Skip to main content

Posts

Keinginan kembali yang tersingkirkan

Sajian film drama yang berkisah tentang seorang Walter. Baru saja menjalani hukuman dan berusaha kembali normal dalam kehidupan sebagai warga bebas. Apa yang menjadi latar belakang Walter hingga harus dihukum penjara, menjadi inti cerita dalam film ini. Sebenarnya menikmati film, pastinya akan kembali ke selera. Film ini berjalan dengan irama pelan dan lembut. Murni drama biasa. Tidak ada letupan emosi berlebihan. Dan paling menonjol dari film ini adalah peran Kevin Bacon yang bermain apik menguasai panggung dengan kualitas aktingnya sebagai Walter yang memiliki kelainan. Keseluruhan, semua kembali ke selera masing-masing. Bagi Movielitas film ini merupakan panggung drama aktor Kevin Bacon yang menarik (kurang lebih berirama sama dengan film Kevin Bacon dalam Taking Chance ) dalam membawakan peran seorang yang ingin kembali normal dan memiliki kehidupan lebih baik pasca menjalani hukuman. The Woodsman (2004) - 6/10

Kenangan pahit untuk dikenang pada acara terakhir di udara

Film Korea kali ini cukup fresh dengan ide ceritanya. Dan, Movielitas menyukai tema film Korea ini. Bagaimana rasanya bila ada seseorang yang tidak dikenali tiba-tiba masuk ke dalam kehidupan dan mengetahui semua masa lalu kita yang bahkan kita sendiripun mungkin lupa? Lalu, bagaimana rasanya bila seseorang tersebut masuk ke dalam kehidupan secara tiba-tiba dengan cara kekerasan? Setidaknya itu gambaran psikologis yang disajikan lewat film drama kriminal ini. Dan, tentunya dengan gaya cerita ala Korea selalu khas mengolah emosi penonton. Keseluruhan, film drama kriminal yang fresh dan menarik untuk diikuti hingga akhir. Midnight FM (2010) - 7/10

Death in Dead City

Film ini sebenarnya menarik. Tema ceritanya unik. Beberapa cerita pendek digabung menjadi satu. Bila di 4Bia setiap ceritanya tidak berkaitan, disini dibuat per episode menyambung dan berputar. Dimulai dengan bagian 1 terus berjalan hingga ke bagian 5 yang saling menyambung dan akhirnya berputar kembali ke bagian 1. Alur ceritanya mudah, berkisah tentang pendatang yang terjebak dalam keanehan sebuah kota dengan para penduduknya yang misterius mencurigakan. Bagian yang membuat film ini menjadi kurang menarik adalah pada bagian kekerasannya yang sadis memperlihatkan adegan muncrat-muncrat an darah dan kawan-kawannya. Lalu, penggunaan mahkluk jadi-jadian yang awalnya menarik, tapi setelah beberapa kali kemunculan terasa aneh. Sebenarnya cerita misteri sebuah kota kecil dan penduduknya, itu sudah cukup tanpa harus dibumbui misterius mahkluk jadi-jadian. Southbound (2015) - 6/10

Woman without government

Avery adalah seorang fotografer di medan konflik. Hasil karyanya pun menyabet penghargaan. Satu kesempatan lagi untuk Avery berkarya di bidang fotografi dengan terjun langsung ke medan hutan di Kolombia. Alur ceritanya kurang begitu menarik. Sesuai dengan clue awal dan gerak-gerik para karakter dalam cerita, konflik utamanya sudah dapat ditebak akan kemana arahnya. Film ini juga dicampur dengan sedikit gaya mistis lalu juga dengan genre backsong yang masih asing. Yang masih membingungkan untuk Movielitas adalah saat-saat akhir dimana Avery bertemu karakter yang "sepertinya" sudah dimatikan. Entahlah. Keseluruhan, film ini kurang menarik. Camino (2015) - 5/10

Mengejar impian dalam mendung kelabu

Kali ini menikmati sajian dari Turki. Dan, yang paling menggelitik untuk menonton film ini adalah judulnya. " Journey " dan " Hope ". Ekspektasinya bakal ada sajian inspirasional tentang sebuah perjalanan dan harapan. Akan tetapi itu salah. Bila film sesuai ekspektasi bisa jadi berkesan dan mungkin "biasa". Namun, bisa jadi lebih berkesan bila di luar ekspektasi. Seperti film ini. Berkisah tentang seorang pria, Haydar, yang memiliki istri dan tujuh orang anak hidup di pelosok negara Turki. Impiannya sederhana, yaitu ingin pindah ke negara Swiss "hanya" karena melihat gambar kartu pos. Semua ternak telah dijual demi mendapatkan "tiket emas" menuju Swiss. Konfliknya pastinya tentang perjuangan Haydar menuju Swiss yang berliku dari Turki. Tapi, yang menarik dari film ini ada konflik lain yaitu seorang anak Haydar yang "terpaksa" harus ikut perjalanan penuh perjuangan serta sebagai syarat agar sang istri, Maryam, b

11 September di Tahun 2012

Yang menarik dari film ini adalah based on true event dan Michael Bay. Sama hal nya dengan karakter para anggota G.R.S disini, agak berat memang menentukan siapa kawan siapa lawan pada saat kejadian karena begitu kacaunya suasana. Senjata api dijual bebas dan mudah. Semua yang terlibat pertempuran menggunakan pakaian sipil. Dari sisi cerita, sebenarnya sederhana saja. Mempertahankan diplomasi dan diplomat di negara yang sedang mengalami kekacauan birokrasi setelah jatuhnya rezim penguasa lama. Apa yang menjadi penyebab utama konflik juga samar. Apakah faktor 9/11 atau video online kontroversial yang ramai dibicarakan saat itu atau faktor lainnya. Terlepas dari akurasi tidaknya kejadian sebenarnya, tentunya sudah ada template dramatisirnya. Tapi film ini setidaknya mampu menyajikan suasana chaos dan ketegangan baku tembak yang sengit dan bergelombang. Dari sisi aksi laganya, lumayan. Nama besar Michael Bay bisa menjadi faktor utama bagaimana sekiranya memoles cerit

We Still Only Imagine

Dari judul film-nya tentu sudah bisa diterka apa bahasan utama film ini. Tapi mungkin bagi generasi sekarang, Lennon (mungkin) bisa jadi kurang akrab. Namun, karya abadinya masih relevan dan akrab dengan jaman sekarang. John Lennon ditembak di depan kediamannya tanggal 08 Desember 1980. Tragedi tersebut telah diketahui dunia dan tetap dikenang hingga saat ini. Movielitas sendiri hanya mengenal karya-karya Lennon, dan untuk tragedi penembakan tersebut mungkin juga bagi sebagian orang hanya sebuah tragedi. Apa yang diulas di film ini bukan pada kasus penembakannya, melainkan pada sekitar yang terlibat setelah tragedi tersebut. Cerita tentang tarik ulur berita duka dan misteri apa yang terjadi sesaat setelah tragedi penembakan. Yang jelas, bagi Movielitas, film ini tidak "bernada" mencari siapa yang benar siapa yang bersalah. Karena memang sudah terjadi. Film ini secara tidak langsung kembali mengajak pemirsa untuk merenungkan pemikiran seorang John Lennon. **Iro