Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2022

Mencoba mengambil jantung hati sang jagoan tua

Mengulang sukses dari seri perdananya, kini hadir seri keduanya. Tapi sayangnya, kurang memenuhi ekspektasi Movielitas. Movielitas sendiri cukup menikmati sajian perdana yang dulunya digarap sutradara Fede Alvarez. Di seri kedua ini, dipercayakan kepada sutradara Rodo Sayagues. Berbeda dengan yang pertama dan harus diakui, bahwa penampilan tokoh lelaki tua yang buta, The Blind Man,cukup menarik perhatian dan cukup bersinar. Di seri kali ini, posisi The Blind Man diubah dari antagonis menjadi lakon utama. Masih tetap keren, hanya dari segi plot cerita, bagi Movielitas kurang menarik dibandingkan seri perdana. Diceritakan kali ini The Blind Man hidup dengan seorang anak kecil bernama Phoenix. Dan, ternyata keberadaan Phoenix bersama The Blind Man ini menyimpan rahasia yang mengusik ketenangan hidup mereka berdua. Hampir "dipaksa" serupa dengan konflik yang dialami The Blind Man di seri perdana, disini muncullah sekumpulan "penjahat" mencoba mengambil Phoenix dari sisi

Mencari arti cerita dalam kegelapan

Awalnya film ini cukup menarik minat tonton Movielitas. Di awal kisah menceritakan tentang misteri anak hilang dan pihak yang dicurigai adalah sekawanan serigala hutan. Menarik. Entah mengapa masuk ke babak berikutnya, kisah film garapan sutradara Jeremy Soulnier ini jadi kurang menarik lagi. Ada adegan 18 tahun ke atas yang sebenarnya tidak vulgar sekali dan hanya sepersekian menit, bagus sebenarnya, seksi, tapi bagi Movielitas tidak ada korelasi dengan konflik kisah kehilangan anak sebelumnya. Terlalu memaksa "seksi". Kemudian ada cerita flashback tentang perang timur tengah, meskipun masih berkorelasi entah mengapa bagi Movielitas terasa aneh saja. Ada dua adegan yang membuat film ini juga terasa aneh, dua kali adegan tertembak di leher dengan pola dan gaya yang sama. Semakin lama semakin masuk ke dalam alur cerita, Movielitas dengan terpaksa menyerah dan meninggalkan jalan cerita. Tidak bisa menuntaskan permainan ini lagi. Movielitas semakin tidak bisa memahami konflik ap

Mengawal nyawa pembunuh bayaran

Kalau membandingkan akting Ryan Renolds di Buried atau akting jahat di The Amytiville Horror dengan aktingnya disini, memang menunjukkan kualitas aktor hebat. Bisa bermain peran baik atau jahat, bisa serius dan bisa akting santai. Dan, Movielitas menilai gaya Ryan Renolds lebih cocok untuk film bergaya komedi seperti ini. Apalagi di Deadpool . Di duet-kan dengan kualitas akting Samuel L. Jackson yang sudah malang melintang di banyak film sejak era klasik. Membuat nyawa film ini mau tidak mau ada di chemistry akting mereka berdua. Dan hasilnya, lumayan. Sangat menghibur. Baik itu dari sisi komedi ringan nya maupun dari sisi aksi laga nya. Dari sisi alur cerita, biasa saja. Konfliknya ringan, tidak berat. Berkisah tentang seorang pengawal profesional yang mendapat tugas berat membawa seorang penjahat kelas atas untuk hadir di pengadilan internasional sebagai saksi kunci dalam mengadili seorang presiden jahat. Perjalanan menuju pengadilan tersebut menjadi inti konflik film ini. Tidak ha

Jantung masa depan

Hiburan malam ini dengan film dari aktor legend, Jackie Chan. Dan, memang jika dibandingkan dengan film-film klasik jaman keemasan Jackie Chan memang terasa banyak sekali perbedaannya. Yang tampak pertama kali, entah karena faktor teknologi-nya atau menyesuaikan tema film, tone warna gambar film ini terasa kontras. Karena film ini memakai nama Lionsgate, terasa beda sinematografi-nya. Film laga Jackie Chan bila kerjasama dengan Hollywood memang beda sekali bermain di negara Jackie sendiri. Entah karena memang faktor usia atau memang tuntutan plot cerita-nya itu sendiri. Jika dibandingkan dengan film Jackie dengan background Hollywood, Karate Kid, film ini masih jauh kualitasnya. Di Karate Kid , meski porsi Jackie tidak sebanyak Jaden Smith dan produser dipegang Will Smith (bahkan disini Jackie Chan selaku Produser) penampilan Jackie di Karate Kid jauh lebih bagus. Movielitas teringat pada gaya film The Spy Next Door , yang lagi-lagi Jackie dengan Lionsgate. Kalau di film The Spy Next

Manorgate

Kali ini Jason Blum dengan Blumhouse Prod. nya melahirkan satu karya lagi. Kali ini bukan genre biasanya, horor, melainkan thriller. Secara konsep atau ide cerita, Movielitas suka. Keren.  Berkisah tentang sekelompok orang, menurut sinopsis yang beredar berjumlah sebelas dua belas, hanya karena Movielitas lemah dalam menghitung tokoh, jadi sebut saja sekelompok orang pria-wanita tua-muda yang terbangun dari pingsan di sebuah hutan belantara. Mereka semua bersamaan tersadar dengan kondisi mulut dibekap. Setelah berhasil melepaskan ikatan mulut, satu-per satu dari mereka pun ditembak di tempat. Dan cerita pun mengalir dengan tanda tanya besar apa yang sebenarnya terjadi. Alur cerita film ini dijalankan memakai konsep akibat-sebab. Mereka yang menjadi korban merupakan warga dari negara-negara bagian yang ada di Amerika sana. Bukan tanpa alasan mereka "terpilih" untuk dijadikan pesta pembunuhan. Dari akibat dibunuh satu per satu, akhirnya muncul dua konflik yaitu mencari dalang d

Cinta sang ayah di antara gunung dan salju

Film garapan Daniel Sandu, kalau menurut keterangannya film ini berasal dari negara Rumania. Yang berkesan pertama kali dari film ini adalah cukup berani untuk anti mainstream . Bagi Movielitas, film ini berbeda. Berkisah tentang seorang ayah, Mircea, dengan latar belakang mempunyai konflik rumah tangga yang menerima kabar buruk tentang anaknya. Diberitakan bahwa sang anak dinyatakan hilang bersama dengan teman wanitanya di gunung Bucegi. Karena cuaca bersalju yang buruk pencarian sang anak membutuhkan waktu yang lama dan tidak mudah. Plot cerita dan konflik dalam film ini sangat minimalis. Tidak bercabang kemana-mana. Fokus pada satu titik, titik itu. Hilangnya seorang anak. Dan di awal-awal memang terasa menarik mengikuti jalan ceritanya. Poin berikutnya yang menarik perhatian adalah akting. Khususnya akting aktor Adrian Titeni sebagai karakter sang ayah, Mircea.  Entah ini sebagai nilai plus atau nilai minus, dikarenakan kendala bahasa Movielitas agak susah menilai akting Adrian Tit

Kehadiran sang pembawa benih yang membuat suasana tak jernih

Kesan pertama saat memulai film ini, campur aduk. Unik, lucu, tapi menarik. Dan, senang rasanya mendapatkan film berkualitas seperti ini, excited nya berbeda.  Film ini berkisah tentang sepasang "suami-istri" tapi sesama jenis, yang berati lesbian. Pasangan wanita ini masing-masing memiliki anak yang beranjak remaja hasil dari donor sperma. Dikarenakan rasa ingin tahu dari anak-anak, sepasang saudara tersebut mencari siapa ayah mereka sebenarnya. Namun, kehadiran sang ayah justru membuat "panas" keluarga unik tersebut.  Film bergenre drama ini tanpa banyak basa-basi langsung menyuguhkan konflik cerita di awal. Sepasang wanita hidup bersama dengan membawa anak-anak hasil dari donor sperma dan mulai beranjak kritis dalam mencari tahu jati diri. Konflik tersebut sudah terasa "komedi awkward ". Kemudian dikembangkan dengan kehadiran penyumbang sprema alias "sang ayah", membuat suasana keluarga semakin membuat canggung tapi seksi. Daya tarik film ini

Quill

Kalau menurut keterangan nya film ini based on true story . Berkisah tentang seekor anjing berjenis Labrador Retriever, Quill, yang memiliki tanda lahir unik di tubuhnya dan kemudian terpilih untuk dilatih menjadi guide dog (anjing penuntun) bagi kalangan orang buta. Dari sisi plot cerita, film ini tidak berat. Bergaya dongeng dengan narator. Konflik yang diangkat lebih fokus ke hubungan tuan Watanabe dan Quill. Jika dibandingkan dengan hubungan tuan Parker dan Hachi di Hachiko, film ini masih di bawah. Movielitas kurang begitu menangkap inti konflik dalam film ini. Kalau dari segi judul yang mengarah ke karakter anjing, Movielitas rasa porsi yang diberikan ke karakter Quill cukup banyak tapi "kurang" tampak tingkah pola sebagai anjing spesial. Begitu pula dengan chemistry antara tuan Watanabe dan Quill, bagi Movielitas terasa hambar saja. Tidak menonjol seperti di film Hachiko. Overall, film ini cocok dinikmati bagi penyuka film dengan genre yang berfokus pada hewan khususny