Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2017

Leo di antara karir dan kasus

Menonton film ini rasanya seperti bertanding tinju. Bolak-balik "gagal" kalah sampai tuntas. Penuh perjuangan. Kalau tidak ketiduran, ada gangguan lain, sampai kurang paham ceritanya. Akhirnya berhasil tuntas hingga credit scene . Sekali, masih belum paham. Coba lagi, dan memang hasilnya cukup "berat" ceritanya. Jika disederhanakan film ini garis besarnya berkisah tentang seorang mantan anak panti asuhan yang besar menjadi seorang tentara Uni Soviet (Rusia). Karakter ini "diberi" nama Leo. Karir seorang Leo ternyata cukup bersinar dan mulai membawa masalah. Di tengah masalah Leo dalam karir, ada kasus pembunuhan anak-anak muncul di permukaan. Yang cukup "memberatkan" bagi Movielitas adalah hubungan storyline antara gangguan karir Leo dengan misteri pembunuhan yang disebutkan bahwa " not random " alias terencana dan menemukan sang dalang pembunuhan. Meskipun sudah diketahui siapa dalangnya, tapi titik balik menemukan

Fate of The Fast and Furious

Sekali lagi, serial Fast Furious muncul dengan kisah yang, menurut Movielitas, tidak berbeda gaya dengan serial sebelumnya. Mengandalkan aksi laga, sedikit komedi, dan kerjasama tim. Gaya yang selalu ada di beberapa seri Fast Furious, - aksi laga yang mewah dan megah. - yang dulu lawan, di seri berikutnya menjadi kawan - dan pastinya, mobil. Dari sisi cerita, menurut Movielitas, tidak terlalu istimewa konfliknya. Hanya saja penambahan karakter bayi lucu, bisa memberikan sedikit kesegaran. Dan, untuk seri ini, scene komedi-nya lebih banyak. Dari sisi aksi, masih sama. Mewah dan megah. Mobil-mobil dibuat seperti mainan yang "diterbangkan" kesana kemari lalu diledakkan. Dan, momen paling Movielitas suka adalah momen zombie time dan hujan mobil. Keseluruhan, masih tetap menghibur dan keren. Mungkin di seri kesembilan ada sedikit "penyegaran" baru. The Fate of The Furious (2017) - 6/10

Tak semua yang bernapas, bergerak, ataupun berbicara adalah makhluk hidup

Awalnya berangkat dari rasa penasaran karena beberapa kali melihat rekomendasi film-film yang di-label-i bagus, ada nama film ini. Genre-nya horor namun lebih bermain juga ke drama, tidak asal gelap-musik seram- atau make-up seram. Yang menarik saat memutar film ini adalah dimulai dengan pembukaan ikonik dari 20th Century Fox . Wow , pastinya bukan kualitas film yang asal-asalan horor tentunya. Kesan pertama, film ini cukup menarik di durasi awal hingga tengah. Tapi, untuk Movielitas sendiri, selepas durasi pertengahan, agak terasa membingungkan jalan ceritanya. Fokus cerita yang awalnya tentang seorang anak gadis kecil yang kerasukan dan orang tuanya yang resah melihat anaknya, agak mulai terganggu dengan mem-paralel-kan kaitan antara The Jap (karakter pria tua dari Jepang), gadis aneh pelempar batu, dan Shaman (karakter pengusir setan khas Korea). Dan, terus berlanjut hingga akhir. Dan, bisa jadi memang itu kekuatan misteri dari film ini, yaitu pemirsa dibiarkan meng

Keindahan yang menggigit tajam

Sebuah film dengan lingkaran cerita yang sangat sederhana, dan Movielitas gemar dengan film bernada seperti ini karena tidak banyak "belokan" yang terlalu dalam dalam mencerna cerita. Film ini berkisah tentang seorang wanita yang "lari" sejenak dari kehidupannya berlibur di sebuah "pantai rahasia" atau a secret beach di daratan Meksiko. Namun, akhirnya liburan yang diisi dengan kegiatan surfing itu menjadi tragedi berdarah tidak jauh dari bibir pantai indah itu. Sebenarnya ada beberapa spot cerita yang memunculkan pertanyaan, bagaimana bisa begini atau bagaimana bisa begitu. Atau dengan kata lain, bagi Movielitas, susah di-logika. Satu hal yang pasti, alam pantai-nya keren. Indah sekali. Lalu, meskipun tema film seperti ini sudah pernah ada sejak dulu, tapi disini pandai memainkan visual yang apik kekinian. Ketegangan yang ditampilkan pun tersampaikan dengan baik. Movielitas juga suka dengan pengambilan gambar-nya. Terutama dengan pengamb

Another story of Ip Man

Film ini ternyata berbicara soal legenda seni beladiri Wing Chun yang dipopulerkan oleh Master Ip Man. Dilihat dari tahun rilisnya, film ini baru muncul setelah film Ip Man dengan aktor Donnie Yen . Entah mengapa dibuat versi Ip Man yang satu ini. Dan, kali ini yang didapuk sebagai Ip Man adalah Tony Leung. Bagi Movielitas, film ini secara garis besar memiliki alur kisah yang sama dengan versi Ip Man. Secara khusus, ada beberapa perbedaan yang membuat bingung antara mana yang benar dan salah dengan sejarah legenda Ip Man ini. Secara visual film ini jauh berbeda dengan versi Donnie Yen. Atmosfir film lebih banyak bermain dengan warna dark gold. Film terasa dark, suram, muram. Hampir tidak ada warna "cerah". Dialognya terasa beda. Story line pun tidak seringan Ip Man versi Donnie Yen, tapi terbagi dua antara kisah guru Ip Man pada era kejayaannya sebagai ahli beladiri dan kisah konflik keluarga Gong Er yang sedikit banyak juga melibatkan Ip Man. Lalu, dalam beberap

Pengalaman tetaplah guru terbaik, bukan teknologi.

Absolutely awesome. Sully, Clint Eastwood, and Tom Hanks. Sekali lagi, Movielitas memang menyukai gaya film dengan sutradara Clint Eastwood. Drama-nya selalu bukan drama biasa. Ada citarasa lain yang selalu bisa dihadirkan pada karya Clint Eastwood sebagai sutradara berkualitas tinggi. Sebelumnya, Movielitas masih samar mengingat bahwa Movielitas pernah membaca berita tragedi di sungai Hudson pada tanggal 15 Januari 2009 silam. Hanya saja, Movielitas tak bisa ingat di media apa membaca berita kecelakaan pesawat Cactus 1549 (US Airways Flight 1549) ini, pastinya bukan televisi sebab saat itu Movielitas masih merantau di "pulau orang". Dari sudut pandang penikmat berita, yang dapat Movielitas capai adalah atmosfir kepahlawanan seorang pilot. Dan, pastinya cakupan cerita surat kabar bagi Movielitas yang penikmat berita awam, hanya sebatas "luarnya". Heroik. Sudah selesai, begitu saja. Lewat karya film memori tahun 2009 dibawa kembali. Tapi, dengan c

Nostalgia dengan karakter Dick Tracy

Menurut data karakter Dick Tracy merupakan karakter komik, tapi Movielitas sendiri mengenal karakter Dick Tracy ini dari console Sega. Video game lawas, dan kaset yang Movielitas beli adalah Dick Tracy. Beberapa game lain-nya adalah Shinobi (ninja), Basket NBA 96 , Rambo 3 . Wah, luar biasa film ini kembali membawa ke masa kanak-kanak yang ceria tiada beban hidup. Meski sederhana dan kalah jauh dalam urusan kecanggihan dengan Playstation atau X-Box, tapi momen keceriaan dan lika-liku perjuangan dalam game-game itu sangat luar biasa bagi Movielitas. Film ini sukses untuk Movielitas kembali memutar, tak hanya film-nya, tapi juga kenangannya. By the way , sejak tahun kemunculannya film ini, Movielitas justru pertama kali menontonnya saat ini. Keren. Tidak banyak yang bisa Movielitas ingat dari Dick Tracy ini, console game hingga beberapa kaset permainannya pun entah dimana sekarang berada. Jubah kuning. Tommy Gun. Itu yang bisa Movielitas ingat dalam game lawas 2 di

Masalah dalam kembalinya sang buah hati

Sebuah sajian drama kriminal yang menimpa anak perempuan dari seorang seniman tato. Bisa dikatakan bila film ini diluar ekspektasi. Diceritakan bahwa sang seniman tato kehilangan anak perempuannya yang masih kecil. Bagian bagaimana dan kapan ayah-anak ini dipertemukan dalam cerita ini yang membuat sedikit kurang begitu antusias lagi. Keseluruhan, jalur ceritanya juga bisa ditebak cepat. Tidak terlalu istimewa jika dibandingkan dengan Mel Gibson berada di kursi sutradara Apocalypto. Blood Father (2016) - 6/10

Lone Wolf in Nam

Justru yang menarik dari film ini adalah sosok Rambo-nya. Sedangkan dari storyline dan pernak-pernik dalam film, sudah pastinya hampir sama dengan gaya one man show di seri pertama First Blood . Harus diakui memang bahwa Sylvester Stallone adalah salah satu aktor yang "berhasil" identik dengan satu karakter dalam film. Berbeda dengan karakter superhero seperti Batman atau Superman, karakter Rambo oleh Stallone ini dapat dibilang sebagai salah satu karakter yang irreplaceable . Tak tergantikan. Dan, hanya Stallone yang memang cocok membawakan karakter Rambo. Sejauh Movielitas amati dari awal muncul hingga akhir cerita, sosok Stallone terutama wajah, memang mampu membentuk sosok Rambo versi film (entah versi novel-nya). Dengan mimik wajah hard-tough dan potongan rambut yang "sangar", gaya utama Stallone adalah menampilkan karakter mantan militer dengan keahlian perang kelas predator, nyaris tanpa senyum, datar, dan dialog serba minimalis. Pas sekali.

Mematahkan ambisi mantan biksu yang keliru

Dulu, sebelum jaman internet seperti saat ini, hiburan paling menyenangkan adalah televisi yang saluran stasiun hanya satu saja. Lalu, pelan demi pelan, pihak swasta bermunculan mendirikan stasiun televisi baru. Film ini termasuk hiburan mewah pada jamannya. Begitu pula untuk Movielitas yang pada saat film ini tayang (merujuk pada tahun produksi-nya), saat itu Movielitas masih ingat bagaimana bahagianya bisa "mencuri" ikut saluran parabola orang lain (tetangga) dan stasiun televisi swasta yang saat itu masih free sinetron, bisa tampil di layar televisi secara jernih. Kalau salah ingat, film ini dulu juga pernah ditayangkan saat era televisi swasta masih "sulit" dinikmati selain dengan parabola. Dan, berkesempatan menikmati film kungfu klasik ini menjadi momen nostalgia sejenak untuk Movielitas. Pesan moral film ini menurut Movielitas adalah tentang materi dan ambisi. Hidup akan terasa damai bila tidak mengukur segala sesuatu dengan materi, setidaknya

One of twelve manifestations tracked in Korea

Sejauh ini yang bisa Movielitas ingat ada judul Exorcist (ini yang paling fenomenal), kemudian The Rite (ada Anthony Hopkins), dan The Exorcism of Emily Rose . Film-film tersebut bertopik seputar pengusiran roh jahat dari tubuh manusia. Sebenarnya ada beberapa lagi judul seputar kerasukan dan ritual-nya, hanya ketiga film di atas sedikit istimewa buat Movielitas. Sekarang, sekali lagi, Korea tidak mau kalah dengan karya Hollywood di atas. Menariknya adalah selalu punya ciri khas. Ada sisi dramatis dalam alur cerita yang sebenarnya sudah umum. Ini yang kerap kali Movielitas suka dari film Korea. Di film ini, ada 2 momen yang menarik. Pertama "penipuan" yang dilakukan oleh roh jahat. Kedua, ritual pembuangan roh jahat. Kedua momen itu khas dramatis ala Korea. Alur ceritanya menarik. Selalu ada misteri baru di setiap bagian. Momen horor-nya tidak "berdesakan" dipaksa ada di setiap scene, tapi ada selang waktu yang tepat. Untuk visual efek-nya sendiri

Setelah Superman tak bisa lagi terbang...

Film yang diangkat dari komik. Movielitas sendiri sayangnya bukan penggemar komik, jadi tidak tahu tentang komiknya. Menariknya tema komik bukanlah superhero melainkan antihero. Yang membuat penasaran dari film ini awalnya adalah nama besar Will Smith, ada karakter Joker musuh bebuyutan Batman (dibawakan oleh Jared Leto), dan Harley Quinn. Di luar faktor-faktor itu juga banyak berita-berita tentang "hebohnya" film ini di sosial media yang sedikit banyak ikut membuat penasaran seperti apa film ini. Storyline -nya agak membingungkan menurut Movielitas. Dikisahkan awal mula misi cerita adalah ketika Superman tidak bisa lagi terbang. Lalu muncul para pengganti Superman. Yang membuat bingung adalah misi para pengganti Superman dan musuh utamanya siapa. Ekspektasi awalnya adalah menghadapi Joker, tapi ternyata bukan. Melainkan melawan kekuatan sihir ala Enchantress yang masuk ke tubuh June Moone. Jika disimak, kekuatan El Diablo dengan tangan apinya, sepertinya suda

Pembalasan dendam dari dalam kubur

Yang membuat fim ini menjadi "fenomenal" pada jaman rilisnya adalah tragedi di balik layar. Film ini dibintangi oleh putra mendiang aktor sekaligus praktisi beladiri kungfu Bruce Lee, yaitu Brandon Lee. Tragedi di balik layar film ini adalah kecelakaan syuting yang mengakibatkan Brandon Lee meninggal dunia. Menurut data, kecelakaan menimpa Brandon terjadi pada adegan yang diletakkan di permulaan film. Di luar penggunaan stunt-man dan visual efek untuk "melapisi" karakter Eric Draven yang "ditinggalkan" oleh Brandon, sebenarnya menurut Movielitas, bisa dikatakan tidak "seberat" pada film Fast & Furious yang juga tertimpa tragedi di balik layarnya. Aktor utama dalam film tersebut juga meninggal dunia dalam kecelakaan namun kejadiannya di luar acara syuting. Mengapa bisa lebih mudah, karena disini karakter utama, Eric Draven, digambarkan sebagai pria yang bangkit dari kubur untuk balas dendam. Dan, dikisahkan juga bahwa Eric Dra

Memburu matador tanpa banteng

Usia bisa jadi bukan halangan bagi seorang seniman kelas dunia Jackie Chan untuk tetap terus melahirkan karya sinema. Kali ini Jackie Chan berkarya dengan sebuah film yang disutradarai oleh Renny Harlin. Dan gaya ceritanya kurang lebih mirip dengan gaya film-film Jackie yang diproduksi Hollywood sebelumnya yaitu berduet dengan aktor Hollywood (sebelumnya antara lain dengan Owen Wilson atau Chris Rock). Disini yang didapuk menjadi duet Jackie adalah Johny Knoxville yang terkenal lewat aksi-aksi nekatnya di Jackass. Nama Renny Harlin sendiri ternyata bukanlah nama baru di dunia sinema Hollywood, dan salah satu karya besar dari sutradara Renny Harlin ini adalah Die Hard 2 . Bagi Movielitas, arah film ini lebih ke genre travel-action-comedy . Untuk genre action , memang tidak perlu dibuat penasaran, karena umumnya film dengan memakai Jackie Chan sebagai bintang utama adalah genre aksi laga yang dicampur dengan unsur komedi. Bila pernah menyimak film Rush Hour , sepertinya t

Teror di hotel internasional

Sebuah sajian film yang merupakan kolaborasi antara Cina, Hongkong dan Korea. Genre nya mengarah ke komedi-romantis-aksi laga. Kisahnya berputar pada konflik perburuan teroris yang meneror hotel berbintang. Bagi Movielitas, storyline film ini standard saja, belum ada yang istimewa. Ciri khas storyline ala Korea, harus "rela berbagi" style dengan gaya film Mandarin. Keseluruhan, menghibur. Baik dari sisi komedi maupun romantisnya. Begitu juga dengan aksi laganya. Cocok sekali untuk hiburan bagi pecinta bintang-bintang "pop" masa kekinian. Bounty Hunters (2016) - 6/10