Skip to main content

Posts

Menjaga cinta dari amnesia

Menyaksikan film Jepang ini spontan teringat pada sebuah film Korea, A Moment To Remember . Karakter utama wanita-nya terkena penyakit dan karakter pria-nya sangat tabah menerima. Tapi, untuk bisa mencapai ke konflik inti tersebut, cukup panjang. Awalnya terasa seperti film romantis perjuangan pria mendapatkan kembali cinta masa Sekolah Menengah Pertama alias SMP. Cerita kemudian berbelok tajam ketika ada konflik penyakit amnesia yang tampaknya parah. Ternyata, masih keliru... Cerita kemudian berjalan dengan tema misteri... Semua karakter yang ditampilkan sebelumnya "mendadak" secara misterius "lupa"... Jujur, buat penulis, konflik film ini tidak biasa. Harus ekstra memperhatikan alur cerita agar tidak kehilangan link story. Dan, penulis bukan termasuk penonton yang cepat tanggap. Beberapa kali harus rewind dan mencerna pelan-pelan... Singkatnya, konfliknya berat. Mengapa harus dibuat misteri, dan kalaupun arahnya misteri mengapa harus b

Resident Evil versi Damnation

Berdasarkan intronya film ini berdasarkan video game dari Capcom sendiri yang berjudul "Resident Evil". Kebetulan game tersebut pernah penulis mainkan di playstation dan Tidak pernah terselesaikan karena error di CD nya. Parahnya lagi, playstation yang penulis gunakan bukan milik sendiri alias dapat pinjam. Film ini, menurut penulis, kurang begitu terasa horornya. Konfliknya terlalu rumit. Tapi, ada yang istimewa dari film ini. Tidak seperti seri Resident Evil lainnya, versi ini dibuat dengan full animasi yang detailnya nyaris sempurna. Luar biasa. Penulis harus takjub dengan detail kota hingga detail guratan wajah tiap karakter yang digarap dengan halus. Suasana full animasi inilah yang membuat "seakan" masuk ke dalam situasi game-nya. **# Yang menjadi presiden AS di ending-nya mirip sekali dengan Harrison Ford...?*! Mengapa nyaris sempurna? Karena bagaimanapun juga jika dibandingkan dengan pergerakan manusia, tentu (untuk jaman sekarang) m

Berawal dari tidak mampu bayar pinjaman

Film yang diangkat dari sebuah game. Yang pernah penulis mainkan adalah versi PC, yaitu Underground dan Hot Pursuit (kalau tidak keliru ingat). Bila dilihat di dalam versi film-nya ini, kebetulan ada versi dari Underground dan Hot Pursuit . Underground adalah balapan di tengah kota pada saat malam hari. Sedangkan Hot Pursuit di siang hari berbalapan sambil dikejar polisi. Beberapa gaya balapan di versi game ditampilkan disini, hanya dulu penulis lebih suka memainkan game ini dengan view kamera di bemper depan, bukan view dari sisi driver . Tapi disini tidak ada view kamera dari sisi bemper. Dari segi ceritanya, biasa saja. Tidak juga sederhana, harus sedikit ekstra fokus memperhatikan arah cerita karena konfliknya tidak sebatas "langsung" balapan tapi ada hiasan intrik yang berliku. Gaya ceritanya kurang lebih seperti gaya tim Fast Furious . Ada leader, ada mekanik, ada porsi buat si joker. Bagi penulis sendiri, mungkin bila posisi Tobey disini

American Pie yang mengenang masa lalu

Dari judulnya paling tidak sudah bisa ditebak arah ceritanya. Para punggawa American Pie ber-reuni ria. Jim Kevin Oz Chris Finch dan....Stiffler!! Tak hanya karakter di atas, beberapa karakter yang dulu pernah tampil kembali ditampilkan, mulai dari ayah Jim, ibunya Stiffler, teman-teman sekolah hingga ibunya Finch sebagai ajang balas dendam bagi Stiffler... MILF!! Kisahnya masih memakai gaya alur cerita yang ringan. Semua karakter dilepas ke permukaan dengan masing-masing konfliknya sendiri-sendiri. Ada sedikit yang terasa kurang, soundtracknya "kurang" menggigit. Tidak ada lagu yang "langsung kena" ala Blink 182 atau Stranger By The Day. Yang menarik adalah seri kali ini setidaknya belum mati gaya. Beberapa poin kekonyolan dan kelucuan masih bisa menghibur dan menarik tawa lepas sembari mengingat kekonyolan masa lalu . Keseluruhan, santai, ringan, fresh dan masih bisa menghibur. American Reunion (2012) - 6/10  

Karena Batman juga seorang pengusaha

Kehadiran film berjenis seperti Batman ini memang memiliki daya tarik tersendiri bahkan sebelum rilis. Seperti yang pernah penulis saksikan di sebuah grup di Facebook, dimana penulis sempat aktif menulis review film-film dengan serius, dulu kehadiran film Batman versi sutradara Christopher Nolan ini menuai polemik. Ada sisi pro, ada sisi kontra. Ada sisi penggemar, ada sisi pengkritik. Debat mereka cukup sehat dan menambah wawasan. Penulis sendiri menikmati adu debat mereka meski tidak terlibat. Hanya sebagai pembaca alias silent reader semata. Karena penulis bukan penggemar berat sosok komik Batman, bukan penggemar DC atau Marvel. Hanya penikmat film yang awam. Sekian lama berlalu, kini penulis mendapatkan kesempatan menonton langsung film The Dark Knight Rises ini. Dan, setiap ada film bergenre superhero yang awalnya di komik kemudian diangkat ke layar lebar, bagi penulis, identik dengan film yang digarap penuh aksi laga yang mewah sekaligus megah. Kesan pertama yang

Sepeda ungu tanda cinta ayah

Yang membuat menarik hati dari film ini adalah kehadiran Kevin Costner, lalu nama besar Luc Besson, dan kata "Kill" dalam judul film. Luc Besson dengan judul berbau Kill mengarahkan persepsi awal ke film aksi laga. Dan, memang, awalnya...terlihat bakal ada suguhan aksi laga khas dan tanpa basa-basi. Tapi, semakin ke dalam, sepertinya melenceng dari harapan. Karena semakin masuk ke konflik utama, rasanya jalan cerita seperti dominan mengarah ke drama ayah-anak. Aksi laganya juga tak seperti yang diharapkan, terasa biasa saja. Tidak ada yang istimewa. 3 Days To Kill (2014) - 6/10

Mencuri inspirasi di perumahan digital Graha LBI 17

Setelah berjam-jam berhasil mewarnai denah, saatnya menyatroni penghuni di perumahan digital Graha LBI 17. Di dalamnya ada berderetan rumah-rumah digital dengan hiasan khas masing-masing oleh pemiliknya. Dimulai dari rumah milik mahasiswi universitas di Purwokerto, Kakak Afrianti Pratiwi. Rumahnya diberi nama Little Mind , di dalamnya banyak sajian cerita, review, dan curhatan khas mahasiswi, bukan mahasiswa. Sasaran kedua, ada rumah digital milik blogger yang berKTP dan berdomisili di Sleman. Saat ini masih berstatus jomblo (penting katanya).  Di rumah ini banyak menemukan kisah-kisah menarik tentang opini, review, reportase, uneg-uneg, versi Farid Nugroho yang diangkut dari rumah digitalnya pertamanya di edisipertama.wordpress.com dan beberapa rumah-rumah milik beliau lainnya. Rumah digital berikutnya yang berdesain minimalis bercat putih hitam dengan lambang Cheese Blog milik Kakak Dini Febia. Di dalam pemilik rumah digital asal Blora ini ada beberapa hiasan perna