Skip to main content

Manorgate

Kali ini Jason Blum dengan Blumhouse Prod. nya melahirkan satu karya lagi. Kali ini bukan genre biasanya, horor, melainkan thriller. Secara konsep atau ide cerita, Movielitas suka. Keren. 

Berkisah tentang sekelompok orang, menurut sinopsis yang beredar berjumlah sebelas dua belas, hanya karena Movielitas lemah dalam menghitung tokoh, jadi sebut saja sekelompok orang pria-wanita tua-muda yang terbangun dari pingsan di sebuah hutan belantara. Mereka semua bersamaan tersadar dengan kondisi mulut dibekap. Setelah berhasil melepaskan ikatan mulut, satu-per satu dari mereka pun ditembak di tempat. Dan cerita pun mengalir dengan tanda tanya besar apa yang sebenarnya terjadi.

Alur cerita film ini dijalankan memakai konsep akibat-sebab. Mereka yang menjadi korban merupakan warga dari negara-negara bagian yang ada di Amerika sana. Bukan tanpa alasan mereka "terpilih" untuk dijadikan pesta pembunuhan. Dari akibat dibunuh satu per satu, akhirnya muncul dua konflik yaitu mencari dalang dan penyebabnya.

Movielitas suka dengan ide cerita film ini dimana kita akan masuk ke dalam suasana penuh tebakan dimana para tokoh yang dihadirkan ini bisa saja menjadi tokoh jahatnya atau tokoh baik-nya. Konsep misterius siapakah lakon yang bakal bertahan ini berjalan hingga pertengahan, hingga menyisakan satu tokoh yang masih bertahan hidup. Dan dimunculkan konflik kedua yaitu apa penyebabnya.

Pada konflik kedua inilah Movielitas mulai mengalami kesulitan mencerna jalan cerita. Kalau versi Movielitas, pesta konspirasi pembunuhan yang terjadi diakibatkan oleh satu pihak elite yang merasa kecewa dengan sikap netizen. Tapi ada misteri dimana pemilihan netizen ini pun salah pilih dan di luar perkiraan. 

Meskipun film ini berjenis thriller, satu per satu harus mati, uniknya ada selipan komedi-komedi kecil yang bagus. Dibumbui juga dengan aksi laga yang lumayan keren. Satu poin yang sedikit melemahkan menurut Movielitas adalah sisi sadisme-nya yang memang berlebihan dalam menampilkan adegan pembunuhan.

Overall, sebuah thriller-laga-komedi yang cukup bagus namun terlalu sadis. Lumayan menghibur.

The Hunt (2020) - 7/10

Comments

Popular posts from this blog

Dibalik obat Ridocaine

Sajian kali ini berkisah tentang seorang ibu yang hidup dengan anak perempuannya. Sang anak menderita sebuah penyakit kelumpuhan dan harus hidup di atas kursi roda. Konflik terjadi karena pola pendidikan sang ibu yang terlalu "sayang" kepada sang anak hingga membatasi sang anak dari dunia luar. Hingga sang anak mulai beranjak dewasa dan mulai kritis terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Alur plot ceritanya lumayan. Seperti judulnya hanya terdiri 3 huruf, Movielitas menyukai gaya minimalis cerita, konflik dan pemainnya. Tidak perlu melebar kemana-mana. Gaya thriller-nya soft saja, tidak yang penuh emosional. Dari segi akting, chemistry antar duo aktris sebagai ibu-anak, Sarah Paulson-Kiera Allen, cukup bagus. Mungkin, versi Movielitas, film ini mengangkat realita yang kadang memang ada, dimana gaya didikan orang tua ada yang terlalu protektif dengan alasan kasih sayang. Di satu sisi baik, tapi di sisi lain, juga bisa "melumpuhkan" sang anak itu sendiri. Overall, ba

Tiger Wong versi layar lebar

Begitu Nicolas Tse menyebut nama karakternya ... Tiger Wong, baru semuanya jelas. Ternyata film ini merupakan adaptasi dari komik lawas yang fenomenal (setidaknya bagi jaman penulis Sekolah Dasar dulu) yang berjudul Tiger Wong. Alur ceritanya sendiri, kurang begitu menancap baik. Karena sibuk mencocokkan karakter yang ada di film dengan memori penulis tentang komik Tiger Wong. Dan, ternyata memang berbeda. Yang penulis kenal dari komik Tiger Wong, adalah petualangan duo Tiger Wong dan Gold Dragon. Disini ada karakter Dragon Wong (kakak dari Tiger Wong) yang di komik karakternya "terlewatkan" dan diceritakan telah meninggal. Lebih pas bila karakter Tiger Wong dibawakan Donnie, pendapat penulis. Karakter Tiger Wong disini minus jurus Sembilan Matahari. Gold Dragon. Disini justru bernama Turbo. Sama, menggunakan Nunchaku. Sama, andalan jurus Baju Besi Emas dengan simbol Lonceng Besi. Minus karakter Guy si Tapak Budha. Disini ada karakter 4 sahabat, namun

Asmara di dalam kelas yang terlarang

Drama dari Swedia. Temanya tentang hubungan asmara antara guru dan muridnya. Tema kontroversial seperti ini biasanya memiliki sisi membuat penasaran. Bagi penulis, hanya sebagian saja yang menarik. Terutama saat berfokus pada manisnya asmara guru dan murid. Masih malu-malu. Kemudian berkembang menjadi intim. Alur cerita menjadi tak menentu ketika plot asmara antara karakter guru, Viola, dan muridnya, Stig, perlahan mulai menghilang panasnya. Irama film tidak lagi berfokus pada dua karakter utama, melainkan mulai memasukkan porsi karakter lain yang kurang berpengaruh banyak. Karakter Stig bahkan bersahabat dengan suami gurunya. Stig juga secara tiba-tiba punya kekasih yang sebaya. Keseluruhan, menarik pada plot kisah asmara guru dan murid. Plot pengembangannya, kurang begitu menarik. All Things Fair (1995) - 6/10  

Cerita semalam dengan film Baise Moi

!!! 18++ !!! !! Very high impact violence and sexual content throughout. Lalu, its depictions of sexual violence [that] may cause controversy . Itu kata wikipedia. Percayalah. !! Lagipula dari sudut plot cerita, kurang begitu paham arti dan arahnya. Vulgar, pasti. Tapi banyak momen-momen yang disajikan dengan kaku kecuali bagian vulgarnya. Baise Moi (2000) - 5/10  

Cerita tentang film The Last Mohicans

Sajian klasik seeputar kisah pada jaman pra-modern. Mungkin karena faktor perbedaan jaman, film ini terasa kaku pada gaya battle -nya. Yang bisa Movielitas tangkap inti ceritanya adalah konflik antara Inggris Raya melawan Perancis yang terjadi di tanah Amerika. Konflik kerajaan tersebut disusupi oleh kepentingan balas dendam oleh suku Huron. Penampilan suku Huron ini mengingatkan penulis pada penampilan suku pedalaman di Apocalypto. Entah sama atau tidak, Movielitas juga kurang begitu memahami. Judul The Last Mohicans sendiri merujuk pada tiga orang suku Mohawk yang ikut terlibat di pertempuran antara Inggris dan Perancis, yang sejatinya lebih dikarenakan oleh kisah cinta pria-wanita lintas ras. Dari segi konflik, cukup bagus. Tidak datar dengan satu konflik saja. Hanya soal gaya battle yang sedikit kelihatan kaku. Ada satu yang memorable dari film ini yaitu theme song -nya yang easy listening dan megah. The Last Mohicans (1992) - 6/10

Jiwa yang terperangkap dalam tulang dahi

Yang menarik di film ini adalah mengangkat legenda yang dipercaya memang ada di Thailand . Lainnya, ada beberapa nama asing yang berdiri di belakang layar. Meskipun memakai tenaga orang barat, tidak terlalu mengubah gaya horor Thailand. Sekilas alur cerita serta gaya akting disini mirip dengan karya lokal-an saja. Horor yang digunakan juga masih mengandalkan situasi sepi sendiri, sekelbat bayangan, make up menyeramkan hingga gaya Matrix dengan scene freezing di udara kemudian kamera bergerak. Alur cerita seputar tulang tengkorak sedikit dibuat berpanjang-panjang dan berputar. Akting para pendukung disini juga terasa kaku dan biasa. Ghost Of Mae Nak (2005) - 6/10

Salah memilih nominasi dalam audisi

Horor psikologi yang mengandalkan sisi horor karakter sendu Asami yang ternyata menyimpan "monster" dalam dirinya. Alur ceritanya sempat dijungkir balik timeline -nya membuat sedikit ektra perhatian. Karena tema horor lebih ke psikologi akhirnya horor yang nampak seperti berbaur ke cerita psikopat biasa. Untuk kesekian kalinya, selera penulis ternyata jauh dengan selera pusat penilaian film. Di salah satu media rating film, film ini di rating nilai cukup tinggi. Padahal penulis hanya bisa fokus di separuh perjalanan durasi film, sisanya kurang bisa menarik minat lagi karena daya pikat cerita maupun sisi horornya kurang begitu kuat. Audition (1999) - 6/10

Tiga gaya cerita tentang Adolf Hitler

Ada tiga film yang sudah penulis simak sejauh ini tentang Adolf Hitler. Dan, semuanya berkelas. Yang menarik bagi penulis selain cerita juga "bagaimana" menghentikan kekuasaan Hitler dan karakter Hitler yang ditampilkan. Pertama, ada Tom Cruise dengan Valkyrie -nya arahan Bryan Singer. Gaya filmnya mengambil cerita dari sisi bawahan Hitler yang membangkang. Disini Hitler diceritakan "dihabisi" di sebuah ruang rapat besama bawahannya. Sosok Hitler diperankan oleh David Bamber tidak terlalu mendapatkan porsi besar dalam film ini. Kedua, tepuk tangan untuk gaya Brad Pitt dengan Inglorious Basterds -nya yang cukup sadis menghabisi Nazi. Kelebihannya bukan sekedar cerita namun juga tampilannya yang fiksional. Di karya Tarantino ini sosok Hitler dihabisi di sebuah gedung bioskop dan Hitler yang diperankan oleh Martin Wuttke tidak terlalu mendapat porsi besar. Justru yang mendapatkan porsi besar adalah bawahan Hitler, Hanz Landa. Ketiga, adalah Downfall .

Pierre dan cinta segitanya

Kata narasumber yang enath bisa dipercaya atau tidak, ukuran film yang termasuk kategori “kurang” menarik bagi selera orang yang berbeda-beda adalah bisa menjadi obat tidur. Movielitas sendiri mempercayai fakta tersebut. Sering Movielitas memutar ulang film favorit, bahkan sampai tidak ditonton pun biasanya tidak bakal tertidur di tengah-tengah putaran film. Kali ini ada suguhan dari negara Perancis. Sejauh yang bisa Movielitas pahami adalah berkisah tentang seorang lelaki beruntung bernama Pierre. Beruntung karena, muda tampan, kaya raya, tinggal di rumah model istana megah, dan memiliki kekasih cantik. Diceritakan bahwa Pierre ini akan melangsungkan pernikahan dengan kekasih nya. Namun, sebelum acara pernikahan berlangsung, Pierre malah dipertemukan dengan seorang wanita misterius, yang ternyata mengaku sebagai saudara kandung. Namanya cerita, fantasi seseorang bisa saja menjadi tinggi bahkan akan sulit dipahami pada titik tertentu. Sama juga di film ini. Sepanjang durasi awal, M

Pembahasan tentang seks dalam keluarga

Wooww... Warning dulu. Karena film ini sarat dengan hal-hal yang berbau "dewasa", pastinya tidak cocok dikonsumsi bagi jiwa-jiwa labil yang gemar meniru. Warning berikutnya, siapkan tisue... Dari judulnya mungkin sudah bisa ditebak isi buah film ini. Pertama dari negara Perancis, dan kedua berkisah seputar seksual. Menarik. Setidaknya film ini membahas seputar seksualitas di sebuah keluarga yang tidak tabu membahasnya. Dan, bagi keluarga ini, seks merupakan kebutuhan manusia selayaknya makan. Siapapun memerlukan makan, dan seharusnya menjual makanan bagi kebutuhan orang lain pun tidak ada salahnya. Sebaliknya, siapapun (harusnya) membutuhkan atau setidaknya memiliki naluri seksual. Bagi Movielitas dari segi cerita, drama film ini mungkin memiliki pesan moral seputar pentingnya edukasi seks dalam sebuah keluarga. Bukan untuk hal negatif, justru untuk bekal bagi yang muda agar tidak sembarangan mengumbar nafsu secara tak bertanggung jawab. Sedangkan