Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2022

Keep Silent, Keep Alive

Sebuah sajian yang sangat menarik. Bagus dan tidak rugi menonton film garapan sutradara John Krasinski. Luar biasa meski gaya film ini pernah Movielitas tonton dulu sekali yaitu di film Thailand, 4Bia . Di film Thailand tersebut, berisi empat segmen kisah horor dan paling menarik perhatian Movielitas adalah gaya horor di segmen pertama. No dialog, minimalis dalam hal lokasi cerita dan pemain. Disini berbeda. Hampir sama, minimalis dalam dialog karena konflik utamanya adalah diam bila ingin tetap hidup, didukung dengan skenario nya berkisah sebuah keluarga kecil dengan anak yang memang tuli-bisu. Perbedaan lainnya, di film ini gaya horor nya bukan horor dunia lain melainkan lebih ke gaya horor, sebut saja, makhluk non manusia. Juga setting tempat dan waktu cerita berbeda, kalau disini bermain di era post apocalyptic dan rentang cerita-nya selang tahunan. Movielitas menyukai gaya film yang berbeda seperti ini. Meski minim dialog, konflik juga tidak bercabang-cabang alias sangat sederhan

Mayat penyelamat

Inti ceritanya Movielitas tidak paham. Tapi jika menengok rating film ini di IMDB, sepertinya cukup bagus. Cuma Movielitas kurang begitu paham makna cerita di balik film garapan sutradara Daniel Kwan and Daniel Scheinert ini.. Konflik dasarnya jelas, yaitu penyelamatan diri dari seorang Hank Thompson. Di tengah keputus-asaannya, Hank bertemu dengan sesosok mayat yang kemudian menjadi teman seperjalanan dan menjadi alat menyelamatkan diri. Film ini akhirnya terasa seperti ajang perang akting dua aktor, Paul Dano dan Daniel Radcliffe. Paul lebih banyak berakting tunggal ala teaterikal, sedangkan Daniel berakting mayat hidup. Overall, Movielitas menyebut film ini sebagai drama fantasi saja. Mau dibilang drama survival tapi kok jatuhnya begini. Kurang bisa menangkap poin utama dari film ini. Dan kurang masuk dengan selera Movielitas.  Swiss Army Man (2016) - 4/10

Antara berduka, ambisi, dan kenangan di kampung halaman

Sajian kali ini berupa drama Korea. Karena baru-baru ini Movielitas menonton penampilan Ma Dong Seok atau Don Lee, pilihan jatuh menonton film ini karena faktor tersebut. Hasilnya, lumayan. Plot cerita dan konfliknya khas Korea. Berkisah tentang dua karakter, Seok Bong dan Joo Bong. Kedua orang ini adalah kakak-beradik yang masing-masing telah memiliki kehidupan dan pekerjaan berbeda. Hingga satu waktu, mereka "dipaksa" untuk pulang dan bertemu satu sama lain di kampung halaman oleh kejadian meninggalnya sang ayah. Momen berduka tersebut akhirnya menjadi momen berharga bagi mereka berdua untuk lebih mengetahui serta memahami background orang tua sebelum mereka menjadi dewasa dan memiliki kehidupan sendiri. Plot ceritanya, memang berlika-liku. Konflik yang dilempar awalnya terasa bercabang di sana-sini. Baik karakter Seok Bong maupun Joo Bong masing-masing memiliki konflik sendiri. Belum lagi konflik budaya di kampung halaman dan konflik latar belakang keluarga mereka sendiri.

Jumanji dan dunia permainannya

Dulu, dulu sekali tahun 1995 pernah ada film Jumanji dengan Robin William sebagai aktor utamanya. Kala itu Movielitas hanya melihat trailer dan review di televisi, tidak menonton di bioskop. Kali ini di remake dengan versi modern dan bintang milenial.  Movielitas penasaran dengan film ini karena unsur Dwayne Johnson nya. Pasangan Dwayne ada Kevin Hart dan Jack Black. Dari sisi konflik, film ini memang diarahkan ke hiburan bersama anak atau keluarga. Tidak berat juga tidak "dewasa". Tepatnya seperti dunia fantasi. Karena kisahnya sendiri seputar dunia permainan Jumanji yang dilihat dari bentuknya seperti Nitendo jaman klasik dulu. Dari tampilan spesial efek, tentunya sangat luar biasa dengan garapan Hollywood. Tidak perlu diragukan. Hanya soal akting yang menurut Movielitas agak kurang menarik. Dwayne Johnson meskipun pernah bermain di film Disney, terasa kurang komedi membawakan karakter Bravestone karena plot nya yang mengharuskan Dwayne berperan sebagai pemeran lain (Spence

Pertumbuhan fisik yang menjadi bencana

Alasan utama memilih film garapan sutradara Brad Peyton untuk dijadikan tontonan malam ini adalah karena nama Dwayne Johnson. Movielitas menyukai gaya akting Dwayne Johnson yang sebelumnya dikenal dengan nama The Rock ini. Kali ini Dwayne Johnson berperan sebagai Davis Okoye seorang pemerhati sekaligus pengasuh primata gorila albino yang dinamai George. Dikarenakan sebuah penelitian yang berakhir fatal mengakibatkan sebuah "bencana" di kawasan tempat habitat binatang liar berkumpul. Bencana yang terjadi sebuat saja bencana genetika dimana para tiga binatang liar yang terkenal buas menjadi bertumbuh tak terkendalikan. Jujur saja, menonton film ini jatuhnya sangat jauh di bawah ekspektasi. Konflik besarnya sangat sederhana tapi dengan alur cerita dan penempatan akting yang sangat kurang menarik bagi Movielitas. Penampilan Dwayne disini sendiri sebenarnya sudah sangat umum sekali sama dengan di film-film Dwayne lainnya, tapi sering terasa kurang pas dengan adegan yang ditampilka

Dipertemukan di hutan yang terbakar

Sebuah sajian yang berkonsep piramida terbalik. Di awal film dilempar beberapa konflik yang nanti kemudian dipertemukan menuju satu titik. Seorang petugas pemadam kebakaran yang sibuk menyesali dan menyalahkan diri sendiri, seorang akuntan yang ketakutan, polisi yang menunggu kelahiran putri, dan dua orang tokoh jahat berdarah dingin dengan kemampuan taktis. Alur ceritanya mungkin akan membuat kewalahan dan membingungkan di awal. Tapi ketika semua bertemu di hutan, pelan-pelan menjadi jelas konflik utamanya. Bagi Movielitas, konsepnya bagus. Hanya konfliknya yang kurang menarik. Konsep ke-tidak sengaja-an yang akhirnya bertemu di satu poin cerita, kurang masuk. Yang "menonjol" di luar nalar adalah tokoh yang diperankan oleh aktris senior Angelina Jolie yaitu Hannah. Kalau diperhatikan, karakter Hannah ini tergolong karakter yang sangat kuat alias super woman. Terjatuh dari menara, hampir tersambar petir (sebuah adegan yang kurang paham maksud dan tujuannya), hingga dipukuli b

Woodstock '99 : Peace, Love, Music, Riots, Rages, and Chaos.

Nama besar Woodstock baru Movielitas ketahui di era 1999-2000an. Saat itu ada sebuah majalah lokal kenamaan era itu yang menerbitkan sebuah edisi khusus membahas even Woodstock '99. Movielitas sendiri agak kurang ingat betul pembahasan di majalah edisi khusus Woodstock '99 tersebut, karena yang Movielitas incar saat itu adalah halaman chord dan notasi dari lagu-lagu dari beberapa band yang ditampilkan di even Woodstock 1999. Maklum baru bisa memainkan gitar saat itu. 20 tahun lebih kemudian, Movielitas berkesempatan menyaksikan dokumentasi seputar even Woodstock '99. Dan, miris ternyata. Seperti yang diatas bahwa Movielitas tidak ingat apa yang dibahas seputar Woodstock '99 dalam majalah edisi khusus tersebut, selama ini Movielitas menganggap even Woodstock '99 merupakan even musik yang sukses. Ternyata keliru. Woodstock '99 chaos. Dokumentasi ini cukup menarik bagi Movielitas. Irama cerita seperti dibawa naik secara dinamis dan perlahan-lahan. Menceritakan tent

Wajib militer yang memang sudah wajib

Sebuah sajian film dari negara Singapura. Kalau dilihat dari posternya sudah bisa diterka bahwa film ini mengangkat genre komedi. Dan film ini berkisah seputar pengalaman tokoh utamanya, Ken Chow, yang harus mau tidak mau mengkuti Wajib Militer yang diwajibkan pemerintah Singapura. Bagi Movielitas, film ini kurang menarik. Dari akting pemain-pemain di dalamnya, alur ceritanya, serta komedinya terasa kaku. Tidak berkesan apa-apa. Penampilan fisik sebagai tentara kurang cocok. Yang menarik perhatian hanya di bagian awal saja, film ini terasa seperti unjuk gigi kecanggihan spesial efek suasana perang ala sineas Singapura. Dan untuk tampilan suasana chaos gegara perang, cukup bagus dan megah. Tidak kalah dengan Hollywood. Overall, kurang menarik.  Ah Boys To Men (2012) - 5/10