Skip to main content

Posts

Rekaman medan perang menjadi tiket sepanggung dengan Destiny Child

Kesan pertama kali melihat poster film nya, memunculkan ekspektasi akan suguhan perang minimal drama perang di film besutan sutradara Ang Lee ini. Tapi, ternyata meleset. Meleset jauh. Pertanda ekspektasi meleset diawali dengan kemunculan aktor Chris Tucker yang Movielitas kenal dari aksi laganya bersama Jackie Chan . Padahal, peran Chris disini pun sudah dibuat sangat serius, namun tetap saja berhasil merubah atmosfir film terasa seperti film drama komedi. Dan, faktor yang menghapus kesan drama perang serius ini adalah kemunculan Steve Martin, yang sering muncul di film-film komedi keluarga. Menurut Movielitas, pemilihan Chris Tucker dan Steve Martin di genre film ini terasa kurang tepat. Movielitas menilai plot cerita dengan inovasi konflik di dalamnya, kurang begitu menarik. Adegan demi adegan terasa kaku. Sangat kaku. Dan, yang paling mengganggu bagi Movielitas adalah pengambilan gambar full face close-up . Pemilihan aktor-aktor muda untuk karakter “militer” juga kurang begitu

The Spell

Pertama kali masuk ke awal cerita, Movielitas teringat gaya film Disturbia . Dan, ternyata memang diakui dalam salah satu adegan dialog di dalam cerita. Seorang remaja, Daniel, menjadi tahanan rumah. Pasal yang dituduhkan adalah karena kasus hacking yang dilakukan Daniel kepada akun sosial media milik Mona Wilson. Sayangnya, tak berapa lama, Mona Wilson diketahui bunuh diri. Konflik film ini langsung berubah menjadi horror. Tapi, karakter Mona Wilson kurang terasa bisa berbaur dengan cerita, dikarenakan dari awal memang samar-samar, tiba-tiba bunuh diri. Horor yang disuguhkan rasanya biasa saja. Standard . Gaya kamera pengambilan sudut adegan cukup modern dan rapi. Sayangnya, kurang didukung dengan kualitas konflik dan horor yang mumpuni. Juga film ini menyelipkan plot twist sebanyak dua kali. Tapi tetap saja, versi Movielitas, masih terasa datar hambar. Kurang maksimal dalam kualitas konflik horor. Overall, dibandingkan dengan Disturbia, too far . So far .  Dark Summer (2015) - 5

Lagu syahdu untuk drama perang

Bicara tentang film Lone Survivor tidak cukup hanya sebatas kisah epic dan kerjasama apik antara sutradara Peter Berg dan Mark Whalberg, tapi juga soundtrack nya. Setidaknya bagi Movielitas, kesan pertama kali menonton film ini yang mencuri perhatian adalah intro film. Sebuah lagu instrumental dari sebuah band yang mungkin kurang begitu populer , Explosions in the Sky berjudul Waking Up . Ukuran lagu bagus untuk Movielitas sendiri adalah tidak perlu dua-tiga kali mendengar , apabila sudah menancap di kepala saat pertama kali mendengar, berarti bagus.    Tak lama berselang, Movielitas juga menemukan sebuah lagu di Youtube yang hampir sebelas-dua belas dengan lagu milik Explosions in the Sky. Dan untuk satu ini, jauh lebih tidak populer lagi. Bisa jadi, yang membawakan lagu ini adalah Little Clubthing dan diberi judul Sadness . Bagi Movielitas lagu Sadness ini hampir mirip "dramatis" nya dengan lagu Waking Up. Dan, hampir selama beberapa waktu dua lagu ini menduduki play

Mengejar film bioskop yang hilang

Sebuah suguhan horror yang memakai template horror level B. Kurang lebih template plot cerita nya memakai rumus basic, sexy + sadis = horror. Sudah begitu saja. Berkisah tentang sebuah film yang mendadak hilang dari peredaran dikarenakan cerita pembunuhan sadis di balik pembuatannya. Jadi mudahnya, film ini bercerita tentang sebuah film. Akar konflik film ini mengingatkan Movielitas pada film Incubus. Dimana konfliknya kurang lebih “mencari gara-gara” atau terjebak karena ulah sendiri. Konyol sih, tapi namanya juga film. Dan, film ini bisa dibilang (sepertinya) sarat dengan adegan dewasa, dilihat dari durasi yang sangat pendek untuk ukuran film dalam VCD normal. Sudah banyak tergunting sensor. Overall, horror yang tidak jauh-jauh dari unsur keberanian aktris beradegan seksi dan mandi darah sebagai simbol kesadisan.  The Hills Run Red (2009) - 4/10

Pierre dan cinta segitanya

Kata narasumber yang enath bisa dipercaya atau tidak, ukuran film yang termasuk kategori “kurang” menarik bagi selera orang yang berbeda-beda adalah bisa menjadi obat tidur. Movielitas sendiri mempercayai fakta tersebut. Sering Movielitas memutar ulang film favorit, bahkan sampai tidak ditonton pun biasanya tidak bakal tertidur di tengah-tengah putaran film. Kali ini ada suguhan dari negara Perancis. Sejauh yang bisa Movielitas pahami adalah berkisah tentang seorang lelaki beruntung bernama Pierre. Beruntung karena, muda tampan, kaya raya, tinggal di rumah model istana megah, dan memiliki kekasih cantik. Diceritakan bahwa Pierre ini akan melangsungkan pernikahan dengan kekasih nya. Namun, sebelum acara pernikahan berlangsung, Pierre malah dipertemukan dengan seorang wanita misterius, yang ternyata mengaku sebagai saudara kandung. Namanya cerita, fantasi seseorang bisa saja menjadi tinggi bahkan akan sulit dipahami pada titik tertentu. Sama juga di film ini. Sepanjang durasi awal, M

Penalti Berdarah

Kali ini berbeda dari biasanya, Movielitas ingin membahas seputar video Youtube, yang setidaknya menarik untuk selera Movielitas. Setelah lama mengeksplor menelusuri pelosok-pelosok Youtube, Movielitas menemukan sebuah video komedi olahraga. Lumayan untuk hiburan. Dan video ini langsung menjadi favorit Movielitas. Yaitu video yang diupload oleh channel Studio C . Video yang menjadi favorit Movielitas ini adalah sebuah short film tentang pertandingan bola, dimana untuk menentukan klub pemenang harus melalui adu penalti.   Alasan Movielitas menyukai video ini adalah karena tidak hanya kelucuannya tapi juga ke-sederhana-annya.   Meskipun durasi pendek tapi digarap dengan baik untuk ukuran video Youtube. Sangat serius dan tidak main-main hingga kita akan dibawa ke suasana pertandingan bola "yang sebenarnya". Studio C sendiri punya banyak video. Tapi yang Movielitas suka adalah versi adu penalti penuh dramatis ini. Sebenarnya, banyak sekali video Youtube seputar comedy Footb

Misteri dibalik salah satu keajaiban karya manusia di dunia

Ada dua nama aktor yang membuat Movielitas menaruh ekspektasi lebih dari film kolaborasi Hollywood dan Cina. Yaitu Matt Damon dan Andy Lau. Ada lagi nama Willem Dafoe, tapi untuk Movielitas entah kenapa   di film ini peran Willem Dafoe seperti kurang penting, ada atau tidak adanya karakter Dafoe, sepertinya tidak bakal pengaruh banyak. Film megah yang jauh dari ekspektasi Movielitas. Bayangan awal Movielitas melihat judulnya, The Great Wall, film ini akan menampilkan kisah di balik Tembok Besar yang ada di Cina. Dan, memang cerita dalam film ini ada hubungannya tentang Tembok Besar Cina tersebut namun bukan tetang pembangunan atau sejarah berdirinya, melainkan sejarah yang mungkin “jarang” diketahui orang. Untuk ukuran Movielitas, tidak menarik. Background cerita, alur cerita, CGI spesial efek, ataupun konfliknya, kurang tepat menurut Movielitas. Ternyata dalam sejarah Tembok Besar Cina, ada “campur tangan” kisah monster. Bisa jadi. Tapi, penggambaran monster di film ini yang dib