Skip to main content

Posts

Unboxing Hail,Caesar! Movie

Tidak banyak yang bisa Movielitas tulis untuk film garapan Cohen Brothers ini. Berat. Dan, sudah 2x menontonnya masih tetap sulit menangkap inti cerita, menghapal masing-masing karakter dan kaitannya satu sama lain, serta konflik utama-nya (penculikan?). Akhirnya, kembali ke selera masing-masing. Yang pasti film ini memiliki banyak peran karakter dan bintang yang ditampilkan. Mulai dari George Clooney, Josh Brolin, Scarlett Johansson, Tilda Swinton, dan Channing Tatum. Menariknya, bila melihat Cohen Brothers kolaborasi dengan Clooney, Tilda Swinton, dan Frances McDormand, kira-kira apa yang terlintas? Kalau Movielitas sendiri, langsung teringat pada Burn After Reading . Ya, bisa jadi komentar singkat untuk film, yang bertemakan seputar industri film, ini adalah kurang lebih bergaya drama black comedy seperti Burn After Reading. Tapi, Movielitas memilih lebih enjoy dengan gaya film Burn After Reading. Hail, Caesar! (2016) - 6/10

Mencari jejak Angel Of Death

Dulu, pas jaman stasiun televisi swasta berjaya (pra-internet) film-film seperti ini sangat "mewah" sebagai hiburan di kala senggang. Movielitas sendiri gemar menonton film "layar emas" seperti film ini. Beruntung Movielitas bisa mendapatkan film klasik ini, meski saat ini sulit untuk mendapatkan film lawas. Terlepas dari bobot cerita, Movielitas sendiri lebih ke sisi memancing nostalgia dengan atmosfir film era 80-90an seperti ini. Genre film ini lebih ke film laga dengan bumbu komedi. Topik utamanya seputar misteri pembunuhan bos dari Jepang. Jet Li, sebagai karakter tokoh utama pastinya masih muda belia dan powerfull, dan memang gaya laga Jet Li punya warna sendiri yang terpisah dari gaya laga-komedi ala Jackie Chan. Keseluruhan, film yang cocok untuk mengenang indahnya masa lalu dimana hiburan yang sekarang sangat mudah didapat bisa jadi merupakan hal mewah di jaman pra internet. Ow ya, sekaligus juga film yang cocok untuk para penggemar film-fi

Reuni yang bermasalah

Menikmati hiburan komedi dengan memasang Dwayne Johnson memang punya citarasa sendiri. Komedinya biasanya fresh , seperti disini. Meski memiliki bobot tubuh yang bisa dipastikan sangat "berat", tapi di cerita komedi kali ini, alur ceritanya tidak berat seperti tubuh Dwayne. Konflik-nya lumayan, memainkan dugaan penonton untuk menebak posisi Dwayne apakah memang jahat atau karakter yang baik. Partner Dwayne dalam menampilkan hiburan kocak disini adalah Kevin Hart, yang kurang lebih mirip dengan gaya Chris Tucker di Rush Hour. Sedangkan Dwayne memainkan gaya yang kurang lebih mirip dengan karakternya di The Rundown. Kejutan paling segar disini adalah penampilan guest star favorit Movielitas yaitu Melissa McCarthy yang hanya tampil sekejap. Dan, bintang pendukung favorit adalah Agent "Pornhub" yang bergaya serius tapi kocak. Keseluruhan, sebagai hiburan kualitas film ini cukup fresh . Akting dan chemistry antara Dwayne Johnson dan Kevin Hart juga t

Eksekusi di Minnie's Haberdashery

Kesan pertama, ini adalah salah satu film yang paling susah ditaklukan. Sudah, entah, berapa kali mencoba "bertarung" menonton film ini tapi tak pernah tuntas hingga semalam, akhirnya tuntas juga hingga credit scene dikeluarkan. Mengikuti irama cerita film ini, bagi Movielitas, ibarat berjalan di terowongan gelap. Meraba-raba arah alur cerita. Lalu di setengah perjalanan barulah menemukan titik terang. Bisa jadi merupakan gaya atau style dari sutradara Quentin Tarantino dalam mengarahkan drama misteri. Movielitas sendiri "kesulitan" menangkap inti cerita di setengah durasi awal film. Baru setelah cerita tentang kedatangan rombongan 5 orang yang diketuai oleh Jody sebelum rombongan John Ruth, mulai ada pemahaman arah ceritanya. Tergantung selera masing-masing, bisa jadi gaya cerita seperti film ini memiliki fan base tersendiri. Hal lain yang sedikit mengganggu bagi Movielitas adalah momen kekerasannya yang "kasar". Seperti menembak kepala

Super-man with no need to hide identity

Beberapa yang Movielitas temukan perbedaan antara Superman dan Hancock: - Superman dipuja orang, Hancock dihujat. - Superman bekerja sebagai wartawan, Hancok jobless - Superman berkostum, Hancock tidak - Superman menyembunyikan identitasnya, Hancock tidak - Superman ramah, Hancock kasar - Superman membantu penegak hukum, Hancock malah dipenjara - Superman anti mabok, Hancock doyan. Mungkin itu sisi komedi-nya seputar film superhero nyleneh ini. Gayanya memutar balik seputar superhero yang terkenal "positif" dalam bersikap. Aroma komedinya hanya sekitar setengah durasi, ketika konflik utama dimunculkan seputar jati diri Hancock, aroma film mulai agak drama serius. Keseluruhan, film dengan storyline yang ringan saja. Tidak hanya seputar komedi superhero tapi juga ada dramatisasinya. Gaya Will Smith cukup menghibur. Hancock (2008) - 6/10

Tersengat anugerah sesaat

Pertama, singkirkan tentang cerita komedi ceria di dalam film ini. Movielitas lebih banyak fokus kepada 2 bintang di dalamnya. Mel Gibson dan Helen Hunt. Mel Gibson, bisa dikatakan aktor yang identik dengan film crime dikarenakan faktor Lethal Weapon yang juga bergaya semi komedi sebenarnya. Dan, disini murni komedi. Tidak ada baku pukul antara tokoh-tokohnya dan konflik utamanya tentang cinta. Helen Hunt, wow ... Movielitas like her so much . Benar-benar tipe wanita idaman ( physically ). Berambut panjang, mancung, manis, senyuman manis, dan suara seksi. Almost perfect . Apalagi bermain dengan film bergenre seperti ini, hmmm membuat betah mata ini memandang. Meskipun sudah berumur, tapi tetap terlihat aakkhh ... Konflik utama film ini adalah tentang anugerah sesaat yang dialami oleh Nick Marshall. Anugerah sesaat itu membuat Nick menjadi mengerti bagaimana menjadi pria yang mengerti keinginan para wanita luar dalam. Konflik utama di atas ditambahi dengan konflik k

Under influence of something demonic

Berbeda dengan seri Conjuring sebelumnya , disini tanpa basa-basi langsung membuka cerita dengan pembukaan horor. Mengikuti gaya tanpa basa-basi, Movielitas pun memilih mana yang lebih enak disimak antara Conjuring perdana atau Conjuring yang seri kedua ini. Jawaban Movielitas adalah, Conjuring...perdana!! Yyeyy.. Alasannya, sederhana saja, lebih original horornya. Disini horor yang digunakan sudah sangat umum. Bermain-main dengan adegan-adegan horor yang mengagetkan dan menampilkan sosok-sosok horor dengan kualitas make-up tebal menyeramkan. Dari sisi cerita pun, Movielitas memilih Conjuring pertama lebih terasa horor karena di seri kedua ini terkesan hanya "mengikuti" pertama. Jadi, tidak (belum) ada yang fresh dari seri kedua ini. Keseluruhan, meskipun sudah ditambahi tag based on true event , namun film ini belum atau tidak setara dengan kualitas Conjuring perdana-nya. Dan, menurut Movielitas, Conjuring akan lebih memorable dengan satu episode (perdan