Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Review

Menghindar dari Wolf-Beiderman

Kalau dilihat dari tahun produksinya, film ini hampir berbarengan dengan film Armageddon saat itu. Hanya Movielitas lupa pada saat itu kenapa tidak menonton film ini di bioskop. Memang hampir sama konfliknya, seputar meteor yang siap menghantam bumi. Bisa dibilang ini versi klasik dari film Dont Look Up. Hampir sama dengan Armageddon, film ini berbumbu roman cinta-cintaan, namun soal porsi nya berbeda. Kalau di film ini, konflik yang diangkat selain meteor ada juga konflik cinta antara dua remaja, dan konflik keluarga sang repoter televisi. Dan, memang karakter utama sepertinya diletakkan pada mereka meski tidak berkaitan langsung di dalam cerita. Seorang remaja yang sedang kasmaran, Leo Beiderman, tanpa disengaja menemukan tanda aneh di langit. Yang ternyata kemudian, tanda aneh berupa cahaya tersebut dinamakan dengan Wolf-Beiderman, merupakan sebuah meteor raksasa yang siap menabrak bumi. Tokoh utama kedua adalah sang reporter televisi, Jenny Lerner, yang memiliki konflik keluarga. B

Malaikat yang terpidana mati

Sebuah film klasik yang diproduksi tahun 1999. Kala itu Movielitas masih jaman bersekolah. Dan, tidak berkesempatan menonton hanya tahu judul film ini dari koran saat itu. Seingat Movielitas film ini diberitakan positif dan banyak yang bilang bagus. Bahkan sampai dewasa, Movielitas tahu judul filmnya namun tidak pernah berkesempatan menonton karena tidak berhasil mendapat film ini. Hingga Movielitas tahu di salah satu penyedia layanan streaming "plat merah" masih menyediakan film ini. Dan, akhirnya Movielitas berhasil menyimak film yang digarap oleh sutradara Frank Darabont hingga selesai. Ada beberapa hal yang membuat sedikit terkejut, bagi Movielitas yang terlambat menonton, dari melihat catatan di balik film ini. Pertama, film ini ternyata diangkat dari novel maestro Stephen King yang Movielitas justru mengenal sebagai penulis novel genre horor. Kedua, tentang durasi yang ternyata memakan waktu tiga jam lebih. Ketiga, Movielitas salah menduga bahwasanya film ini "terl

Mencoba mengambil jantung hati sang jagoan tua

Mengulang sukses dari seri perdananya, kini hadir seri keduanya. Tapi sayangnya, kurang memenuhi ekspektasi Movielitas. Movielitas sendiri cukup menikmati sajian perdana yang dulunya digarap sutradara Fede Alvarez. Di seri kedua ini, dipercayakan kepada sutradara Rodo Sayagues. Berbeda dengan yang pertama dan harus diakui, bahwa penampilan tokoh lelaki tua yang buta, The Blind Man,cukup menarik perhatian dan cukup bersinar. Di seri kali ini, posisi The Blind Man diubah dari antagonis menjadi lakon utama. Masih tetap keren, hanya dari segi plot cerita, bagi Movielitas kurang menarik dibandingkan seri perdana. Diceritakan kali ini The Blind Man hidup dengan seorang anak kecil bernama Phoenix. Dan, ternyata keberadaan Phoenix bersama The Blind Man ini menyimpan rahasia yang mengusik ketenangan hidup mereka berdua. Hampir "dipaksa" serupa dengan konflik yang dialami The Blind Man di seri perdana, disini muncullah sekumpulan "penjahat" mencoba mengambil Phoenix dari sisi

Mencari arti cerita dalam kegelapan

Awalnya film ini cukup menarik minat tonton Movielitas. Di awal kisah menceritakan tentang misteri anak hilang dan pihak yang dicurigai adalah sekawanan serigala hutan. Menarik. Entah mengapa masuk ke babak berikutnya, kisah film garapan sutradara Jeremy Soulnier ini jadi kurang menarik lagi. Ada adegan 18 tahun ke atas yang sebenarnya tidak vulgar sekali dan hanya sepersekian menit, bagus sebenarnya, seksi, tapi bagi Movielitas tidak ada korelasi dengan konflik kisah kehilangan anak sebelumnya. Terlalu memaksa "seksi". Kemudian ada cerita flashback tentang perang timur tengah, meskipun masih berkorelasi entah mengapa bagi Movielitas terasa aneh saja. Ada dua adegan yang membuat film ini juga terasa aneh, dua kali adegan tertembak di leher dengan pola dan gaya yang sama. Semakin lama semakin masuk ke dalam alur cerita, Movielitas dengan terpaksa menyerah dan meninggalkan jalan cerita. Tidak bisa menuntaskan permainan ini lagi. Movielitas semakin tidak bisa memahami konflik ap

Mengawal nyawa pembunuh bayaran

Kalau membandingkan akting Ryan Renolds di Buried atau akting jahat di The Amytiville Horror dengan aktingnya disini, memang menunjukkan kualitas aktor hebat. Bisa bermain peran baik atau jahat, bisa serius dan bisa akting santai. Dan, Movielitas menilai gaya Ryan Renolds lebih cocok untuk film bergaya komedi seperti ini. Apalagi di Deadpool . Di duet-kan dengan kualitas akting Samuel L. Jackson yang sudah malang melintang di banyak film sejak era klasik. Membuat nyawa film ini mau tidak mau ada di chemistry akting mereka berdua. Dan hasilnya, lumayan. Sangat menghibur. Baik itu dari sisi komedi ringan nya maupun dari sisi aksi laga nya. Dari sisi alur cerita, biasa saja. Konfliknya ringan, tidak berat. Berkisah tentang seorang pengawal profesional yang mendapat tugas berat membawa seorang penjahat kelas atas untuk hadir di pengadilan internasional sebagai saksi kunci dalam mengadili seorang presiden jahat. Perjalanan menuju pengadilan tersebut menjadi inti konflik film ini. Tidak ha

Jantung masa depan

Hiburan malam ini dengan film dari aktor legend, Jackie Chan. Dan, memang jika dibandingkan dengan film-film klasik jaman keemasan Jackie Chan memang terasa banyak sekali perbedaannya. Yang tampak pertama kali, entah karena faktor teknologi-nya atau menyesuaikan tema film, tone warna gambar film ini terasa kontras. Karena film ini memakai nama Lionsgate, terasa beda sinematografi-nya. Film laga Jackie Chan bila kerjasama dengan Hollywood memang beda sekali bermain di negara Jackie sendiri. Entah karena memang faktor usia atau memang tuntutan plot cerita-nya itu sendiri. Jika dibandingkan dengan film Jackie dengan background Hollywood, Karate Kid, film ini masih jauh kualitasnya. Di Karate Kid , meski porsi Jackie tidak sebanyak Jaden Smith dan produser dipegang Will Smith (bahkan disini Jackie Chan selaku Produser) penampilan Jackie di Karate Kid jauh lebih bagus. Movielitas teringat pada gaya film The Spy Next Door , yang lagi-lagi Jackie dengan Lionsgate. Kalau di film The Spy Next

Manorgate

Kali ini Jason Blum dengan Blumhouse Prod. nya melahirkan satu karya lagi. Kali ini bukan genre biasanya, horor, melainkan thriller. Secara konsep atau ide cerita, Movielitas suka. Keren.  Berkisah tentang sekelompok orang, menurut sinopsis yang beredar berjumlah sebelas dua belas, hanya karena Movielitas lemah dalam menghitung tokoh, jadi sebut saja sekelompok orang pria-wanita tua-muda yang terbangun dari pingsan di sebuah hutan belantara. Mereka semua bersamaan tersadar dengan kondisi mulut dibekap. Setelah berhasil melepaskan ikatan mulut, satu-per satu dari mereka pun ditembak di tempat. Dan cerita pun mengalir dengan tanda tanya besar apa yang sebenarnya terjadi. Alur cerita film ini dijalankan memakai konsep akibat-sebab. Mereka yang menjadi korban merupakan warga dari negara-negara bagian yang ada di Amerika sana. Bukan tanpa alasan mereka "terpilih" untuk dijadikan pesta pembunuhan. Dari akibat dibunuh satu per satu, akhirnya muncul dua konflik yaitu mencari dalang d

Cinta sang ayah di antara gunung dan salju

Film garapan Daniel Sandu, kalau menurut keterangannya film ini berasal dari negara Rumania. Yang berkesan pertama kali dari film ini adalah cukup berani untuk anti mainstream . Bagi Movielitas, film ini berbeda. Berkisah tentang seorang ayah, Mircea, dengan latar belakang mempunyai konflik rumah tangga yang menerima kabar buruk tentang anaknya. Diberitakan bahwa sang anak dinyatakan hilang bersama dengan teman wanitanya di gunung Bucegi. Karena cuaca bersalju yang buruk pencarian sang anak membutuhkan waktu yang lama dan tidak mudah. Plot cerita dan konflik dalam film ini sangat minimalis. Tidak bercabang kemana-mana. Fokus pada satu titik, titik itu. Hilangnya seorang anak. Dan di awal-awal memang terasa menarik mengikuti jalan ceritanya. Poin berikutnya yang menarik perhatian adalah akting. Khususnya akting aktor Adrian Titeni sebagai karakter sang ayah, Mircea.  Entah ini sebagai nilai plus atau nilai minus, dikarenakan kendala bahasa Movielitas agak susah menilai akting Adrian Tit

Kehadiran sang pembawa benih yang membuat suasana tak jernih

Kesan pertama saat memulai film ini, campur aduk. Unik, lucu, tapi menarik. Dan, senang rasanya mendapatkan film berkualitas seperti ini, excited nya berbeda.  Film ini berkisah tentang sepasang "suami-istri" tapi sesama jenis, yang berati lesbian. Pasangan wanita ini masing-masing memiliki anak yang beranjak remaja hasil dari donor sperma. Dikarenakan rasa ingin tahu dari anak-anak, sepasang saudara tersebut mencari siapa ayah mereka sebenarnya. Namun, kehadiran sang ayah justru membuat "panas" keluarga unik tersebut.  Film bergenre drama ini tanpa banyak basa-basi langsung menyuguhkan konflik cerita di awal. Sepasang wanita hidup bersama dengan membawa anak-anak hasil dari donor sperma dan mulai beranjak kritis dalam mencari tahu jati diri. Konflik tersebut sudah terasa "komedi awkward ". Kemudian dikembangkan dengan kehadiran penyumbang sprema alias "sang ayah", membuat suasana keluarga semakin membuat canggung tapi seksi. Daya tarik film ini

Quill

Kalau menurut keterangan nya film ini based on true story . Berkisah tentang seekor anjing berjenis Labrador Retriever, Quill, yang memiliki tanda lahir unik di tubuhnya dan kemudian terpilih untuk dilatih menjadi guide dog (anjing penuntun) bagi kalangan orang buta. Dari sisi plot cerita, film ini tidak berat. Bergaya dongeng dengan narator. Konflik yang diangkat lebih fokus ke hubungan tuan Watanabe dan Quill. Jika dibandingkan dengan hubungan tuan Parker dan Hachi di Hachiko, film ini masih di bawah. Movielitas kurang begitu menangkap inti konflik dalam film ini. Kalau dari segi judul yang mengarah ke karakter anjing, Movielitas rasa porsi yang diberikan ke karakter Quill cukup banyak tapi "kurang" tampak tingkah pola sebagai anjing spesial. Begitu pula dengan chemistry antara tuan Watanabe dan Quill, bagi Movielitas terasa hambar saja. Tidak menonjol seperti di film Hachiko. Overall, film ini cocok dinikmati bagi penyuka film dengan genre yang berfokus pada hewan khususny

Kisah horor dibalik tragedi di jalan tol saat menyambut perayaan Songkran

Sajian dari negara tetangga, Thailand, kali ini cukup berkesan. Menipu di awal cerita tapi semakin ke dalam semakin meningkat grafik chemistry cerita-nya. Unik. Keren. Salah satu hal yang membuat Movielitas tertipu di awal adalah sekilas terlihat "baru", tapi ternyata film ini diproduksi tahun 2016 silam. Film ini memiliki tiga babak. Dari segi durasi cerita per babak, digambarkan seperti segitiga. Dimana kisah pertama, pendek. Kisah kedua, kisah yang paling panjang dan kisah ketiga-nya biasa saja. Sedangkan dari segi kedalaman cerita, seperti yang sudah ditulis sebelumnya, film garapan sutradara Sarawut Wichiensarn, memiliki gaya grafik ke atas.   Kisah pertama dimulai dengan kisah Tar yang mengalami konflik cinta dengan kekasihnya. Merasa dibohongi terus-menerus soal kehamilan, Tar menantang pacarnya untuk benar-benar melakukan bunuh diri saat meminta putus. Kisah pertama ini membuat Movielitas kurang menarik mengikuti. Kesan dari kisah pertama adalah terlalu memaksa horor

Rostov Ripper

Kalau menurut wikipedia, film ini merupakan film televisi klasik tahun 1995. Yang membuat penasaran awalnya adalah tag based on true event. Dan memang film-film berjenis based on true story seperti ini bisa sedikit menambah wawasan tentang apa yang mungkin terlewatkan karena kurang membaca berita. Film ini mengangkat kisah misteri yang terjadi di negara Uni Soviet dulu. Kalau dilihat timeline nya sekitar era 1982 dimana di Soviet kala itu terjadi kasus pembunuhan berantai sebanyak 52 kasus selama delapan tahun yang sebagian besar korbannya adalah anak di bawah umur. Konflik yang diangkat lebih ke pihak kepolisian Uni Soviet yang kesulitan memecahkan kasus ini yang ironisnya kesulitannya justru dari rumitnya birokrasi hukum di Uni Soviet sendiri. Mungkin karena ada beda generasi dan kecanggihan serta kretifitas, terasa di film klasik ini alur ceritanya kaku. Dan satu hal yang melemahkan adalah tidak ada twist manis. Sisi misterius pembunuhan terlalu terburu-buru dibuka di awal cerita,

Misi berbahaya di atas lautan beku

Sajian dari negara Swedia yang berkisah tentang perjuangan seorang ibu yang berusaha menemukan anaknya yang diculik. Ternyata tokoh ibu ini bukan sembarang ibu-ibu biasa melainkan seorang wanita yang memiliki latar belakang militer. Dengan dalih akan dipertemukan anak-nya, sang ibu tersebut terpaksa menerima misi berbahaya mengantarkan sebuah barang misterius demi perdamaian di negaranya sendiri. Latar belakang konflik dalam film ini kalau dari sudut pandang ibu dan anak, cukup jelas. Tapi bila melihat konflik perang-nya, jujur Movielitas agak kurang paham. Perang terjadi karena apa, siapa musuh sebenarnya, tujuan misi yang digunakan sebagai plot cerita apa, tidak jelas. Kalau dari sisi keunikan cerita, lumayan anti-mainstream. Umumnya dalam film perang, biasanya setting lokasi ada di area perhutanan atau gurun pasir bila menggunakan latar belakang konflik Timur Tengah. Tapi disini agak berbeda, lautan es. Sedangkan dari sisi plot cerita, disini juga berani beda. Dimana tokoh yang Movi

Pembuktian teori "saat ada seorang istri terbunuh, maka tersangka pertama adalah suaminya."

Kembali ke Korea dengan sajian cerita misteri pembunuhan. Tapi kali ini tidak bernada serius, ada sedikit bumbu komedi di dalamnya. Seperti biasa, Movielitas agak "kesulitan" mengingat nama tokoh Korea. Di awal film malah sering bingung dengan wajah-wajah yang hampir mirip. Tapi untungnya semakin ke dalam bisa diikuti ceritanya. Berkisah tentang seorang pengusaha rental buku, yang terlibat dalam kasus pembunuhan. Latar belakang sang pengusaha rental komik ini pernah ditolak di akademi kepolisian, maka dari itu diceritakan sang pengusaha ini bebas keluar masuk kantor polisi bahkan sedikit ikut campur dalam urusan kepolisian. Konflik dimulai ketika sang pengusaha rental komik ini terlibat dalam kasus pembunuhan, dimana korban dalam kasus itu adalah istri sahabat sendiri. Dari segi alur cerita, film ini cukup bagus. Misteri pembunuhannya tidak bisa ditebak begitu saja. Konflik misteri-nya dibuat berkelok-kelok tidak datar. Komedinya cukup lumayan, konyol dan menghibur. Overall,

Story Behind Warsaw Zoo

  Awalnya Movielitas tidak membaca review film ini dulu. Cukup melihat poster nya saja. Kesan dari posternya, kisah yang bakal diangkat di film ini adalah seputar kebun binatang dimana akan ada kisah manusia-binatang yang romantis. Ternyata keliru. Keliru yang sangat jauh. Film ini diinspirasi dari kisah nyata tentang suami-istri Polandia, Jan dan Antonina, yang berprofesi sebagai pengurus sekaligus pemilik kebun binatang Warsaw Zoo di Polandia pada jaman Perang Dunia II. Tentunya bukan tanpa alasan kisah Jan dan Antonina ini sampai diangkat ke layar film, menurut literasi nya Jan dan Antonina ini melakukan sebuah gerakan kemanusiaan kecil di kebun binatang mereka. Pasangan Jan dan Antonina memberikan tempat perlindungan kepada warga Polandia ( Poland Jews ) dari penangkapan yang dilakukan oleh tentara Jerman asuhan Hitler. Meskipun kisah inspirasinya dari pasangan suami istri, namun seperti judulnya, film ini lebih fokus pada sisi Antonina. Dari sisi film, konflik yang diangkat film i

Menjaga nyala api iman

Nama besar Martin Scorcese dan Liam Nesson tentu saja menjadi pertimbangan utama waktu memilih film ini. Lalu, kemudian melirik nilai score pada IMDB pun tidak main-main. Cukup tinggi. Begitu masuk ke dalam cerita, Movielitas melihat ada sensitivitas di dalam konflik film ini. Movielitas hanya ingin bahas seputar kualitas film saja. Inti konfliknya adalah seputar sejarah pra modern dimana kala itu sedang terjadi era penyebaran agama di belahan dunia. Yang diangkat di film ini adalah kisah seputar penyebaran agama Kristen-Katolik ke daratan Jepang dan mendapat perlawanan dari penguasa Jepang saat itu yang memeluk agama lokal. Kesan yang Movielitas dapat selama mengikuti alur cerita film ini adalah "kurang". Setting-an jama pra modern di film ini, sebagai pembanding film Apocalypto garapan Mel Gibson, jauh lebih terasa  "suasana" suku asli nya. Sedangkan disini, gambaran suasana kependudukan pra modern Jepang terasa "bersih-rapi-modern".  Dari sisi konflik c

Greenland dan sejarahnya

Sajian kali ini berkisah tentang sejarah yang pernah terjadi di Pulau Greenland. Kalau tertarik dengan dunia geografis atau punya sedikit pengetahuan tentang geografis dunia atau punya pengetahuan sejarah dunia, film ini mungkin tidak akan "berat". Karena Movielitas masih minus, baik di bidang geografi ataupun sejarah dunia, film ini masih asing dan sedikit berat di konflik-nya. Sejauh yang Movielitas baca di wikipedia, Greenland ini island nation merupakan pulau terbesar di dunia. Dan berada di naungan Kerajaan Denmark. Kurang lebih benar salah-nya mohon dimaklumi saja. Berkisah tentang ekspedisi yang dilakukan oleh penjelajah dari Denmark di kisaran tahun awal era 1900-an. Film ini memiliki konflik yang bagi Movielitas cukup beragam. Antara lain, mencari tugu batu penanda, konflik misi mematahkan klaim Amerika terhadap Pulau Greenland, konflik perjalanan panjang serta bertahan hidup kurang lebih 800 hari lebih di Pulau Greenland. Dari sudut konflik perjalanan panjang serta

Gangster, Polisi, Dan Iblis

Dari judulnya saja sebenarnya bisa ditebak plot ceritanya. Pastinya di dalam alur cerita akan ada tiga karakter utama. Sang polisi, gangster, dan evil alias si jahat. Fokus film ini lebih besar ke karakter gangster karena berada di area abu-abu. Alur cerita film ini tidak terlalu istimewa sekali. Tidak bagus sekali juga tidak buruk sekali. Lumayan berliku tapi tidak ada simpanan twist. Di tengah film, penonton sudah bisa tahu mana pihak baik mana pihak jahat. Satu yang menonjol dan menarik perhatian Movielitas dari film garapan sutradara Lee Won Tae ini yaitu penampilan Don Lee sebagai Jang Dong Soo sang kepala gangster yang ditakuti. Penampilan fisik serta akting Don Lee ini sangat karismatik sebagai pemimpin gangster. Dan peran Don Lee di film juga sangat besar membangun atmosfir cerita. Keren. Overall, secara film bagi Movielitas biasa saja. Konflik cerita dan alur nya tidak terlalu istimewa sekali. Masih layak buat hiburan tontonan. Dan untuk Don Lee memang sangat bagus membawakan

Tentang Maywand District Murders

Based on true story -nya membuat penasaran tapi jatuhnya film ini masuk di golongan film miss-expectation alias meleset dari ekspektasi. Berkisah tentang pengalaman seorang Andrew Briggman yang mendapatkan kesempatan bertugas militer di daerah konflik. Ada rasa bangga besar yang terbesit dari dalam jiwa Andrew Briggman saat mendapat kesempatan bertugas di Afghanistan. Sayangnya, di sana Andrew Briggman harus mendapatkan pengalaman di luar harapannya. Film ini diangkat dari kisah nyata tentang se-pasukan tentara Amerika yang bertugas di daerah konflik Afghanistan. Mugkin secara dokumenter aslinya, akan lebih menarik. Entah karena faktor akting, atau plot cerita, yang pasti drama militer di sini kurang begitu menarik untuk Movielitas. Faktor lain yang meleset dari ekspektasi Movielitas adalah film ini bukan film yang berisi adegan seru perang-perangan. Bahkan sangat amat minim sekali adegan baku tembak. Justru yang ada hanya konflik batin seorang militer yang melihat aksi rekan-rekannya

Perfluorooctanoic Acid (PFOA)/C-8 di balik slogan anti lengket

Jauh sebelum muncul pandemi Covid-19 yang menggemparkan dunia, bukan berarti tidak ada virus mematikan di muka bumi ini. Seperti yang terjadi di film garapan sutradara Todd Haynes ini. Mengangkat kisah seputar rahasia gelap kelam di balik kesuksesan sebuah produk yang pernah hits pada jamannya. Untuk Movielitas yang memang sangat kurang update urusan berita sejak jaman dulu, film dengan tag based on true story semacam ini bisa menjadi alat menambah pengetahuan meski terlambat. Menonton film ini ada tiga judul film lainnya yang paling sering muncul di kepala. Pertama, Dark Water versi Jepang tahun 2002 silam. Hanya sebatas persamaan judul semata, kalau soal konflik benar-benar jauh berbeda. Kedua, A Civil ACtion (1998) dengan aktor John Travolta, kurang lebih konfliknya sama. Dan, film The Insider dengan aktor Russell Crowe nya. Film ini berkisah tentang perjuangan seorang pengacara biasa, Robert Bilott, yang mendapatkan seorang klien istimewa yang datang dengan awal perkenalan tida