Skip to main content

Posts

Mengawal nyawa pembunuh bayaran

Kalau membandingkan akting Ryan Renolds di Buried atau akting jahat di The Amytiville Horror dengan aktingnya disini, memang menunjukkan kualitas aktor hebat. Bisa bermain peran baik atau jahat, bisa serius dan bisa akting santai. Dan, Movielitas menilai gaya Ryan Renolds lebih cocok untuk film bergaya komedi seperti ini. Apalagi di Deadpool . Di duet-kan dengan kualitas akting Samuel L. Jackson yang sudah malang melintang di banyak film sejak era klasik. Membuat nyawa film ini mau tidak mau ada di chemistry akting mereka berdua. Dan hasilnya, lumayan. Sangat menghibur. Baik itu dari sisi komedi ringan nya maupun dari sisi aksi laga nya. Dari sisi alur cerita, biasa saja. Konfliknya ringan, tidak berat. Berkisah tentang seorang pengawal profesional yang mendapat tugas berat membawa seorang penjahat kelas atas untuk hadir di pengadilan internasional sebagai saksi kunci dalam mengadili seorang presiden jahat. Perjalanan menuju pengadilan tersebut menjadi inti konflik film ini. Tidak ha

Jantung masa depan

Hiburan malam ini dengan film dari aktor legend, Jackie Chan. Dan, memang jika dibandingkan dengan film-film klasik jaman keemasan Jackie Chan memang terasa banyak sekali perbedaannya. Yang tampak pertama kali, entah karena faktor teknologi-nya atau menyesuaikan tema film, tone warna gambar film ini terasa kontras. Karena film ini memakai nama Lionsgate, terasa beda sinematografi-nya. Film laga Jackie Chan bila kerjasama dengan Hollywood memang beda sekali bermain di negara Jackie sendiri. Entah karena memang faktor usia atau memang tuntutan plot cerita-nya itu sendiri. Jika dibandingkan dengan film Jackie dengan background Hollywood, Karate Kid, film ini masih jauh kualitasnya. Di Karate Kid , meski porsi Jackie tidak sebanyak Jaden Smith dan produser dipegang Will Smith (bahkan disini Jackie Chan selaku Produser) penampilan Jackie di Karate Kid jauh lebih bagus. Movielitas teringat pada gaya film The Spy Next Door , yang lagi-lagi Jackie dengan Lionsgate. Kalau di film The Spy Next

Manorgate

Kali ini Jason Blum dengan Blumhouse Prod. nya melahirkan satu karya lagi. Kali ini bukan genre biasanya, horor, melainkan thriller. Secara konsep atau ide cerita, Movielitas suka. Keren.  Berkisah tentang sekelompok orang, menurut sinopsis yang beredar berjumlah sebelas dua belas, hanya karena Movielitas lemah dalam menghitung tokoh, jadi sebut saja sekelompok orang pria-wanita tua-muda yang terbangun dari pingsan di sebuah hutan belantara. Mereka semua bersamaan tersadar dengan kondisi mulut dibekap. Setelah berhasil melepaskan ikatan mulut, satu-per satu dari mereka pun ditembak di tempat. Dan cerita pun mengalir dengan tanda tanya besar apa yang sebenarnya terjadi. Alur cerita film ini dijalankan memakai konsep akibat-sebab. Mereka yang menjadi korban merupakan warga dari negara-negara bagian yang ada di Amerika sana. Bukan tanpa alasan mereka "terpilih" untuk dijadikan pesta pembunuhan. Dari akibat dibunuh satu per satu, akhirnya muncul dua konflik yaitu mencari dalang d

Cinta sang ayah di antara gunung dan salju

Film garapan Daniel Sandu, kalau menurut keterangannya film ini berasal dari negara Rumania. Yang berkesan pertama kali dari film ini adalah cukup berani untuk anti mainstream . Bagi Movielitas, film ini berbeda. Berkisah tentang seorang ayah, Mircea, dengan latar belakang mempunyai konflik rumah tangga yang menerima kabar buruk tentang anaknya. Diberitakan bahwa sang anak dinyatakan hilang bersama dengan teman wanitanya di gunung Bucegi. Karena cuaca bersalju yang buruk pencarian sang anak membutuhkan waktu yang lama dan tidak mudah. Plot cerita dan konflik dalam film ini sangat minimalis. Tidak bercabang kemana-mana. Fokus pada satu titik, titik itu. Hilangnya seorang anak. Dan di awal-awal memang terasa menarik mengikuti jalan ceritanya. Poin berikutnya yang menarik perhatian adalah akting. Khususnya akting aktor Adrian Titeni sebagai karakter sang ayah, Mircea.  Entah ini sebagai nilai plus atau nilai minus, dikarenakan kendala bahasa Movielitas agak susah menilai akting Adrian Tit

Kehadiran sang pembawa benih yang membuat suasana tak jernih

Kesan pertama saat memulai film ini, campur aduk. Unik, lucu, tapi menarik. Dan, senang rasanya mendapatkan film berkualitas seperti ini, excited nya berbeda.  Film ini berkisah tentang sepasang "suami-istri" tapi sesama jenis, yang berati lesbian. Pasangan wanita ini masing-masing memiliki anak yang beranjak remaja hasil dari donor sperma. Dikarenakan rasa ingin tahu dari anak-anak, sepasang saudara tersebut mencari siapa ayah mereka sebenarnya. Namun, kehadiran sang ayah justru membuat "panas" keluarga unik tersebut.  Film bergenre drama ini tanpa banyak basa-basi langsung menyuguhkan konflik cerita di awal. Sepasang wanita hidup bersama dengan membawa anak-anak hasil dari donor sperma dan mulai beranjak kritis dalam mencari tahu jati diri. Konflik tersebut sudah terasa "komedi awkward ". Kemudian dikembangkan dengan kehadiran penyumbang sprema alias "sang ayah", membuat suasana keluarga semakin membuat canggung tapi seksi. Daya tarik film ini

Quill

Kalau menurut keterangan nya film ini based on true story . Berkisah tentang seekor anjing berjenis Labrador Retriever, Quill, yang memiliki tanda lahir unik di tubuhnya dan kemudian terpilih untuk dilatih menjadi guide dog (anjing penuntun) bagi kalangan orang buta. Dari sisi plot cerita, film ini tidak berat. Bergaya dongeng dengan narator. Konflik yang diangkat lebih fokus ke hubungan tuan Watanabe dan Quill. Jika dibandingkan dengan hubungan tuan Parker dan Hachi di Hachiko, film ini masih di bawah. Movielitas kurang begitu menangkap inti konflik dalam film ini. Kalau dari segi judul yang mengarah ke karakter anjing, Movielitas rasa porsi yang diberikan ke karakter Quill cukup banyak tapi "kurang" tampak tingkah pola sebagai anjing spesial. Begitu pula dengan chemistry antara tuan Watanabe dan Quill, bagi Movielitas terasa hambar saja. Tidak menonjol seperti di film Hachiko. Overall, film ini cocok dinikmati bagi penyuka film dengan genre yang berfokus pada hewan khususny

Kisah horor dibalik tragedi di jalan tol saat menyambut perayaan Songkran

Sajian dari negara tetangga, Thailand, kali ini cukup berkesan. Menipu di awal cerita tapi semakin ke dalam semakin meningkat grafik chemistry cerita-nya. Unik. Keren. Salah satu hal yang membuat Movielitas tertipu di awal adalah sekilas terlihat "baru", tapi ternyata film ini diproduksi tahun 2016 silam. Film ini memiliki tiga babak. Dari segi durasi cerita per babak, digambarkan seperti segitiga. Dimana kisah pertama, pendek. Kisah kedua, kisah yang paling panjang dan kisah ketiga-nya biasa saja. Sedangkan dari segi kedalaman cerita, seperti yang sudah ditulis sebelumnya, film garapan sutradara Sarawut Wichiensarn, memiliki gaya grafik ke atas.   Kisah pertama dimulai dengan kisah Tar yang mengalami konflik cinta dengan kekasihnya. Merasa dibohongi terus-menerus soal kehamilan, Tar menantang pacarnya untuk benar-benar melakukan bunuh diri saat meminta putus. Kisah pertama ini membuat Movielitas kurang menarik mengikuti. Kesan dari kisah pertama adalah terlalu memaksa horor