Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2020

Kisah dari The Autopsy Of Jane Doe 2016

Sebuah karya film horror tahun 2016 silam. Untuk yang mungkin belum tahu, Jane Doe sendiri merujuk pada identitas jenazah wanita yang diketemukan tanpa identitas. Sedangkan bila penemuan jenazah itu berjenis kelamin laki-laki maka dipanggil nama samaran John Doe.  Menurut Movielitas, film garapan sutradara Andre Ovredal ini sangat bagus. Kategori film ini masuk ke dalam jenis film favorit pilihan Movielitas. Salah satu alasannya adalah timeline cerita film ini yang berjalan dengan setting -an waktu semalam saja. Lokasi cerita pun hanya mengambil di satu tempat saja. Simple padat jelas. Berkisah tentang seorang ayah dan anak keluarga Tilden yang berprofesi sebagai ahli bedah otopsi jenazah, yang pastinya untuk keperluan penyelidikan. Konflik dimulai ketika keluarga Tilden menerima tugas untuk otopsi satu jenazah wanita tanpa identitas. Dan konflik berjalan menarik.  Movielitas membagi film ini menjadi 2 bagian besar. Bagian menarik dan bagian tidak menarik. Boleh dibilang dengan gra

Sausage Cheese Egg Toast

Kalau ada yang sudah pernah menonton film Miracle of GivingFool yang dibintangi duet Cha Tae-hyun and Ha Ji-won, mungkin masih ingat ada beberapa adegan yang menceritakan karakter yang dimainkan Cha Tae Yun berprofesi sebagai penjual makanan. Istilah nya street food . Kalau diperhatikan, sepertinya lezat dan sederhana. Tanpa disengaja, beberapa waktu lalu ketika sudah mulai jenuh dengan isi halaman depan Youtube yang itu-itu saja, Movielitas mencoba mencari keyword “ korean street food like in miracle giving fool ”, dan muncul beberapa video seperti di bawah. Kelihatannya, enak banget. Sederhana. Entah apa sudah ada di sini atau belum ya. Lumayan buat ide bisnis. Jika melihat dari KFC atau McD, dimana di negara asalnya jadi makanan junkfood, pas masuk ke sini jadi “ makanan mewah wajib posting-able sebagai jati diri manusia tertinggi yang hakiki ”, siapa tahu berlaku juga untuk jenis korean street food ini. Jamin laris. Palagi yang jual mirip Cha Tae Hyun style . Mari melapar.

Maria (OST 200 Pounds Beauty)

Sebuah film produksi dari Korea yang bertemakan romantis-komedi. Karena berlatar belakang cerita dengan karakter yang berprofesi sebagai penyanyi, maka pastinya sebagai pemanis film ditambahkan beberapa lagu. Dari sekian lagu yang ditampilkan ada satu lagu yang berkesan untuk Movielitas, yaitu lagu cover milik Blondie yang berjudul Maria. Lagu lawas ini pertama kali Movielitas dengar saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah. Entah mengapa, begitu mendengar pertama kali, memang Movielitas langsung suka. Suara vokalisnya membuat bingung, antara pria atau wanita. Bahkan hingga saat ini lagu ini masih enak didengarkan. Mungkin, bagi Movielitas, karena easy listening pastinya, rancak, dan bikin bergoyang.  Di film ini, lagu Maria sedikit mengalami perubahan menyesuaikan negara-nya alias menggunakan bahasa Korea yang dibawakan lewat suara Kim Ah Joong. Jujur saja, entah mengapa lagu Blondie ini yang terpilih. Mungkin plot cerita nya dianggap cocok dengan lirik lagu produksi tahun 1999.

Detik demi detik menuju krisis ekonomi

  Film " saudara" dari Too Big To Fail , Margin Call , The Wolf Of Wall Street (2013) atau Wall Street Never Sleep . Kurang lebih berbicara tentang kisah nyata seputar dunia ekonomi Amerika khususnya dalam bidang pasar modal. Berat. That's all . Mungkin bagi pengamat ekonomi, pelaku ekonomi, ataupun yang pernah mengikuti berita jaman krisis ekonomi di Amerika khususnya soal buble property di tahun 2008, akan lebih mudah mencerna bahasa cerita film ini. Housing market, hedge fund, bonds, mortgages, credit default swap, mortgages backed securities, AAA - BB rating, synthetic CDO. #WTF Sejauh yang bisa penulis tangkap film ini menceritakan seputar detik-detik terjadinya krisis ekonomi di Amerika pada tahun 2008. Beberapa pihak ternyata sudah memprediksi krisis ini dan memberi sinyal, namun seperti kata pepatah, kebenaran layaknya puisi dan banyak orang tidak menyukai puisi. Yang sedikit mencuri perhatian adalah beberapa text scene terakhir di ending , "kejadi

Apa yang membuat manusia bersedia menjalani hidup hingga titik akhir?

Sebuah drama remaja. Berpusat pada karakter George yang sedang galau gulana dengan ke-kritis-an pikiran nya tentang masa depan dan arti kehidupan. “ …bila semuanya kelak akan dan harus mati, lalu mengapa anak manusia harus bersusah payah dalam kehidupan ini?... ” Kurang lebih seperti itu pemikiran dalam perkenalan karakter George dalam film karya sutradara Gavin Wiesen. Dampak dari ke-kritis-an pemikiran tersebut, George dengan sengaja mulai mengorbankan masa-masa indah mudanya. George juga seperti mengalami masa-masa tidak tahu harus berbuat apa sebagai pelajar. Satu-satu tanggung jawabnya sebagai pelajar ditinggalkan dan berakibat pada serangkaian teguran dari para guru. Hingga satu titik, pertanyyan kritis George terjawab dengan masalah finansial keluarga-nya dan juga kemunculan karakter Sally. Menurut Movielitas, film ini biasa saja. Konflik yang diangkat terasa ringan, tentang pemuda dan masalah hidupnya. Plot cerita juga berjalan santai dan tidak membingungkan. Paling menarik

Iman besar dalam bocah kecil

  Film ini adalah salah satu film favorit penulis. Faktor utamanya adalah karena film ini termasuk film yang sarat dengan pesan moral positif dan konflik nya "ramah". Jika dilihat dengan sudut pandang luas, pesan dalam film ini harusnya bisa diterjemahkan secara universal oleh semua penonton tanpa harus terkotakan kepercayaan. Film ini mengajarkan dua hal penting, yaitu saling mengasihi dan memiliki -sedikit saja- kepercayaan. Dan, memakai karakter utama seorang anak kecil tentu bukan tanpa tujuan. Penulis memiliki versi sendiri mengapa film ini memakai karakter anak kecil, yaitu ada perbedaan lebar antara anak kecil dan orang dewasa pada masalah percaya. Sebagai anak kecil ketika diajarkan sesuatu, begitu mereka akan sesuatu, mereka akan percaya penuh meski secara logika dewasa sangat tidak mungkin. Berbeda dengan mereka yang sudah dewasa, pemikiran mereka akan dipenuhi oleh logika yang mengalahkan kepercayaan sendiri. Semua ayat-ayat suci tentang mujizat, terasa berat diter

Mengejar rumput yang harus dicabut

  Sebuah drama kriminal Korea dengan tingkatan konflik yang kurang begitu easy catching untuk ukuran selera film Movielitas. Mungkin untuk benar-benar bisa memahami jalan ceritanya perlu lebih dari sekali menontonnya. Secara plot cerita besarnya, film ini berkisah tentang usaha duet polisi dan jaksa untuk menangkap seorang bos mafia. Karakter polisi yang ditampilkan dalam bentuk berandalan duet dengan seorang jaksa yang berpenampilan tenang dan kalem. Konflik pengejaran bos mafia ini yang bagi Movielitas terlalu ber-belit-belit. Apalagi kelemahan Movielitas dalam menonton drama Korea adalah kebingungan menetapkan nama tokoh dan posisi peran nya dalam cerita. Overall, mungkin film ini akan lebih menarik bagi pecinta drama Korea atau perlu disimak lebih dari sekali baru bisa memahami.   Running Wild (2006) - 6/10

Maybe we're crazy ....probably (Kick Ass The Movie)

  Salah satu yang memorable dari sebuah karya film selain plot cerita nya, yaitu soundtrack -nya. Setidaknya hal itu berlaku bagi Movielitas. Salah satu film yang memiliki jenis mengandung unsur lagu soundtrack yang “menancap” adalah Kick Ass dengan lagu Crazy milik Gnarls Barkley. Sebenarnya lagu Crazy ini, menurut data digitalnya, sudah tampil di beberapa film lainnya. Tapi, bagi Movielitas, justru versi yang di Kick Ass ini yang “menancap” syahdu di telinga Movielitas.   Tipe lagu bergenre upbeat , easy listening , melodic catchy , asik untuk didengarkan pagi hari sembari olahraga. Atau, kalau mau lebih syahdu, bisa juga didengarkan dengan gaya seperti adegan di film Kick Ass ini, sambil berkendara mobil. Mari bergoyang....  

Masa Kontrak Untuk Bertempur

Sebuah film drama perang konflik kepentingan di Timur Tengah era 2000an karya sutradara Kimberly Pierce. Versi Movielitas, film ini mengingatkan gaya film yang lebih modern yaitu American Sniper . Plot ceritanya berfokus pada seputar traumatis yang dialami oleh pasukan Amerika pasca ditugaskan ke medan perang tanpa mengerti apa yang diperangi. Jika memakai perbandingan American Sniper, di film ini eksekusi plot cerita ke urutan jalan cerita, menurut Movielitas seperti kaku. Konflik yang diangkat terasa hambar dan datar. Overall, konflik yang diangkat sebenarnya cukup menarik. Hanya saja, untuk jalan cerita-nya kurang begitu masuk dengan selera Movielitas. Stop Loss (2008) – 6/10

Sonata for a Good Man

  Alasan Movielitas dulu memilih film ini adalah karena rating imdb- nya yang cukup menarik. Dan, setelah vakum cukup lama, baru bisa Movielitas nikmati. Kesan pertama, sulit. Terutama pada penggunaan istilah yang terasa asing dan bahasa. Mana pihak lakon, mana pihak antagonis, susah diterka awalnya. Dan, setelah menyelesaikan menonton, ada beberapa poin penting yang bisa Movielitas tangkap. Akting dari tokoh utama Gerd Wiesler yang diperankan oleh Ulrich Muhe, sangat baik. Sepanjang film, mimik wajahnya terlihat tenang dan flat . Di awal-awal film, tokoh Wiesler justru terkesan sadis, karena background cerita seputar intelijen Jerman. Tapi, semakin ke dalam cerita, terasa beda meski tetap tampil emotionless . Plot cerita-nya kalau disederhana-kan, berbicara seputar perebutan cinta seorang aktris teater, Christa-Maria Sieland, antara seorang sutradara teater Dreyman dan pejabat negara Grubitz. Di tengah-tengah “perang cinta” tersebut berdiri karakter pusat Wiesler. Overall, Mov

Birthday Girl For Bad Day Man

Sebuah drama crime lawas yang dibalut secara “santai”. Plot cerita nya sangat sederhana. Tentang seorang pria yang berprofesi sebagai bankir, merasa kesepian dalam hidupnya karena men-jomblo, mencoba peruntungan asmara lewat online jadul dengan gadis Rusia. Menurut wikipedia, film ini beraliran erotic-comedy . Dibilang komedi, menurut Movielitas ada sedikit bumbu komedianya. Untuk unsur erotic nya, sayang sekali Movielitas mendapatkan yang versi clean -nya. Sangat clean malah. Sensor habis. Damn it. Entah karena faktor sensor, kesan film yang harusnya beraroma crime , terasa sangat amat santai untuk ukuran tema kejahatan. Contohnya karakter John yang dibawakan oleh Ben Chaplin ini, untuk peran seorang yang telah membawa lari uang bank secara terbuka terang-terangan di siang terang hari pula, terlihat begitu santai berkeliaran di kota bahkan bandara. Overall, biasa saja. Cozy love crime . Serba nanggung. Rasa crime-nya ga begitu dapat maksimal. Romantis-me nya juga tak beras

Bersaksi untuk masa jaya yang terlalu singkat

Sebuah film sejarah yang bisa dibilang salah satu unofficial-sequel dari film J.F.K . Sebelumnya mungkin ada film Bobby, kali ini mengangkat kisah tragedi penembakan Presiden Amerika tahun 1961 dari sudut pandang sang istri yaitu Jacqueline "Jackie" Kennedy. Film ini berfokus pada sisi psikologi seorang ibu negara sekaligus istri pada rentang masa pasca terjadinya peristiwa penembakan J.F.K. Menurut Movielitas, film ini cukup berhasil menyampaikan bagaimana suasana shocking atas peristiwa tersebut. Sejauh yang bisa Movielitas tangkap, ada dua kesan penting dari film ini. Diawali dengan musik yang terdengar fals seolah menyimbolkan ada suasana yang “ganjil” dengan peristiwa tersebut. Didukung dengan kualitas akting aktris Natalie Portman yang tidak perlu diragukan. Overall , film biografi singkat ini untuk ukuran Movielitas, lumayan. Poros utama film ini memang Natalie Portman, dan Natalie mampu tampil bagus. Jackie (2016) 7/10

Kecantikan Alami Yang Terlarang dan Tak Abadi

Kira-kira, apa yang terlintas di kepala apabila mendengar kata Korea Utara?   Secara umum, akan muncul kesan “di luar kebiasaan umum” sebuah bangsa. Unik. Tertutup. Ideologinya presiden-sentris . No internet . Banyak dan lainnya. Deezen.com Masih soal Youtube, kali ini Movielitas ingin berbagi, lebih tepatnya topik. Bukan channel tertentu. Beberapa waktu lalu, ada topik yang membuat Movielitas “gerah” dalam arti positif,penasaran ingin tahu lebih banyak. Yaitu topik “North K. / DPRK / Korea Utara”.   Seperti apa kehidupan di Korea Utara. Yang mana, hal itu akan sulit didapatkan di dunia per-televisi-an mainstream . Begitu di ketik di kolom search, berikutnya akan muncul banyak sekali vlog, berita, re-upload dan sebagainya. Salah satu yang menarik perhatian Movielitas adalah vlog milik channel SAO Documentary. Judulnya DPRK01-35 . Berisi 35 episode vlog tour perjalanan ke Korea Utara dengan didampingi 2 pemandu wisata. Masing-masing vlog secara rata-rata berdurasi 20 menita-an. Da

Bermalam di Aokigahara

Dikarenakan oleh situasi dan kondisi pandemi saat ini, bioskop dilarang beroperasi secara normal. Bagi Movielitas, yang memang hampir tidak pernah lagi ke bioskop, menjadi kesempatan untuk menikmati hiburan media lain. Salah satunya, Youtube. Tentunya berbeda konsep dengan film. Sepanjang Movielitas menikmati berbagai macam konten di Youtube, ada beberapa yang berkesan. Dan, lewat media blog ini, setidaknya bisa menyimpan jejak-jejak konten Youtube yang bagus dan berkesan. Karena Movielitas menyukai genre film based on true story , jenis media vlog sebenarnya cocok dengan selera Movielitas. Meskipun ada vlog-vlog yang mengandung akting atau sudah diatur plot ceritanya, tapi tetap saja terasa beda.    Vlog yang berkesan kali ini adalah vlog dari channel milik TFIL yang judulnya Overnight At Suicide Forest . Suicide forest merujuk pada sebuah hutan di Jepang yaitu Aokigahara yang memang terkenal dengan hutan tempat orang-orang disana mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Kalau tid