Skip to main content

Posts

Selalu ada jalan lain

Nostalgia kembali ke salah satu film Disney yang fenomenal yaitu Finding Nemo . Disini yang dibahas bukan lagi si Nemo yang masih ditampilkan, melainkan Dory. Kalau bagi Movielitas, bobot cerita Finding Dory ini lebih berat di storyline ketimbang mencari Nemo terdahulu. Meski demikian, tetap Disney memiliki ciri khas di setiap produksi filmnya. Tak sekedar menghibur dengan visual cantik nan elegan tapi juga mengandung pesan kehidupan yang indah. Pesan moral yang terbungkus di dalam kisah "mencari ikan" ini masih tetap sama kualitasnya dengan versi Nemo. Bila di Nemo, menyampaikan pesan moral tentang kisah cinta ayah-anak, disini lebih universal tentang keajaiban yang bakal ada bila kita pantang menyerah dan yang terpenting adalah tetap percaya. Lewat perjuangan Dory, penonton akan disajikan inspirasi untuk direnungkan. Meskipun Dory memiliki kelemahan namun keajaiban tidak memilih untuk dialami. Perjuangan Dory dengan "kelupaannya" adalah simbol man

Fenomena menghentikan nafas kehidupan sendiri

Entah kenapa film ini sebenarnya biasa saja malah cenderung kalem ceritanya. Tidak ada yang istimewa dari kisah di dalamnya. Hanya saja secara tidak direncana sebelumnya, Movielitas menonton film ini setelah tragedi kehilangan idola yang kurang lebih memakai gaya di film ini. Film ini menceritakan tentang seorang gadis, yang hidup bersama sang ayah, lebih tepatnya seperti kembali ke kota Bridgend County. Sepenangkapan Movielitas dari dialog seperti "kembali" ke kota Bridgend County setelah sekian waktu yang lama. Baru tapi lama - kurang lebih begitu istilahnya. Konflik utamanya adalah pergaulan anak muda di Bridgend yang "kurang sehat". Pergaulan kurang sehat tersebut akhirnya melahirkan sebuah fenomena yang tidak masuk akal. Dan, gadis baru ini, Sara, ikut hanyut dalam pusaran fenomena tersebut. Filmnya biasa saja. Bahkan cenderung "boring", karena Movielitas harus sedikit berjuang menghabiskan film ini hingga akhir. Beberapa kali itu sem

Hukum bisa jadi terasa cacat, tapi tanpa hukum bisa jadi kiamat

Kali ini Movielitas berkesempatan menikmati sajian film drama (bisa dikatakan demikian), dicampur aroma aksi laga, thriller psikologi. Istilah-istilah itu versi Movielitas sendiri. Sebenarnya film ini merupakan urutan ketiga dari film perdana The Purge . Untuk The Purge sendiri, Movielitas sudah menonton. Sedangkan seri kedua, Anarchy , belum Movielitas dapatkan, justru mendapatkan yang seri ketiga ini. Di bagian awal, memang ada kesan keterkaitan antara seri ini dengan sebelumnya. Tapi, bagi Movielitas tidak terlalu berpengaruh banyak alias, tanpa menonton seri kedua, tidak kehilangan storyline . Dari judulnya, tentu ada sangkut paut dengan drama politik. Election yang artinya pemilihan. Storyline utama, masih sama dengan gaya The Purge, dimana mengisahkan sebuah hari atau lebih tepatnya malam hari yang ditetapkan secara nasional sebagai "hari pembersihan". Di malam hari tersebut, orang-orang bebas "menghakimi" siapapun dengan cara apapun. Inti

Jangan pernah mencuri

Wow....this is cool movie . Dan, Movielitas pun terkecoh. Awalnya mengira akan ada sajian horor (dunia lain) standard namun ternyata di luar dugaan. Tidak heran ketika menyaksikan hingga detik tamat cerita, ada nama Sam Riami di balik layar. Film ini "hanya" menampilkan kisah pencurian oleh dua pria dan satu wanita. Keputusan untuk merampok rumah sasaran adalah karena tidak ada "kehidupan" di sekitar rumah target dan sang pemilik rumah adalah "hanya" seorang lelaki tua dan buta yang tinggal bersama anjingnya. Yang terjadi berikutnya adalah ketegangan demi ketegangan. Dan disitulah poin menariknya. Film ini ternyata bernada seperti horor-thriller standard Hollywood yang umunya bermain simple. Karakter lelaki tua yang harusnya menjadi korban pencurian malah secara mengejutkan berubah menjadi poros teror. Keseluruhan, film ini berbeda. Meski alur ceritanya bisa dibilang sangat sangat sederhana sekali namun punya kesegaran dalam menampilkan

Tebusan berhadiah

Film klasik yang membuat Movielitas cukup penasaran karena unsur Mel Gibson-nya. Selain itu juga memiliki rating kolektif di IMDB cukup bagus. Dan, memang kesan pertama film ini menarik. Unsur misteri drama penculikan anak seorang jutawan, dikelola dengan baik. Meskipun pihak penculik sudah dimunculkan tapi tidak kehilangan citarasa misterinya karena yang menjadi persoalan bukan siapa yang menculik, melainkan alasan penculikan dan hubungan di balik penculik dan korban. Skema ceritanya tidak berat atau mudah diikuti karena porsi konflik utama yaitu penculikan tidak dicampur aduk dengan konflik lain. Lapisan konflik bila dibuat grafik, seperti membentuk kurva U. Dari titik awal kemudian berlarut-larut menjadi rumit lalu pelan-pelan menemui titik terang klimaks. Keseluruhan, Movielitas menyukai pola cerita seperti drama kriminal di sini. Simple tapi mampu menjaga rasa penasaran untuk menonton hingga akhir. Jadi meskipun klasik tapi masih tetap menarik. Ransom (1996) - 7

Hutan minta tumbal

Sebenarnya film garapan Lou Simon ini cukup menarik bila disimak melalui ide dasar cerita. Seolah mengajak pemirsa-nya untuk membayangkan tentang acara reuni yang diisi dengan aktifitas hiking di sebuah hutan. Tanpa disadari, hutan, yang seharusnya menjadi kenangan acara reuni berubah menjadi mimpi buruk, ternyata meminta tumbal nyawa pengunjungnya. Sedangkan yang berhasil selamat, harus kembali dengan tumbal baru....? Sayangnya kualitas akting, storyline , dan efek visual-nya kurang begitu menarik. Kaku untuk ukuran sebuah film. Contohnya, mati tertumpuk daun? Mungkin Movielitas sempat missing story dengan momen mati tertumpuk daun kering. Momen beruang. Menurut Movielitas, ekspektasinya adalah memunculkan beruang dewasa, tapi jika dilihat sepertinya anak beruang dan pengambilan gambarnya aneh. Otomatis, suasana horor yang ditampilkan pun jadi kurang maksimal. All Girls Weekend (2016) - 4/10  

You. Will. Get. Rich.

Opening scene-nya keren. Melissa McCarthy. Movielitas suka dengan gaya aktris satu ini. Penampilannya dan gaya komedinya memang khas. Segar. Dan, gaya Melissa memang cocok dengan gaya film drama komedi ringan semacam ini. Ringan dan menghibur. Dan film ini dapat dikatakan proyek "keluarga" karena disutradarai oleh suami Mellisa yaitu Ben Falcone. Alur ceritanya simple. Mudah diikuti. Konfliknya seputar sepak terjang seorang wanita bernama Michelle Darnell yang kaya dan sukses berwirausaha. Kemudian, jatuh terpuruk dipenjara karena saling sikut di dunia bisnis. Jadi, bila di-grafik-kan, sukses-jatuh-merintis-sukses-jatuh-sukses. Kisah Darnell ini juga mungkin sekaligus bisa menjadi cerita motivasi bagi semangat wirausaha. Dimana selalu ada kesempatan di setiap momen kehidupan. Meskipun hanya sekedar film, tapi paling tidak bisa diserap sedikit inspirasi dari kisah Michelle Darnell ini. Movielitas sendiri suka dengan gaya film seperti ini. Ringan. Fresh. Dan