Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2015

Setelah kematian Yukiyo...

Film ini awalnya cukup menarik. Tak perlu banyak berbasa-basi langsung menggebrak dengan momen horor di beranda depan cerita. Lemari. Misteri yang dibangun sejak awal juga menarik. Namun sayang, momen horor yang menarik ini tak bertahan lama. Beberapa momen horor pamungkas justru terasa biasa dan tak menarik lagi. Apalagi penampilan misteri wanita berambut yang memiliki rambut unik teruntai panjang. Horor seperti itu terlihat memaksa apalagi dengan tambahan suasana kamar apartemen berubah gelap dan berasap. Kemudian, ketika ada dialog antara dunia hidup dan yang mati, adegan tersebut bagi penulis benar-benar memusnahkan nuansa horor yang sudah terbangun apik di awal. Adegan drama "bergelantungan" di lantai 13 juga terasa kurang pas. Selain terlihat "kasar" dengan background-nya juga terlalu didramatisir di saat "kritis". Apartment 1303 (2007) - 6/10

Vista Pasific Shinigami

Di dalam pesawat itu ada pasangan suami-istri, ada pasangan yeng berbulan madu, ada pramugari Amerika dan Asia, ada pasangan yang sedang bersedih, ada yang takut hamil, ada pencuri handphone dan jam tangan, ada yang gothic style , ada boneka shinigami, dan ada mayat. Konfliknya lumayan. Hanya ending -nya kurang greget. 7500 (2014) - 6/10

W1-1L 8-10-10

Grafik film ini awalnya menanjak dan terasa menarik. Misterinya bagus. Sayang, menanjak di tengah-tengah film, grafik cerita menurun drastis. Tak menarik lagi. Twist film dilempar tepat di tengah-tengah film. Sekilas twist film ini mengingatkan pada gaya Sixth Sense atau The Other -nya Nicole Kidman. Setelah twist dilempar di tengah film, baik horor maupun misteri Peter Ward menjadi hambar tak berasa. Apalagi untuk segmen horor ketika "berpamitan" kepada Libby dan anak-anak, segmen ini benar-benar membuat mood menjadi datar. Terasa kurang pas saja berdialog dengan "dunia lain" di tengah-tengah kebakaran. Mungkin, akan lebih menarik lagi bila twist dijaga ketat dan disimpan hingga akhir cerita. Dream House (2011) - 6/10

Tak hanya jago main pistol dan berkuda

Koboi. Poker. Kurang begitu menarik. Alur dan konfliknya terasa biasa saja. Triggerman (2009) - 5/10

The Alcove

Film ini berjalan dengan kalem. Ada dua orang, Ray dan Ken (profesi mereka disembunyikan), yang diberi instruksi untuk ke Bruges oleh seorang bernama Harry. Nada ceritanya pelan bahkan jenuh. Datar. Persis dengan situasi yang dialami oleh karakter Ray disini ketika menginjakkan kaki di Bruges, Belgia. Beberapa selipan humornya terasa cerdas dan bagus. Baru terasa beat-nya ketika memasuki babak baru dengan Yuri. Konflik terjadi di antara Ray dan Ken. Sayangnya, ending-nya kurang greget. In Bruges (2008) - 6/10

Darah di tengah pesta hippies

Sebenarnya yang paling menarik awalnya adalah karena nama besar di belakang layar film ini. Karena penulis adalah fans serial televis Friends. Bukan karena horor ataupun temanya. Dan, memang film ini malah terasa absurd. Kurang jelas maksud cerita. Alur cerita dan visualnya dikesankan untuk horor sekaligus crime . Tentang pesta hippies di tengah hutan sebuah kota yang kemudian menjadi pesta bagi karakter obsesi Reagan. Memang, Courtney hanya untuk Monica. The Tripper (2006) - 5/10

Niat jahat salah tempat

Film ini sebenarnya cukup unik. Menertawakan "kesalahan" John Taylor dalam pelariannya. Namun, lebih unik lagi, gantungan kisahnya. Alurnya sederhana. Mudah diikuti. Konfliknya seputar pelarian seorang penjahat dan masuk ke dalam fantasi liar karakter Warwick. Konflik tersebut awalnya diolah menarik, namun semakin ke dalam, sedikit jenuh. Baru sedikit terangkat ketika dihadirkan kejutan twist dengan karakter Warwick ini. Keseluruhan menarik di awal, namun turun sejenak, terangkat sedikit. Unik. The Perfect Host (2010) - 6/10  

Jejak berdarah Michael Myers yang masih mencari sang adik

Film ini terasa justru seperti "menjatuhkan" reputasi  seri yang pertama . Beberapa poin yang melemahkan daya pikat kisah Michael Myers disini adalah dimulai dari beranda film. Disitu tak ada lagi Daeg Faerch yang bermain apik di seri pertama garapan Rob Zombie. Dan "dipaksa" dengan pemeran lainnya yang akhirnya "kurang" pas dan malah terlihat ramah, hanya menang asal gondrong. Lalu, di dalam cerita, dimasukkan unsur mistis. Kehadiran seorang wanita berjubah putih bersih dengan daya efek mengkilat layaknya malaikat dari langit menuntun kuda yang juga putih. Wanita ini sebagai mantan ibu Michael yang menutun jiwa Michael dan menyertai kemanapun Michael beraksi. Penulis kurang suka pada segmen tambahan ini karena dipaksakan untuk menyambungkan cerita ke seri sebelumnya. Sedangkan, tanpa aroma mistispun di seri pertama sudah cukup menarik. Kekerasan. Bicara soal kekerasan, disini sedikit lebih vulgar dan sadis dibandingkan dengan seri pertama. Dan, mem

Ketika Riggs bertemu Murtaugh

Film klasik yang masih asik. Mungkin karena faktor usia film dan banyaknya kompetitor yang hadir setelahnya, film ini bila disimak di jaman sekarang, sedikit terasa kaku. Tiap kali mendengar judul Lethal Weapon, penulis pasti akan teringat gaya komedi dua detektif yang memiliki gaya berseberangan namun kompak. Yang satu rock n roll dan satu lagi kalem. Beberapa film yang berkonsep setidaknya sama dengan gaya duet detektif disini antara lain yang penulis ingat, Heat , Starsky-Hutch , Bad Boys , Cop Out , Other Guys atau juga ada duet serius Se7en. Salah satu nama yang menonjol dari film ini adalah Darlene Love yang ikut andil membesarkan film Home Alone 2 sebagai pengisi soundtrack . Dan, kebetulan lagu pembuka di opening scene memang nuansa-nya sama dengan Home Alone yaitu Natal. Disini menceritakan awal pula pertemuan detektif Riggs yang sedang kacau dengan partner barunya, Murtaugh yang hidup damai bahagia dengan keluarga besarnya. Pertemuan mereka disukai ban

Amarah Saeki yang belum terpadamkan

Jepang punya horor. Di seri kedua ini, kurang menarik. Horornya kurang menggigit. Sedikit terlalu dipaksakan horor. Gaya cerita masih sama dengan yang pertama. Konfliknya juga masih seputar amarah yang belum terpadamkan namun sedikit diperluas. Ju-on The Curse II (2000) - 6/10

Meretas keamanan kepala keamanan jaringan

Lumayan juga film Harrison Ford ini. Alur ceritanya tidak berat dicerna. Konfliknya menarik dengan memakai drama dilema antara profesi dan keluarga. Sisi ironisnya adalah kepala keamanan jaringan komputer namun komputernya sendiri malah bisa disusupi hacker . Firewall (2006) - 6/10

Reputasi misteri berdarah rumah keluarga Saeki

Jepang punya horor. Fenomenal. Karena banyak "ekor"-nya. Memiliki kenangan khas dengan gaya horor-nya. Toshio yang "mengaum" seperti kucing, wanita merangkak dari tangga dengan suara khas. Fenomenal. Karena masuk dalam jajaran film yang terkena parodi Scary Movie . Paling suka dan masih tetap merinding melihatnya adalah gaya Toshio itu. Seperti fresh . Horor segar menampilkan sosok "dingin" seorang bocah. Daripada horor mainstream ala wanita yang dihiasi aneka riasan merah darah, putih bedak pucat, rambut terurai panjang ke bawah (untung bukan ke atas), mata mendelik lebar. Satu lagi, gaya wanita tersembunyi di lemari.... Konflik ceritanya, cukup bagus. Meski banyak cabang cerita dalam satu film tapi tidak memberatkan alur ceritanya. Bagian ending -nya saja yang terasa menggantung. Ju-On (2000) - 7/10

In The Middle Of Nowhere Project

Oktober 1994, 3 orang filmmaker hilang di hutan dekat Burkittsville, Maryland ketika melakukan syuting dokumentasi. Setahun kemudian, rekaman mereka ditemukan. Itu intinya. Paling menarik dan paling terasa aroma horornya sepanjang durasi film adalah momen pencarian karakter Josh di rumah tua yang "mendadak" ditemukan. Ide ceritanya cukup menarik. Dibuat sealami mungkin seperti layaknya dokumentasi nyata. Hanya saja sejak awal film ini kurang begitu terasa horornya. Memunculkan tanda-tanda batu tertata sekitar tenda atau ranting-ranting yang digantung kurang terasa horor. Beberapa momen terasa kosong, seperti "mendengar suara langkah kaki meretak tanah berdaun kering" tapi kurang terdengar jelas akhirnya kurang berasa aroma misterinya. Atau yang katanya ada "anak kecil" juga terlihat kabur. Kurang begitu jelas dalam penampakan. Mungkin akan lebih terasa bila beberapa momen ada sekelebat bayangan atau sosok bayangan yang diam mematung

Misteri di balik gudang garam

Sepanjang film, memang rasa yang muncul serba biasa. Baik alur maupun gaya horornya. Alur ceritanya diarahkan pada sekelompok karakter yang pernah melakukan perkosaan kepada seorang wanita yang kemudian dinyatakan hilang. Kini, diyakini wanita tersebut "membalas dendam". Horor yang dipakai standard. Kejutan tiba-tiba, terlihat di cermin namun ketika ditoleh tidak ada, muncul sekejap namun ketika diulang menghilang, rambut terurai panjang menunduk, merangkak pelan-pelan, dan sebangsanya. Cukup menggelikan adalah sisi "dunia lain" yang semakin modern dengan menyebarkan warning melalui pesan email. ( Bahkan hantu modern bermain email, kirai-kira pesan hosting dimana ya ) Paling berkesan dari film ini adalah twist akhirnya. Cukup bagus menyimpan twist ini. Setidaknya penulis tidak bisa menebak dan sisi twist kuat yang tak bisa ditebak ini memang menjadi nilai unggul. Arang (2006) - 6/10

Mengundang tamu yang tak ingin diundang

Mungkin terkena efek paranormal activity yang bergaya found footage atau reality show atau apa namanya, film ini juga memakai gaya sama. Berlatar belakang tentang sebuah acara (persis acara realita lokal mencari makhluk halus) yang kali ini mencoba merekam di sebuah bekas Rumah Sakit Jiwa yang konon berhantu. Dari segi horor, mau tak mau, dengan suasana yang dipakai memang membangun suasana merinding. Sudah bisa ditebak apa yang bakal terjadi. Tinggal lihat bentuk "kehadiran" seperti apa dan bagaimana. Tinggal "menunggu" kapan akan dimunculkan dan bersiap kaget. Itu andalan dari film ini. Hanya saja disini mencoba dipoles seperti sewajar mungkin. Action-cut scene, memberi uang kepada narasumber untuk bercerita benar ada hantu, bergaya paranormal yang dapat merasakan keberadaan hantu, dan sebagainya. Cocok bagi pecinta acara realita mencari hantu. Grave Encounters (2011) - 6/10

500 hari bersama Summer

Yang menarik dari film ini adalah temanya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pastinya ada satu atau sekian banyak kisah nyata yang bisa diklaim serupa dengan cerita di film ini. Tentang siang-malam,pasang-surut,naik-turun,suka-duka, dan banyak lawan kata yang bisa digunakan untuk menggambarkan pahit-manis sebuah hubungan pria-wanita. Dan dalam sebuah hubungan hukum alamnya pasti akan ada masa suka dan duka. Seperti layaknya lawan kata, alur cerita di film ini, berkali-kali memainkan emosi dengan lawan-kata naik turun. Sama-sama kuat. Sisi suka dan sisi duka bergantian ditampilkan kontras dengan gaya mengambil 500 hari hubungan. Cukup bagus. Gampang dicerna kisah cinta antara Tom dan Summer meski gaya alurnya maju-mundur-maju. Ada rasa manis dan ada rasa pahit. Ada masa romantis ada masa krisis. Cocok sebagai hiburan buat yang sedang atau sudah menjalin ikatan cinta. Pesan moral film ini versi penulis adalah jangan terlalu meratapi terlalu dalam sebuah kehancuran.

Kisah perjaka mencari cinta perawan

Rasa film yang penulis dapat disini adalah konsepnya hampir satu nada dasar dengan Project X . Ada karakter yang jadi bulan-bulanan sebagai peran sentral. Dipilih yang lugu, tak tahu apa-apa, menerima segala perlakuan, ikut hanyut dalam pesta yang kemudian direkam. Karakter Matt. Ada karakter yang menjadi "sutradara" alias kompor provokasi kepada aktor utama. Karakter Zack. Ada karakter yang diisi bintang tamu terkenal. Di Project X, tempat ini ditampilkan dengan aktor Miles Teller, disini ada aktris spesialis adult movie, Sunny Leone yang berhasil memberi petuah bijak melalui gunung. Gaya film dengan memakai gaya ala reality show (kamera dibawa-bawa) dan dialog yang terlihat alami apa adanya spontanitas. Temanya sedikit beda. Samanya adalah yang muda yang penasaran dengan urusan dewasa. Disini tentang cita-cita sekumpulan anak muda yang ingin merekam jejak rekannya, Matt, melepas keperjakaan. Target awalnya adalah dengan kekasih Matt sendiri yaitu

Sejarah mencatat satu lagi usaha kudeta yang gagal

Jauh sebelum kejatuhan rezim Nazi dan Hitler-nya, ternyata sejarah mencatat beberapa kali usaha menjatuhkan Hitler telah dilakukan. Salah satunya yang diangkat di film ini. Menariknya, disini berdasarkan kisah nyata , jadi sambil menonton juga bisa belajar sedikit sejarah. Valkyrie sendiri ternyata merupakan gerakan militer di Jerman sana. Dan Valkyrie inilah yang menjadi gerakan kunci dalam upaya meng-kudeta pemerintahan Hitler. Alur ceritanya, bagi penulis, harus beberapa kali di-rewind agar menjadi sempurna merasakan cerita. Banyak tokoh "asing" dan dunia ke-militer-an yang sedikit berat diterima ketika menonton sekali. Film ini bergaya serius, berbeda dengan "saudaranya" di Inglorious Basterds yang santai dan masih bisa menaburkan komedi sedikit. Yang bisa penulis raba secara garis besarnya yaitu tak hanya dunia yang menjadi musuh Hitler dan paham-nya saat itu melainkan juga tentara Jerman sendiri. #yang menjadi misteri disini adalah bagaimana m

Kenangan kelam dibalik foto

Film ini bagi penulis cukup "fenomenal", horornya fresh, ceritanya bagus, dan ditiru atau di remake atau dibuat versi lain ala Hollywood. Tentunya, Hollywood punya "alasan kuat" mengambil film horor Thailand ini. Versi penulis sebagai orang awam di fotografi, film ini seperti melakukan skak mat sendiri. Film digulir dengan beberapa moment foto "rusak" namun dipatahkan sendiri ketika menjelaskan bahwa negatif foto bahkan sudah "rusak" sejak gambar diambil. Lalu, ketika film menceritakan kegiatan kantor majalah yang memuat foto ghostfake dengan photoshop, kembali lagi dipatahkan ketika memakai polaroid. Tentu saja, horor polaroid bagi penulis yang awam di fotografi takkan bisa menyangkal serta seperti baru menyadari bahwa salah satu cara mencari keberadaan "dunia lain" bisa melalui foto polaroid ini. Karena polaroid terasa sangat mustahil "merekayasa". Moment lainnya yang berkesan, foto snapshot yang diambil s

Menghabisi Nazi

Kata orang kematian Adolf Hitler itu misteri, entah penelitian atau pembuktian siapa yang benar. Yang pasti disini Tarantino membuat fiksi tentang kematian pemimpin besar klub Nazi itu. Sangat menarik. Tarantino seperti membuat komedi seputar kemegahan Nazi pada jamannya. Ringan alur ceritanya, enak sekali diikuti padahal disini Tarantino menggulirkan dua kisah yang berbeda dipertemukan dalam gedung bioskop. Dua kisah yaitu kisah Shoosanna dan tim Basterd. Mereka berjalan sendiri-sendiri, memiliki konflik sendiri, memiliki misi yang sama yaitu mengakhiri rezim Hitler. Tema perang Nazi yang serius dibuat serenyah mungkin ala Tarantino ini. Komedinya cukup cerdas. Paling konyol tentu saja Hans Ladda yang secara ikhlas menyerahkan diri untuk diukir kepalanya.Meskipun begitu, penampilan Christoph Waltz sebagai Hans Landa termasuk salah satu yang menonjol. Inglourious Basterds (2009) - 8/10

Jagoan gangster insaf

Ini merupakan salah satu film keren masa kuliah dulu. Maklum, jaman darah masih muda. Dan, penampilan Ekin Cheng kala itu juga terbilang keren. Memang, laga di sini tak memakai gaya kungfu atau komputerisasi melainkan gaya tarung gang jalanan, tapi justru disitu letak ke-keren-annya. Paling berkesan dari film ini selain gaya cool Ekin Cheng, juga momen solidaritas gangster. Salah satunya ketika karakter A Long (Ekin) menghajar dua pemuda, tak lama berselang muncul serangan balasan dari gangster sebelah. Tak perlu dikomando, puluhan orang bersenjata tongkat muncul di belakang A Long. Goodbye Mr.Cool (2001) - 6/10  

Tempat peristirahatan yang tak tenang

Film ini sebenarnya memakai konsep standar saja. Khas film teror thriller Hollywood sana. Hanya background settingnya cukup segar. Mengingatkan pada gaya Vacancy. Yaitu sebuah tempat peristirahatan yang justru memicu adrenalin. Yang membedakan adalah ada sisi mistis-nya. Terutama di bilik gudang kamar kecil dan momen ketika berjumpa dengan polisi. Rest Stop (2006) - 6/10

Memanggil arwah berbeda dengan memanggil iblis

Film dengan tema pengusiran setan memang sudah banyak. Untuk bisa membuat karya film dengan tema exorcist memang perlu "kesegaran" karena sepertinya banyak yang senada. Seperti di film ini, mungkin yang cukup fresh buat penulis adalah aksennya. Karena memang film ini dibuat di Inggris, jadi aksen para pemerannya sangat kental. Lainnya, biasa saja. Dari awal film hanya tinggal menunggu detik-detik kapan mulai kejadiannya. Secara garis besar tema exorcist disini pernah penulis simak di versi Hollywood. Terutama untuk twist penyebab mengapa sebuah kekuatan gelap menghampiri Emma. Dan, paling tidak kualitas akting pemeran Emma dan bantuan efek cukup membantu menciptakan suasana kerasukan kuasa gelap. Exorcismus (2010) - 6/10

Horor di Crystal Lake

Dulu, ada serial Friday The 13th yang penulis kenal di jaman Sekolah Dasar. Bila tak salah ingat, berkisah seputar toko barang antik yang mengumpulkan atau berburu barang-barang tak hanya "antik". Horor. Disini, jaman sudah berubah. Penulis baru menemukan kembali film Friday the 13th dalam genre slasher . Dan, ada nama besar Michael Bay di belakang layar. Konsepnya standard. Ada bumbu-bumbu seksi yang diselipkan di bagian hura-hura awal sekumpulan pemuda-pemudi boyband. Menghangatkan suasana atau memanaskan suasana tepatnya. Setelah penonton terbawa suasana hottie seksi, alur kemudian dibanting menjadi teriakan histeris. Kemudian dilanjutkan one by one dead dengan berbagai cara metode mengerikan. Yang menarik disini menurut versi penulis adalah mengemas suasana ketegangannya. Sosok Jason dan kesadisannya berhasil ditampilkan dengan porsi pas. Friday The 13th (2009) - 6/10

Absolution is the only way

Jenisnya science fiction . Begitu masuk memang kurang memikat lagi sebab bukan termasuk jenis favorit penulis. Terlalu futuristik. Kelam karena hampir separuh cerita ditampilkan dalam suasana gelap atau di malam hari. Temanya sendiri biasa saja. Priest (2011) - 5/10

Film Andy Lau ke 100

Berkisah tentang seorang petinju yang baru bebas dari penjara dan menemui dunia telah berubah banyak. Konsep ceritanya biasa saja. Grafik cerita pun standard seperti Hollywood. Susah- senang sebentar- jatuh cinta- salah paham- dramatisasi tarung. Pertarungan pun dibuat demikian, tarung-kalah hingga sekalah-kalahnya-dramatis. Keseluruhan, film ini hanya sebagai memori dengan sosok Andy Lau yang dulu menjadi idola penulis. Meski memang beberapa momen terasa kaku dan dapat ditebak, namun masih menghibur. A Fighter's Blues (2000) - 6/10

Terorist Bloopers bro

Disini rasa film bertema teroris diolah dengan rasa komedi yang unik bro. Ringan dan lucu. Konyol bro. Bahkan dimulai sejak beranda pada momen pengambilan gambar layaknya video jihad. Bercerita tentang 5 sekawan yang tinggal di Inggris dan bercita-cita ingin berjihad. Bro Omar. Diperankan oleh Riz Ahmed. Dan penulis baru tahu ternyata Riz Ahmed ini adalah salah satu aktor pendukung dalam film semi dokumenter yang juga bertemakan terorisme hanya saja bertema serius, Road To Guantanamo . Momen paling kocak untuk Omar disini adalah ketika berusaha menembakkan bom ke arah pesawat. Kedua, adalah momen berlari ketika marathon dengan kostum lucunya. Bro Barry. Selalu bertentangan pandangan dengan Omar. Dan senjata ampuh milik Barry adalah menelan mentah-mentah. Bro Faisal. Paling lucu di antara lima sekawan. Lugu dan polos bro. Paling berkesan adalah momen meledakkan seekor gagak dan kecelakaan meledakkan diri sendiri. Bro Waj. Saingan berat Faisal dalam hal kekonyolan. J

Demi tas ice skating rahasia

Kalau dari susunan pendukungnya memang membuat penasaran. Ada Robert De Niro, Jean Reno, Stellan Skarsgard, dan Sean Bean. Sayang, penampilan Sean Bean ternyata tak maksimal. Alur ceritanya pun terasa "pusing". Kurang simple. Terlalu berbelit diputar-putar. Penampilan dan konflik kurang kompak. Konfliknya berputar-putar dengan "ini mengkhianati ini", namun penampilannya terasa kurang power. Lamban dan lembek. Aksi laganya pun terasa "setengah", tak maksimal. "Apa isi tasnya?" Ronin (1998) - 6/10

Ketika anak bandel membongkar mayat narkoba

Bagi penulis, sekuel Bad Boys kali ini lebih modern. Meski tema masih sama seputar narkoba. Standard saja. Konfliknya sedikit lebih panjang rumit, namun tak ada yang istimewa. Standard. Paling menonjol adalah laganya. Ada tingkatan tensi laga dibanding seri pertamanya. Lebih liar. Brutal. Ada beberapa gabungan slow-mo nya membuat nuansa laga lebih megah. Peningkatan kualitas lainnya ada pada gaya humor dan chemistry akting Martin dan Will Smith. Lebih kocak daripada sebelumnya . whooosah.... Bad Boys II (2003) - 6/10

Menerangi sisi gelap kolonel

Drama. Dan sepanjang film, nyawa cerita ada pada kualitas akting kharismatik sang kolonel, Al Pacino. Hah! Ceritanya sendiri terasa kelam. Gelap. Suram. Seperti dunia kolonel Slade yang "gelap", depresi, kesepian, sendirian. Tentang seorang pemuda, Charles, yang mengambil pekerjaan menemani seorang pensiunan militer demi kuliah. Paling tidak, pekerjaan baru Charles membawanya kepada sosok ayah yang kharismatik. Hah! Double Jack Daniels on the rocks. Hah! Scent Of Woman (1992) - 6/10

Warisan berdarah keluarga Lake

Gaya, konsep, dan alur ceritanya standard saja. Memasang para aktor aktris muda yang menawan, berani seksi, berani berbuka-bukaan. Irama cerita awalnya flirt , menggoda penonton, menyegarkan pemandangan mata dengan para aktrisnya untuk kemudian digiring ke aroma bloody hell plus teriakan histeria. Twist -nya .... ada yang masih hidup Lake Dead (2007) - 5/10

Dampak besar janji kecil

Biarpun berkali-kali menonton film satu ini, menariknya adalah belum ada bosan. Konfliknya dalam dan menarik. Kekuatan film ini ada pada tajamnya twist . Memang untuk urusan masalah presiden di Venezuela dan sebagainya, penulis kurang memahami detailnya. Namun, yang menjadi sorotan utama adalah karakter kuat Rachel Armstrong yang berprofesi sebagai jurnalis. Sebuah artikel Rachel yang dimuat ke publik ternyata menimbulkan masalah skala nasional. Kuatnya pengaruh berita tersebut adalah Rachel, sebagai penulis, harus dipenjara. Erica Van Doren harus kehilangan pekerjaan dan kemudian terbunuh. Rachel kehilangan suami dan keutuhan rumah tangganya. Paling berkesan adalah momen ketika setelah setahun berjalan dalam penjara, Rachel dibebaskan hanya dalam hitungan menit kemudian ditangkap kembali dan diperpanjang masa tahanan menjadi 2 tahun. Semua hanya gara-gara Rachel menolak membuka identitas narasumber berita kontroversialnya. Yang menarik dari konflik di film ini

Kecantikan yang suram

Menyedihkan. Muram. Suram. Itu kesannya. Tapi membingungkan juga. Kesan yang dimunculkan seperti cerita remaja, namun pesan yang ingin ditangkap seperti memecah belah. Entah siapa yang salah, para orang tua atau para anak gadis Lisbon ini? Bila orang tua mendidik anak secara ketat pun bertujuan baik. Hanya saja, terlalu ketat, hingga menutupkan dunia luar dari anak, juga tak terlalu baik. Konflik ini menampar sisi kanan juga sisi kiri pikiran. Semua hampir bisa saja menjadi pihak yang salah. Tanpa sebab, Cecilia menerjunkan diri setelah diperolok oleh para saudarinya dan teman sebayanya. Tak lama, giliran Lux yang harus dikecewakan oleh Trip. Dan, terakhir para gadis Lisbon menarik diri dari dunia. The Virgin Suicide (1999) - 6/10

Gnarnia

Sebangsa Scary Movie . Parodi film-film tenar. Parodi dan jalan ceritanya "kasar". Terlalu kasar juga berakibat tak lucu. Epic Movie (2007) - 4/10

Portal Malkovich di lantai 7,5

Kesan pertama yang muncul, unik. Sedikit aneh dengan konfliknya. Alur ceritanya pun demikian, absurd . Dark comedy . Menertawakan keanehan. Sebuah film yang imajinatif. Penulis memiliki bahasa sendiri mengartikan konflik dalam film ini. Sebut saja karakter Craig terobsesi pada rekan kerjanya bernama Maxine. Namun, tentu saja di jaman modern, cinta bukanlah hal gratis natural apa adanya datang begitu saja dalam hati, melainkan uang. Beruntung, Craig akhirnya menemukan portal yang kemudian membawanya mampu membeli cinta Maxine. Tidak saja konfliknya, namun juga filmnya. Ada lantai 7,5. Unik sekaligus menggelikan lokasi kantor yang terletak di antara lantai 7 dan 8. Otomatis tentu saja bila kantor ini nyata, bakal banyak pegawai sakit punggung. There is Cameron Diaz? Wow, penulis tidak sadar sampai ending credit . Being John Malkovich, and why John Malkovich? Penulis (masih) bingung dengan kemunculan Ma-Sheen (Charlie Sheen) sebagai apa. Karya film unik yang imajinatif.

Knight bertemu Saint

Tidak mau kalah dengan pendahulunya, film ini juga meninggalkan kesan dalam bagi penulis yang tidak salah ingat pernah menyaksikan film ini di bioskop Plaza di kota Sidoarjo. Berangkat naik becak Pak Dul ke arena bioskop yang kala itu menjadi hiburan termewah bagi kami. Di seri yang kedua ini minus God of Gambler , digantikan dengan Knight dan Saint. Tambahan Stephen Chow dan Ng Man Tat menambah kocak film judi ini. Kekocakan disini melebihi seri pertamanya. Konflik film ini tentu saja soal gambling namun dikemas dalam bentuk komedi klasik gaya Stephen Chow. Konsep ceritanya biasa saja. Masih memakai ciri makan coklat, namun Stephen Chow menambah ciri khas film ini dengan jurus yang lucu-lucu, mengubah kartu dengan meremas-remas, atau jurus telepati yang "memalukan" bukan mematikan. ++ Memorable movie ++ God Of Gamblers II (1990) - 8/10  

Sunshine Grove

Ada dua film yang mengingatkan penulis ketika menyaksikan film ini. Bagian beranda film ini sejenis Disturbia . Sama-sama tahanan rumah dan berkonflik dengan tetangga. Semakin ke dalam, sejenis dengan gaya The Amityville Horror . Cukup menarik dengan misteri rumahnya. Rumah dipercaya "berisi" dan menghantui. Sayangnya, konflik horor ini "kurang" maksimal ketika semakin ke dalam. Karena berikutnya, jalur cerita bergerak menyamping yaitu misteri pembunuhan biasa. Dan, yang membingungkan disini adalah karakter Eugene. Nyata ataukah tidak, penulis pun kesulitan dengan Eugene ini. Housebound (2014) - 6/10

Malam halloween berdarah di Haddonfield

Kesan pertama yang muncul ketika menyaksikan garapan Rob Zombie ini adalah luar biasa. Konsep filmnya sudah umum. Alur ceritanya biasa. Bahkan film ini merupakan remake . Hanya saja keberhasilan film ini adalah mampu membuat remake baru tanpa harus "kehilangan" akar cerita karakter Michael Myers. Jadi, tanpa harus kembali ke versi original-nya, penonton bisa mengenal sosok Michael melalui film ini. Meski konfliknya sudah terbilang umum, namun menampilkan porsi ketegangan serta adegan kejut-nya terbilang bagus tanpa harus dipaksa memenuhi sepanjang cerita. *Apalagi dengan tambahan moment lagu Love Hurt.... Daeg Faerch. Memerankan karakter Michael Myers kecil secara apik. Penulis terkesan dengan gaya sangar yang diciptakan melalui Daeg ini. Tatapan matanya memang "menusuk". Dan sepertinya porsi Daeg disini yang akhirnya memberi pondasi kuat bagi karakter Michael Myers dewasa untuk menyambut umpan manis untuk diteruskan menjadi pemandangan kelam Myers yang

Dari Lorien turun ke bumi

Kesan pertama dari film ini adalah seperti film hero teen . Konsep yang muncul ke permukaan seperti film komedi romantis remaja yang lalu digabungkan dengan dunia fantasi, laga, dan teknologi komputerisasi. Mirip tema Superman atau lebih tepatnya Superboy. Punya kekuatan super tapi berusaha invisible , merendahkan diri. Pindah sekolah, jadi murid baru dengan superpower, di- bully , berkawan dengan science nerd , kenal cewek cantik lalu fallin love , and survive . Alur cerita dan konflik bully - fall in love nya terasa umum. Biasa saja. Konflik superboy dengan villain -nya juga biasa. I Am Number Four (2011) - 6/10

Resiko dalam wajah

Cukup lama memburu film satu ini. Dulu menjadi film favorit era 90an. John Woo. Ada Trademark saling todong pistol face to face . Ada dua babak disini. Seperti tag iklan, sebelum dan sesudah. Before....After . Sebelum operasi dan sesudahnya. Dua bintang besar disini John Travolta dan Nicolas Cage beradu akting. Sebelum operasi, akting John dan Nicolas kurang berkesan. Setelah operasi, penulis lebih suka gaya atraktif John. Lebih powerfull daripada gaya datar Nicolas. Dari alur cerita, film ini memang menarik. Temanya bagus. Ada sisi drama dilema besar terlanjur basah menjalankan tugas. Ada aksi laga klasik yang cukup dibilang megah meski di beberapa momen terasa kurang halus. Namun beberapa momen terlihat "kasar" dalam penggunaan stuntman -nya. Kelak, mungkin ada produser yang melirik kembali karya John Woo ini untuk membuat sekuelnya. Menurut penulis, kesempatan sekuel ini ada di momen kemunculan si Adam kecil di tengah-tengah keluarga Sean Archer. Rev

Donna Mauer is missing

Yang membuat penasaran dengan film ini awalnya adalah nama Ellen Page. Penulis pertama mengenal penampilan Ellen Page pada American Crime, yang seingat penulis disitu Ellen bermain sebagai korban kekerasan dalam keluarga. Penampilan tersiksa Ellen di American Crime memang berkesan. Kemudian berlanjut ke film drama remaja yang cukup unik, Juno. Dan, lagi, Ellen menampilkan akting yang cukup enak diikuti. Dan, sekarang di Hard Candy. Yang justru berbalik 180 derajat dari film American Crime. Dari segi cerita, film ini langsung membuat drop mood . Pertemuan antara karakter Jeff dan Hayley, jujur saja "di luar dugaan". Terlalu jauh untuk sepasang teman mesra chatting. Karena terlihat lebih pas seperti ayah-anak. Kedua, momen meja operasi dadakan. Momen ini benar-benar membuat ngilu sekaligus mood drop lebih dalam. Ketiga, keseluruhan tema dan gaya film ini terasa kurang bisa "ditangkap" dengan pas. Hanya saja, yang unik dari film ini adalah gaya minima