Skip to main content

Posts

Saat Ghostface kehilangan reputasi seramnya

Selama ini Movielitas hanya baru menonton versi kelima dari film berantai Scary Movie . Kali ini mendapat kesempatan menonton versi perdana-nya. Dan ya begitulah... Sepanjang yang Movielitas ingat dulu, film ini cukup fenomenal karena berani memparodikan film yang juga fenomenal pada jamannya yaitu Scream. Menurut pendapat Movielitas, untuk bisa lebih menikmati parodi Scream di film ini memang seharusnya menikmati dulu film Scream.  Plot ceritanya pastinya sama dengan alur cerita Scream . Tentang pembunuh berantai bertopeng tengkorak yang berkeliaran membunuh para kawula muda. Sama sekali tidak menegangkan apalagi menyeramkan. Gaya parodinya terasa sangat kasar dan vulgar hampir di setiap scene.  Menikmati film parodi ala Scary Movie ini memang kembali ke selera masing-masing penonton. Pastinya ada yang suka dan ada yang kurang cocok. Overall, film ini cocok sebagai hiburan ringan alternatif dari ketegangan film Scream. Hanya saja untuk usia memang harus di atas 21 tahun agar tidak gam

Menghindar dari Wolf-Beiderman

Kalau dilihat dari tahun produksinya, film ini hampir berbarengan dengan film Armageddon saat itu. Hanya Movielitas lupa pada saat itu kenapa tidak menonton film ini di bioskop. Memang hampir sama konfliknya, seputar meteor yang siap menghantam bumi. Bisa dibilang ini versi klasik dari film Dont Look Up. Hampir sama dengan Armageddon, film ini berbumbu roman cinta-cintaan, namun soal porsi nya berbeda. Kalau di film ini, konflik yang diangkat selain meteor ada juga konflik cinta antara dua remaja, dan konflik keluarga sang repoter televisi. Dan, memang karakter utama sepertinya diletakkan pada mereka meski tidak berkaitan langsung di dalam cerita. Seorang remaja yang sedang kasmaran, Leo Beiderman, tanpa disengaja menemukan tanda aneh di langit. Yang ternyata kemudian, tanda aneh berupa cahaya tersebut dinamakan dengan Wolf-Beiderman, merupakan sebuah meteor raksasa yang siap menabrak bumi. Tokoh utama kedua adalah sang reporter televisi, Jenny Lerner, yang memiliki konflik keluarga. B

Malaikat yang terpidana mati

Sebuah film klasik yang diproduksi tahun 1999. Kala itu Movielitas masih jaman bersekolah. Dan, tidak berkesempatan menonton hanya tahu judul film ini dari koran saat itu. Seingat Movielitas film ini diberitakan positif dan banyak yang bilang bagus. Bahkan sampai dewasa, Movielitas tahu judul filmnya namun tidak pernah berkesempatan menonton karena tidak berhasil mendapat film ini. Hingga Movielitas tahu di salah satu penyedia layanan streaming "plat merah" masih menyediakan film ini. Dan, akhirnya Movielitas berhasil menyimak film yang digarap oleh sutradara Frank Darabont hingga selesai. Ada beberapa hal yang membuat sedikit terkejut, bagi Movielitas yang terlambat menonton, dari melihat catatan di balik film ini. Pertama, film ini ternyata diangkat dari novel maestro Stephen King yang Movielitas justru mengenal sebagai penulis novel genre horor. Kedua, tentang durasi yang ternyata memakan waktu tiga jam lebih. Ketiga, Movielitas salah menduga bahwasanya film ini "terl

Mencoba mengambil jantung hati sang jagoan tua

Mengulang sukses dari seri perdananya, kini hadir seri keduanya. Tapi sayangnya, kurang memenuhi ekspektasi Movielitas. Movielitas sendiri cukup menikmati sajian perdana yang dulunya digarap sutradara Fede Alvarez. Di seri kedua ini, dipercayakan kepada sutradara Rodo Sayagues. Berbeda dengan yang pertama dan harus diakui, bahwa penampilan tokoh lelaki tua yang buta, The Blind Man,cukup menarik perhatian dan cukup bersinar. Di seri kali ini, posisi The Blind Man diubah dari antagonis menjadi lakon utama. Masih tetap keren, hanya dari segi plot cerita, bagi Movielitas kurang menarik dibandingkan seri perdana. Diceritakan kali ini The Blind Man hidup dengan seorang anak kecil bernama Phoenix. Dan, ternyata keberadaan Phoenix bersama The Blind Man ini menyimpan rahasia yang mengusik ketenangan hidup mereka berdua. Hampir "dipaksa" serupa dengan konflik yang dialami The Blind Man di seri perdana, disini muncullah sekumpulan "penjahat" mencoba mengambil Phoenix dari sisi

Mencari arti cerita dalam kegelapan

Awalnya film ini cukup menarik minat tonton Movielitas. Di awal kisah menceritakan tentang misteri anak hilang dan pihak yang dicurigai adalah sekawanan serigala hutan. Menarik. Entah mengapa masuk ke babak berikutnya, kisah film garapan sutradara Jeremy Soulnier ini jadi kurang menarik lagi. Ada adegan 18 tahun ke atas yang sebenarnya tidak vulgar sekali dan hanya sepersekian menit, bagus sebenarnya, seksi, tapi bagi Movielitas tidak ada korelasi dengan konflik kisah kehilangan anak sebelumnya. Terlalu memaksa "seksi". Kemudian ada cerita flashback tentang perang timur tengah, meskipun masih berkorelasi entah mengapa bagi Movielitas terasa aneh saja. Ada dua adegan yang membuat film ini juga terasa aneh, dua kali adegan tertembak di leher dengan pola dan gaya yang sama. Semakin lama semakin masuk ke dalam alur cerita, Movielitas dengan terpaksa menyerah dan meninggalkan jalan cerita. Tidak bisa menuntaskan permainan ini lagi. Movielitas semakin tidak bisa memahami konflik ap

Mengawal nyawa pembunuh bayaran

Kalau membandingkan akting Ryan Renolds di Buried atau akting jahat di The Amytiville Horror dengan aktingnya disini, memang menunjukkan kualitas aktor hebat. Bisa bermain peran baik atau jahat, bisa serius dan bisa akting santai. Dan, Movielitas menilai gaya Ryan Renolds lebih cocok untuk film bergaya komedi seperti ini. Apalagi di Deadpool . Di duet-kan dengan kualitas akting Samuel L. Jackson yang sudah malang melintang di banyak film sejak era klasik. Membuat nyawa film ini mau tidak mau ada di chemistry akting mereka berdua. Dan hasilnya, lumayan. Sangat menghibur. Baik itu dari sisi komedi ringan nya maupun dari sisi aksi laga nya. Dari sisi alur cerita, biasa saja. Konfliknya ringan, tidak berat. Berkisah tentang seorang pengawal profesional yang mendapat tugas berat membawa seorang penjahat kelas atas untuk hadir di pengadilan internasional sebagai saksi kunci dalam mengadili seorang presiden jahat. Perjalanan menuju pengadilan tersebut menjadi inti konflik film ini. Tidak ha

Jantung masa depan

Hiburan malam ini dengan film dari aktor legend, Jackie Chan. Dan, memang jika dibandingkan dengan film-film klasik jaman keemasan Jackie Chan memang terasa banyak sekali perbedaannya. Yang tampak pertama kali, entah karena faktor teknologi-nya atau menyesuaikan tema film, tone warna gambar film ini terasa kontras. Karena film ini memakai nama Lionsgate, terasa beda sinematografi-nya. Film laga Jackie Chan bila kerjasama dengan Hollywood memang beda sekali bermain di negara Jackie sendiri. Entah karena memang faktor usia atau memang tuntutan plot cerita-nya itu sendiri. Jika dibandingkan dengan film Jackie dengan background Hollywood, Karate Kid, film ini masih jauh kualitasnya. Di Karate Kid , meski porsi Jackie tidak sebanyak Jaden Smith dan produser dipegang Will Smith (bahkan disini Jackie Chan selaku Produser) penampilan Jackie di Karate Kid jauh lebih bagus. Movielitas teringat pada gaya film The Spy Next Door , yang lagi-lagi Jackie dengan Lionsgate. Kalau di film The Spy Next