Skip to main content

Posts

Showing posts from 2021

#AkuHarusBertahan

Sajian kali ini datang dari negara Korea. Kalau dilihat dengan posternya, tentu sudah tidak terlalu berpikir banyak menerka isi film ini. Sudah punya bayangan film in ber-genre apa. Berkisah tentang seorang pemuda yang terbangun dari mimpi semalam dan menemukan dirinya tersendiri di kamar apartemen. Setelah berselang beberapa lama kemudian, pemuda ini menyadari bahwa ada sesuatu yang terjadi di luar kamar apartemen-nya yang memaksa siapapun juga yang kebetulan ada di dalam rumah harus melindungi diri dari serangan virus mematikan. #StayAtHome Plot dasar film ini tidak berat. Tidak memerlukan pemikiran dalam merenungi rangkaian cerita demi cerita. Sangat sederhana. Konsep alur cerita sekaligus tampilannya juga berkonsep minimalis. Tempat setting cerita hanya berada di apartemen itu saja. Fokus dan nyawa film ini ada di permainan akting aktor Yoo Ah In.  Yang menarik perhatian Movielitas dari film garapan sutradara Cho Il Young ini adalah lokasi apartemennya. Mungkin memang di Korea sana

Kisah kecil Mowgli dan hutan rimba-nya

Movielitas kurang yakin dengan versi film Mowgli ada berapa atau berapa kali sudah dibuat versi-versi nya. Yang pasti sekitar tahun 2016 ada versi The Jungle Book garapan sutradara Jon Favreau . Jika dilihat sepanjang film Mowgli versi garapan sutradara Andy Serkis ini, ada banyak perbedaan dengan versi 2016-nya. Secara tokoh dan konflik utamanya, sama. Yaitu konflik sang anak Mowgli dan karakter harimau keji, Shere Khan. Hanya saja ada perbedaan alur cerita antara versi Serkis dan Favreau. Versi Serkis ini, menambahkan sedikit bumbu konflik kecil dengan karakter manusia. Di versi Favreau,Mowgli diceritakan sudah lihai berlari cepat dan menguasai medan perhutanan. Sedangkan di versi Serkis ini, diceritakan "lebih awal" tentang awal mula Mowgli ditemukan yang kemudian diasuh oleh kawanan serigala dan Mowgli disini masih harus dilatih dengan target mampu berlari secepat serigala untuk bisa mengahadapi Khan. Versi Favreau, mungkin karena faktor Disney di belakang film, tampilan

Mengasuh anak salah asuhan

Menyambut Natal tahun ini ada sajian film ber-genre thriller. Garapan dari sutradara Chris Peckover. Berkisah tentang teror yang dialami oleh seorang babysitter atau pengasuh atau penjaga anak berbayar. Itu konflik sederhananya. Alur cerita film ini ringan saja. Khas thriller muda-mudi ala Hollywood. Yang membuat Movielitas tertarik dari film ini bukan dari alur cerita nya melainkan dari faktor luar film. Salah satunya adalah penampilan cantik dari aktris muda Olivia DeJonge. Meskipun aktingnya, masih biasa saja, tapi kecantikannya cukup menonjol. Sepanjang jalan cerita, Movielitas teringat beberapa film yang mungkin similar dengan gaya thriller film ini. Dari sisi pemain di dalam nya, film ini mengingatkan pada film The Visit garapan sutradara kenamaan M. Night Shyamalan. Yang kalau ditengok dari tahun produksinya, film ini adalah duet kedua dari Olivia DeJonge dan Ed Oxenbould. Kalau di The Visit, mereka berdua berpasangan sebagai kakak-adik, disini menjadi pengasuh dan anak asuh.

Tawaran yang sulit ditolak tapi terlambat disesali

Satu hal yang membuat Movielitas tertarik menonton film ini awalnya adalah melihat poster film nya. Sepintas ada aura horor yang tersirat dengan sekilas mirip dengan film horor klasik Rosemary Baby, yang Movielitas kurang ingat apakah pernah menonton nya. Berkisah tentang seorang remaja putri yang menerima pekerjaan sebagai asisten rumah tannga dari pasangan suami-istri yang hidup "sederhana" tanpa anak. Tanpa basa-basi lama, pasangan suami-istri itu menawari sebuah tawaran yang sulit ditolak oleh asisten baru mereka. Film non Hollywood ini memiliki gaya cerita yang berjalan lambat awalnya. Semakin ke dalam juga masih lambat-lambat saja. Horor nya tidak mengenai ekspektasi. Tidak menyeramkan. Konflik inti nya dapat dipahami namun kurang mendapat dukungan maksimal dari alur cerita dan teknik horor-nya. Alhasil, film garapan sutradaraAli Abbasi ini jatuhnya biasa-biasa saja. Keseluruhan, tidak ada yang istimewa. Film drama-horor ini jauh dari ekspektasi Movielitas. Meskipun gay

Virus seksual yang horor

Sebuah sajian horor. Lebih tepatnya sexy-horror. Suatu ketika, entah kapan pastinya, Movielitas seperti pernah membaca sebuah ulasan yang menyatakan bahwa film ini cukup menarik. Entah karena unsur sexy-nya atau karena unsur horor nya, lupa.  Konyol, boring , wasting time . Setidaknya itu kesan bagi Movielitas saat menonton film ini. Plot ceritanya dangkal dan sangat konyol. Alur ceritanya standar. Gaya horor nya jauh dari menakutkan. Konflik utamanya adalah ada sebuah virus tercipta di muka bumi. Entah berasal darimana, dipercaya virus itu akan hinggap ke manusia setelah berhubungan badan. yang pasti berhubungan badan lawan jenis, kalau sampe sesama jenis wahhh gacau .... Alkisah, virus ini hinggap di seorang pria muda tampan. Kemudian, ditularkannya lah ke sang kekasih wanitanya. Hingga akhirnya sang wanita tersebut ikut menjadi tertular. Bukannya harus di-vaksin atau karantina 14 hari di rumah, syarat bebas virus adalah harus sukses mengajak berhubungan intim dengan pria lain. Kekon

Tagihan pra nikah

Sajian dari Korea. Sebuah drama misteri tentang seorang pria yang tanpa ada angin tanpa ada hujan, tiba-tiba harus kehilangan kekasih yang akan dinikahinya sebulan ke depan. Dari kehilangan tersebut, pria ini akhirnya mengetahui siapa sebenarnya kekasihnya tersebut. Sebenarnya plot misteri film produksi 2012 ini sangat bagus. Detik-detik awal, film berjalan dengan misteri yang menarik untuk diikuti. Tapi, kembali lagi, Movielitas kesulitan mengikuti jalan cerita di tengah perjalanan film. Kang Seon-yeong,Cha Gyeong-seon, belum lagi nama-nama kota, dan karakter-karakter lain yang namanya susah sekali untuk Movielitas ingat, membuat sedikit membingungkan. Intinya, hutang piutang, namun karena dibarengi dengan nama-nama karakter dan kota, Movielitas kurang bisa mengerti detailnya. Overall, terlalu rumit. Kurang simple bagi Movielitas meski plot dasarnya menarik yaitu pencurian identitas karena sejarah masa lalu. Pesan moral film ini, mungkin, adalah bila ingin bahagia selesaikan dahulu hu

Kasus West Memphis Three 1993

Pastinya alasan Movielitas memilih film ini adalah karena berdasarkan kisah nyata. Kisah nyata yang juga Movielitas baru tahu yaitu kasus West Memphis Three. Sebuah kasus pembunuhan tiga anak kecil yang agak kabur dalam pemecahannya. Atau juga boleh dikatakan salah eksekusi. Secara film, Movielitas melihat alur cerita film ini kurang menarik disebabkan ada beberapa bagian cerita terasa kaku dalamakting maupun perpindahan dari satu scene ke scene yang lain. Di awal film juga terasa kedodoran mengikuti jalan ceritanya. Akhirnya, untuk melengkapi film ini, Movielitas harus mencari literasi wikipedia dan juga sedikit melihat-lihat youtube. Dan, ternyata cukup banyak ulasan tentang kasus West Memphis Three ini. Begitu pula di wikipedia, ulasan nya sangat sangat panjang dikarenakan pelik nya penangan hukum pada kasus ini yang sedikit "ganjal".  Film garapan sutradara Atom Egoyan ini berkisah tentang tiga orang anak kecil, Stevie - Christopher - Michael, yang hilang pada saat ijin

Berawal dari rasa ingin muntah...

Versi Movielitas, film yang diedarkan oleh layanan streaming Netflix ini memiliki dua babak. Babak pertama babak menarik, dan babak selanjutnya kurang begitu menarik lagi. Gaya horor yang ditampilkan pada paruh babak cukup menarik. Karena karakter "jahat" yang ditampilkan adalah alam dan anak kecil misterius dengan karakter minimalis, yaitu kakak-beradik. Sampai poin itu, film ini berjalan dengan nuansa horor yang bisa menegangkan. Semakin ke dalam, semakin liar dengan horor penuh fantasi yang terlalu "tinggi". Karakter tokoh ditambah dan gaya horor nya sudah mulai tidak natural lagi.  Overall, yang membuat horor ini cukup menarik di awalnya ternyata memang dilatarbelakangi oleh nama besar gaya horor terkenal dari Stephen King. Konflik dalam film ini boleh dibilang senada dengan konflik pada film Triangle . Sayangnya, Movielitas kurang begitu antusias lagi ketika alur cerita horor mulai dibumbui oleh gaya horor yang terlalu berlebihan. In The Tall Grass (2019) - 6/1

Petaka berkunjung Pulau Harta Karun

Tontonan hari ini berkisah tentang seorang pria yang mengajak liburan keluarga kecilnya tapi berujung petaka. Simple. Secara plot, film garapan sutradara Phil Volken ini sangat menarik. Sederhana tapi kompleks menegangkan dengan menampilkan kesan paradoks. Tetapi entang mengapa, Movielitas melihat alur ceritanya semakin ke dalam semakin bertele-tele dan menjadi kurang menarik.   Salah satu nilai jual dari film ini adalah nama Barkhad Abdi yang sukses bermain sebagai pembajak di film Captain Phillips . Dan memang fisik serta gaya akting Barkhad ini terasa cocok bila memerankan karakter penjahat. Overall, Movielitas suka dengan plot cerita nya namun kurang dalam eksekusi nya. Alur cerita menjadi kurang menarik. Extortion (2017) - 6/10

How to be a perfect daddy?

Menyambut Natal, setelah The Other Guys dan Daddy's Home pertama , kali ini dilengkapi dengan Daddy's Home 2. Formula andalan yang tetap dipakai adalah duet Mark Wahlberg (karakter pria tough) dan Will Ferrell (karakter lelaki soft). Bedanya di film kali ini, ada penambahan formula untuk karakter "kakek" tough dan "kakek soft". Menurut Movielitas, formula andalan duet Mark dan Will ini tidak sedahsyat bagian pertama-nya. Konflik dalam film ini pun sangat ringan. Khas untuk hiburan keluarga bahagia yang selalu menyempatkan diri berkumpul dan menonton film dengan aneka makanan cemilan di hari yang hangat. Overall, tidak terlalu istimewa. Konflik dan gaya humornya juga standar saja. Penambahan karakter garang Mel Gibson dan John Cena pada film genre soft, sebagai keluarga besar Mayron-Whitaker, juga tidak berpengaruh banyak. Daddy's Home 2 (2017) - 6/10

Karir cemerlang sang kurir yang kehilangan waktu di usia senja

Pastinya nama Clint Eastwood yang membuat Movielitas tertarik memilih film ini sebagai tontonan kali ini. Dan, lagi tidak bisa dipungkiri bahwa Clint Eastwood memang seniman film yang berkualitas tinggi meski usianya kini sudah berkepala sembilan. Disini Clint Eastwood sebagai produser sekaligus sutradara. Berperan sebagai Earl Stone yang dulunya berprofesi sebagai petani bunga bertipikal "kuno". Usaha bisnis nya yang dulu maju, harus rela terlindas oleh perkembangan jaman. Tidak saja kehilangan ladang bisnis, tapi juga kehilangan keharmonisan keluarga, memaksa Earl Stone mengambil profesi kurir sebagai penyambung hidup. Cerita yang dipilih oleh Clint Eastwood disini cukup menarik karena berdasarkan kisah nyata. Peran tokoh nya terinspirasi oleh kisah hidup Leo Sharp. Dan, hebatnya dari film ini adalah tidak ada penghakiman mana yang benar atau salah. Sisi cerita yang dipilih oleh Clint Eastwood lebih ke sisi manusiawi. Justru Clint Eastwood terasa lebih ingin memberi pesan m

Di balik tembok dan di balik tumpukan sampah

Sebenarnya gaya film garapan sutradara Doug Liman ini cocok dengan selera Movielitas. Minimalis. Sayangnya, konfliknya kurang begitu menggigit. Jatuhnya terasa biasa saja.  Tampilan film ini ber-setting one day story in one place . Suatu hari di padang gurun. Mengambil konflik bekas perang Iraq, dua orang tentara Amerika masuk ke jebakan sniper Iraq. Dan, sepanjang film dominasi hanya dua karakter yang dimunculkan. Itupun salah satunya hanya sekedar "suara" tanpa wujud fisik.  Yang membuat kecewa dari film ini mungkin karena "jebakan" menjual nama besar John Cena, tetapi porsi tampil John Cena dalam film ini juga amat sangat minimalis. Tidak ada pamer otor atau tarung bebas ala smackdown . Dan, sebagian besar akting Cena di film ini hanya "tiarap". Akhir kata, film bergaya minimalis ini kurang begitu menarik. Alur cerita dan gaya cerita nya masih biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Satu hal saja yang Movielitas suka dari keseluruhan film ini adalah bagian

Catatan yang tertinggal tentang ritual penyambutan sang ayah

Pertama kali Movielitas mengetahui kasus Burari adalah dari kanal Youtube. Hanya saja, waktu itu Movielitas tidak terlalu antusias mengikuti kisahnya. Setelah beberapa waktu kemudian, Movielitas menemukan dokumenter-nya di kanal Netflix. Dan, Movielitas sedikit teringat lalu mencoba menonton dokumenter tentang Burari Deaths. Berbeda dengan kisah di kanal Youtube, kisah dokumenter Netflik seputar kasus Burari Deaths yang menewaskan 11 orang secara misterius tergantung diri ini terasa jauh lebih detail, jauh lebih  "menggigit" sekaligus membuat speechless . Entah apa yang ada di benak para korban gantung diri sekeluarga ini. Sangat disayangkan. Burari Deaths adalah sebuah kasus bunuh diri massal yang dilakukan oleh sekeluarga, Chundawat. Kasus ini terjadi di India, diperkirakan pada tanggal 30 Juni 2018 silam. Pada 1 Juli 2018 pagi, keluarga Chundawat sebanyak 11 orang dari tiga generasi yang hidup serumah, ditemukan tewas dengan cara gantung diri (bunuh diri). Dikatakan bunuh

Memahami Waham

Sebuah garapan film dari negara Austria. Movielitas tertarik menonton ini karena pernah membaca sebuah ulasan dan dinilai cukup bagus. Film ini terdiri dari dua babak. Babak pertama, kesan yang tertangkap adalah lamban. Bahkan Movielitas pun harus sempat tertidur mengikuti alur ceritanya. Berkisah tentang dua anak yang terlahir kembar, Elias dan Lukas, dan mereka (harus) tinggal di sebuah rumah mewah jauh dari "peradaban" di daerah pegunungan dan hutan liar bersama ibu mereka. Keseharian mereka berdua hanya bermain dan bermain namun diceritakan ada sedikit tekanan dari sang ibunda. Film garapan sutradara Veronika Franz dan Severin Fiala ini baru mulai "menggigit", ketika alur cerita memasuki babak kedua. Yaitu babak "perlawanan" sang anak yang meragukan identitas ibu nya sendiri. Dimata Elias dan Lukas, sang ibu yang bersama mereka saat itu bukanlah ibu kandung mereka. Dan, jalan cerita film terasa mulai berkesan "sakit".  Movielitas di separuh b

Kasus pembunuhan berantai yang menunggu dipecahkan

Kali ini kembali dengan selera utama Movielitas, yaitu kisah film dengan tag Based On True Event . Jika mencari di kolom pencarian Youtube, dengan mengetik " Long Island Serial Killer " maka akan muncul banyak sekali cerita di sana. Sampai saat Movielitas menulis ini masih berstatus " remains unsolved ". Belum terpecahkan. Film ini diangkat dengan sudut pandang dari ibu salah satu korban pembunuhan berantai di Long Island, Mari Gilbert. Mari Gilbert adalah ibu dari salah satu korban pembunuhan di kasus Long Island Serial Killer. Dari peran akting yang sangat bagus oleh Amy Ryan, penonton setidaknya bsia ikut merasakan atau juga melihat dan menilai apa yang ada dirasakan oleh Mari Gilbert sebagai seorang ibu dari anak yang dinyatakan hilang. Tragis. Movielitas, awalnya tidak mengetahui kisah asli Long Island Serial Killer ini. Film garapan sutradara Liz Garbus ini setidaknya mampu membawa kisah asli ke sebuah film dengan alur cerita yang mudah dimengerti. Mungkin ba

Focus on detail

Selesai menonton, menurut Movielitas tag yang tepat untuk film ini adalah " focus on detail ". Dan, keren. Sangat bagus. Tidak kalah dengan kisah di Hollywood punya. Film produksi tahun 2016 dari Spanyol ini sukses membuat Movielitas terus terjaga mengikuti alur cerita. Kisah besarnya adalah seputar tokoh Adrián Doria (diperankan oleh Mario Casas). Doria ini adalah seorang pria idaman saat ini, kaya raya, sukses dengan bisnisnya, memiliki keluarga kecil, dan pastinya tampan. Dikarenakan faktor tersebut, Doria tidak hanya memikat Sonia yang kemudian sukses menjadi sang istri, tapi juga memikat hati Laura Vidal yang rela menjadi selingkuhan Doria. Konflik dimulai saat selesai ber-selingkuh ria, Doria dan Laura mengalami kecelakaan mobil yang mereka tumpangi. Kecelakaan tersebut berakhir dengan terpaksa pada kasus pembunuhan. Demi menjaga reputasi serta nama baik, Doria akhirnya harus tega untuk melakukan apapun juga kepada siapapun juga. Jalan cerita di film ini bisa dibilang b

Menempuh resiko demi permintaan terakhir sahabat

Film horor garapan sutradara David Bruckner yang berkisah tentang sekawan sahabat yang melakukan perjalanan mendaki pergunungan di pedalaman pelosok negeri Swedia. Hiking ini merupakan untuk mengenang serta mengabulkan permintaan terakhir sahabat mereka sebelum meninggal dunia. Drama psikologis serta dicampur dengan plot horor di film ini terasa memiliki dua babak sensasi. Untuk separuh babak pertama, Movielitas menyukai nya. Aneka peristiwa horor tentang pedalaman hutan yang menjadi background jalan cerita terasa sangat mendukung. Namun, memasuki separuh babak berikut, film jadi terasa kurang menarik lagi. Overall, film horor ini tidak terlalu menarik. Masih standard dan biasa saja. Campuran horor yang diangkat terasa terlalu fantasi. The Ritual (2017) - 6/10

Dari Fast And Furious, tapi bukan Fast And Furious

Tidak bisa dihindari bahwa nilai jualan film ini adalah nama besar dari seri Fast Furious. Versi keren nya adalah spin-off. Dengan membawa karakter Luke Hobbs dan Deckard Shaw yang sebelumnya dikisahkan sebagai karakter yang berlawanan, di film ini justru "disatukan".  Yang menarik dari film ini tentu saja bertemunya dua aktor laga kenamaan saat ini yaitu Dwayne Johnson dan Jason Statham. Dari segi cerita, Movielitas menilai cukup ribet dan kurang sederhana. Terlalu berbelit. Dan dari segi tampilan serta tempelan, film ini berasa jauh lebih futuristik dibandingkan dengan gaya Fast And Furious.  Tapi, sebagai hiburan dan sebagai penggemar Jason-Dwayne, film ini bisa menghibur. Soal spesial efek serta tempelan kecanggihan teknologi lainnya, pastinya sangat apik. Hobbs & Shaw (2017) - 6/10

Dendam masa lalu yang harus dingatkan kembali

Kalau soal film Korea, Movielitas akui banyak sekali film Korea yang bagus. Sangat original. Seperti salah satunya film ini. Sebuah film thriller, yang berlipat-lipat. Di satu sesi, penonton akan diajak bersimpati pada tokoh utama, sesi kedua akan diajak bersama-sama "membenci", sesi berikutnya akan diajak untuk bersimpati dalam. Keren .  Film ini berpusat pada karakter Jin-Seok yang diceritakan hidup nyaman bahagia bersama ayah,ibu dan seorang kakak lelakinya. Cerita sesungguhnya dimulai ketika kakak Jin-Seok, Yu-Seok, diculik oleh segerombolan orang tak dikenal dan baru kembali ke rumah setelah 19 hari lamanya menghilang. Yu-Seok kembali ke rumah membawa misteri sebagai sosok yang sangat berbeda dari sebelumnya. Movielitas suka dengan gaya cerita film garapan sutradara Jang- Hang Jun ini. Tidak membuat mengantuk serta bisa terus menjaga rasa penasaran sepanjang film. Twist demi twist dibuka secara apik dan sesi endingnya, tidak bisa berkomentar selain bertanya, apakah uan

Lifeguard is not just a job, but the way of life

Bagi generasi 90an pastinya, sebagian besar, pasti mengenal serial televisi berjudul Baywatch. Sebuah serial televisi yang memiliki daya pikat sensual cukup kuat dan menarik uggh.. Serial yang berpusat pada kisah keseharian para penjaga pantai ( lifegurad ). Konfliknya sudah pasti tidak akan jauh-jauh dari bibir pantai. Karena berpusat di area pantai tentunya banyak keindahan yang ditampilkan tidak sekedar view debur ombak ataupun sunset. Aksi para penjaga pantai ini menjadi daya tarik serial Baywatch ini saat para penjaga pantai wanita bertugas dan... berlari. Uuughh... Kali ini serial Baywatch kembali diangkat dengan versi dan tampilan aktor aktris modern. Dibintangi oleh Dwayne Jhonson sebagai Letnan Mitch Buchannon. Seperti serial televisi nya, film ini tidak begitu rumit untuk diikuti. Sangat ringan saja. Konflik nya pun tidak rumit, berjalan lancar, dan sederhana. Sangat standard. Overall, bagi Movielitas, film ini bisa sebagai pengingat bahwa generasi 90an pernah ditemani oleh

Permainan berbahaya yang belum diselesaikan

Sebuah sajian dari negara Spanyol. Berkisah tentang tragedi yang dialami seorang gadis belasan bernama Veronica. Di suatu hari pada tahun 1991 bertepatan dengan momen gerhana matahari total di Spanyol, Veronica bersama dengan dua orang teman sekolahnya, bermain dengan papan ouija. Dimana diketahui papan ouija adalah sebuah media yang dipercaya bisa memanggil serta sebagai alat komunikasi dengan dunia arwah. Dari permainan papan ouija tersebut, yang konon tidak diselesaikan sebagaimana mestinya, meninggalkan sisa-sisa horor yang dialami oleh Veronica.  Dari segi plot cerita, film garapan sutradara Paco Plaza ini tergolong horor standard. Tapi ada dua hal yang menarik bagi Movielitas, yang menjadikan film ini istimewa. Tag "based on true event" membuat film ini memiliki nilai jual yang membuat penasaran menontonnya. Film ini diinspirasi oleh kejadian nyata yang dialami oleh seorang gadis 16 tahun, Estefania Gutierrez, pada tahun 1991 silam. Konon, kisah tragis spiritual yang di

Pesawat Kertas Dari Film India

Dulu dalam bayangan Movielitas film dari India itu memiliki ciri khas antara lain: durasi panjang (3jam an), banyak diselingi musik dan tari (musikal), koreografi aksi laganya sering kurang realistis, koreografi kisah cinta paling andalan adalah kejar-kejaran di area taman pepohonan, dan jalan ceritanya kurang cocok dengan selera Movielitas.      Lalu lama berselang, munculah film Slumdog Millionaire . Sebuah film India yang digarap oleh sutradara Danny Boyle. Di tangan Danny Boyle, ciri khas film India itu masih ada namun tentunya dicampur dengan gaya barat. Bagi Movielitas, tidak perlu waktu durasi lama untuk menyukai film ini. Gebrakan lagu O… Saya di awal pembukaan film sudah langsung mengena di telinga. Film ini merupakan film India pertama yang Movielitas tonton hingga tuntas. Film ini juga langsung menjadi film favorit. Alasannya, ide ceritanya menarik, alur ceritanya meskipun “maju-mundur” tapi tetap menarik diikuti hingga akhir, kisah cintanya tidak berlebihan, konfliknya me

Masih ada orang baik dalam game poker

Karena lelah bekerja sebagai pramusaji, Rachel Green berniat mencari peruntungan dengan melamar pekerjaan lain. Dari satu konflik itu, secara cerdas dikembangkan dengan kisah permainan poker sembari menunggu hasil lamaran pekerjaan. Dan, menurut Movielitas, semua karakter Friends mendapat spotlight yang berimbang. Bagi Movielitas, episode The One with All The Poker ini salah satu episode masterpiece serial Friends. Kocak cerdas komedinya dan konfliknya memorable.   The One With All The Poker

Ke-salah-an ataukah ke-benar-an?

Sengaja Movielitas memberi nama artikel postingan untuk film The Next Three Days dengan judul “ Mistake ”. Tidak lain karena Movielitas juga menyukai salah satu lagu pengiring cerita ( soundtrack ) dari film garapan sutradara Paul Haggis. Lagu soundtrack milik artis elektronik asal Amerika, Moby, berjudul Mistake. Yang kalau didengarkan menurut selera Movielitas cukup easy listening dan pas dengan adegan di film ini. Sepertinya juga lirik lagu ini juga se-“frekuensi” dengan cerita konflik yang dialami duet aktor-aktris Russell Crowe dan Elizabeth Banks. Seperti di ending film, penonton akan dibiarkan menentukan jawaban sendiri (menggantung), apakah konflik utama di film ini adalah sebuah “ke-salah-an” ataukah "ke-betul-an? Keren filmnya, keren lagunya.

Naik kereta api dengan 99 problems

Bicara soal film The Taking of Pelham 123 produksi tahun 2009, Movielitas punya catatan khusus seputar film remake satu ini. Yaitu film ini seperti memiliki "saudara kembar" dengan film Unstoppable produksi 2010. Keduanya sukses menjadi favorit Movielitas. Konflik film keduanya, memorable . Keren.  Kedua film ini merupakan hasil karya kerjasama apik antara sutradara Tony Scott dan aktor kawakan Denzel Washington. Tahun produksi nya beda tipis.Sama- sama memiliki konflik seputar Kereta Api. Dan opening nya, sama -sama (samar) memakai reverb bel kereta api. Berbicara soal opening, ada hal lain juga yang berkesan dengan opening film The Taking of Pelham 123. Khususnya di bidang soundtrack. Soundtrack pembukaan film duet Denzel-Travolta sukses menarik perhatian rasa penasaran Movielitas dengan hentakan beat yang keras dinamis.  Lagu opening yang dipakai film ini adalah lagu 99 Problems milik Jay Z. sebelumnya, Movielitas kurang begitu paham dengan aliran rap dari Jay Z ini. D