis dan lain-lain things nya. Cerita pun berkembang dengan cerdas dan ringan serta tak ketinggalan so sweet (ala anak gaul). Emily-Summer-April. Wow, betapa beruntungnya karakter William yang secara rela menjadi pelabuhan cinta 3 wanita cantik. Dan kali ini sang aktor Ryan Renolds " terjebak terperangkap dan terkubur " dalam kedewasaan rasa ingin tahu Maya seputar siapakah ibundanya yang sebenarnya diantara 3 nama tadi. Dari temanya mau tak mau penulis harus akui ikut terbuai dan terhanyut. Menjadikan penulis berdiri sebagai Maya - sang anak yang tadi - and Abigail bagus sekali aktingnya. Dan memang kisah film ini sangat menghibur. Bungkusan teka-teki nya dijaga ala misteri dan diolesi dengan komedi-komedi ringan. Emosi tertarik dan terperangkap dalam roller coaster story . Karena apa yang ditebak ternyata bukan jawaban dan menyimpan cerita cinta lebih dalam. Definite

Kemarahan (lama) yang (lama) terpenjara

  Bagai panah lepas dari busur, begitu pintu penjara terbuka, dia (Dwayne Johnson) langsung melepas dendam kepada siapaun yang terlibat dalam kematian sang kakak. Cepat tepat dan singkat. Ada bad boy ada polisi. Sebenarnya 2 karakter itu sudah cukup membangun genre action-crime film ini. Tapi, penulis seperti merasakan lain. Ada pemecahan cerita yang tak tentu arah. Penambahan kisah rumah tangga sang polisi (Billy Bob) terasa terlalu diadakan. Violence -nya sedikit vulgar. Menodongkan pistol saat ibu tidur? Seandainya bisa diperhalus. Ada lagi, karakter sang Killer - yang merasa membunuh harus dengan seni - terasa lepas dari rantai cerita. Ada tidak ada karakter ini sepertinya tidak berpengaruh. Malah terasa berjalan sendiri. Kisah romantis dan kisah pribadinya terasa sebagai jalan memenuhi durasi film tanpa memberi arti yang berarti. Hanya 1 quotes yang terasa mantab dari Killer ini , " No, he's faster ". Plot cerita dengan hook serta twist story -nya cu

Semburat darah sepanjang pelarian

Begitu masuk di intro tidak perlu berlama-lama langsung fight . War. Battle. Sejauh pengamatan, film ini memang secara dominan diwarnai oleh adegan battle dan menjual semburat darah.  Berupaya untuk berkesan bengis keji sadis. Rentetan scene cerita demi cerita dengan dialog berjalan dengan cepat mengakibatkan kisah di dalam film menjadi hambar dan biasa saja.  Tidak ada roller coaster emosi. Datar. Kisah pelarian dan pengkhianatan-nya lapang saja.   Battle scene -nya juga cepat tidak memakan efek banyak. Tidak megah dengan efek kolosal.  Keseluruhan, film ini kurang bisa menarik emosi untuk larut di dalam alur cerita. Centurion (2010) - 5/10

Jalan panjang menuju rumah

Bagi penulis, melihat karakter Ethan memang somebody needs a friend for a trip dan untuk kali ini sang Iron Man terjebak dalam "neraka" dan mendapatkan "musuh" cukup berat. Sebuah perjalanan yang seharusnya singkat dan simple menjadi bertele-tele dalam kekonyolan demi kekonyolan hingga akhir secara kreatif dan fresh. Tampilan road movie yang memiliki taste Hangover. Dan Zach, again, two thumbs up for his good acting and style. Kalau di televisi lokal, urusan lempar serbuk (entah tepung atau apa) menjadi tontonan dengan rating fantastis. Tapi disini, cara berbeda dipertunjukkan sebagai sajian kopi. Komedi dalam film ini memakai sentral pada tokoh Ethan. Kekonyolannya segar dengan gaya innocent- nya. Sangat menghibur. Due Date (2010) - 7/10

Teror St.Bernard

Kalau melihat Beethoven mungkin akan merasa gemas dengan anjing big size St.Bernard . Tapi, jangan harap melihat keramahan anjing jenis ini disini. Sederhana saja tema intinya, entah penyakit atau virus, keramahan anjing bernama Cujo ini berubah menjadi evil yang mengerikan. Sepanjang durasi cerita, horor klasik ala Stephen King ini memang menarik. Menurut penulis gaya film garapan sutradara Lewis Teague ini masih enak dinikmati setelah lebih 20 tahun sejak rilisnya. Penulis mencatat beberapa yang menurut penulis menarik. Gaya shoot dan sudut ambil gambarnya boleh dibilang "tidak klasik". Penampilan Cujo sendiri cukup sukses "mengerikan" untuk ukuran anjing sebesar itu, dengan make-up yang "tidak berlebihan" dan wajar. Akting, terutama penulis apresiasi pada gaya si kecil Tadder, juga mumpuni. Satu saja link cerita yang menurut penulis sedikit out of topic , yaitu masalah affair . Meskipun tanpa selipan masalah affair, sepertinya Cujo s

Perang demi perdamaian

Kalau masalah pangkat jabatan militer atau istilah prosedural dalam bahasa militer juga memang sulit dipahami oleh penulis. Dari awal hingga akhir lokasi film hanya di satu tempat. Drama total. Dan, kekuatan film lawas yang disutradari Tony Scott ini adalah membuat semua itu menjadi menarik disimak. Setelah menyelam bersama film ini memang garis besar konfliknya adalah beda pendapat. Selisih paham yang ada juga bukan biasa tapi menyangkut nyawa orang banyak. Semakin terasa ketika drama konflik ini diperkuat akting cemerlang. Terasa sekali bagaimana beberapa kali tusukan verbal Gene Hackman kepada Denzel Washington lalu saling balas kudeta dalam "satu rumah". Crimson Tide (1995) - 7/10