Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Review

Yang pasti bukan kisah Ganteng-Ganteng Sering Gila

Kesan pertama yang dimunculkan dari film ini adalah salah ekspektasi. Ekspektasi awal dari film garapan sutradara John Stockwell ini adalah film aksi-laga yang merujuk pada "Crazy", tapi ternyata hanyalah cerita romantis saja. Sedangkan konotasi Crazy disini bisa diartikan sendiri secara dewasa. Dan jika belum dewasa mengartikannya, silahkan tonton sendiri atau ingat usia karena belum dewasa daripada teracuni hal-hal dewasa. Secara umum, tidak ada yang istimewa dari template ceritanya menurut versi Movielitas. Satu-satunya yang terasa paling istimewa menurut Movielitas adalah Kirsten Dunst. Akting Kirsten disini bisa dikatakan menjadi poros cerita dan bermain sangat apik membawakan karakter Nicole Oakley yang berada di lingkungan keluarga berada alias mampu secara ekonomi namun rapuh dalam kisah kasih keluarga atau bahasa Jawa-nya broken home. Overall, sebuah drama romantis biasa dengan penampilan aktris yang berkelas. Crazy / Beautiful (2001) - 6/10

How Do You Like My Car, Big Boy?

Nice . Ya, seperti judulnya, film ini menghibur dari sisi kekocakan-nya. Untuk alur ceritanya, sedikit memberatkan karena kerumitan kasus serangkaian pembunuhan yang disajikan. Ada Russell Crowe dan Ryan Gosling. Keduanya, tampil memikat dan punya chemistry akting yang menyambung. Disini Ryan Gosling kebagian porsi untuk lebih banyak konyol. Meskipun demikian, sangat fresh dan menghibur. Keseluruhan, Movielitas suka film ini. Fresh . Mungkin bila disajikan dengan kasus pembunuhan yang lebih simple lagi, akan lebih terasa meriah. The Nice Guys (2016) - 7/10

Perjalanan untuk duduk tegak dalam mobil

Sebuah drama pekat yang disajikan lewat akting aktris Jennifer Aniston. Drama kali ini memiliki pola cerita unik yang sengaja membiarkan penonton-nya untuk menebak sendiri ada sejarah apa di belakang karakter Claire yang tampak seperti sangat lelah dengan hidup-nya. Untuk masalah teka-teki sejarah masa lalu karakter Claire, Movielitas sekiranya bisa mendapat jawaban. Tapi untuk kasus konflik Nina (yang diceritakan bunuh diri), Movielitas kurang bisa menangkap kaitannya dengan alur cerita. Secara keseluruhan, Movielitas menilai alur cerita film ini seperti sengaja tidak mengulas "penyebab" konflik sikap karakter Claire. Ini yang menyebabkan bobot cerita menjadi berat untuk dinikmati. Hanya saja, khususnya untuk penampilan Aniston, memang berkualitas. Terlepas dari fisiknya yang tidak seperti Rachel dalam serial Friends lagi, tapi aktingnya benar-benar menguasai "panggung" secara menyeluruh dan membuat atmosfir cerita menjadi sendu. * Hubungannya deng

God never finish His creation in this island

Karena pernah menikmati film KingKong, akhirnya jadi tertarik mencari keberadaan film ini dan menontonnya. Secara garis besar template alur cerita film ini tidaklah template baru alias sudah pernah dipakai di film-film sejenis. Bagian introduce para karakter-nya sangat umum dipakai seperti halnya di Godzilla . Entah kenapa bagi Movielitas, latar belakang cerita Kong disini mengapa harus mengambil sejarah perang Vietnam. Dimana kejadian perang Vietnam merupakan kejadian yang memang benar ada sejarahnya namun keberadaan monster-monster raksasa-nya tentu saja merupakan karya fiktif. Akhirnya film ini jadi terasa seperti Platoon digabungkan dengan Jurassic Park . Penggabungan antara sejarah dan fiktif memang mau tidak mau harus bermain di area digitalisasi animasi. Peran animasi di film ini memang tidak perlu diragukan lagi, namun jika dibandingkan dengan karakter Kingkong di film Kingkong, karakter Kong disini masih "kalah". Karakter Kong disini mendekati karak

Romansa daya pikat putri duyung berkepang dua

Kesan pertama : Keren . If you love me, find me .... Movielitas kurang begitu paham dengan istilah per-film-an, jadi bahasa yang Movielitas gunakan pastinya se-ada-nya. Film ini menggunakan template pola cerita dan gaya point view yang cukup unik. Film ini menceritakan pengalaman seorang videographer yang disewa oleh seorang pemilik klab malam. Dari sana, sang videographer ini mengenal seorang wanita penghibur yang berperan sebagai Putri Duyung. Di sudut lain, masih melalui point of view sang videographer, ada cerita tentang seorang Mardar yang berprofesi sebagai kurir bersepeda motor. Masa lalu kemudian menjadi konflik utama dari film unik garapan sutradara Lou Ye ini. Di luar cerita, yang patut di apresiasi adalah peran Zhou Xun yang langsung membawakan 2 karakter sekaligus di film ini. Dimana 2 karakter itu berbeda gaya dan sifat. Keseluruhan, Movielitas suka film ini. Sebuah drama pinggiran bantaran sungai besar di Shanghai namun disampaikan dengan gaya be

Pesan cinta lewat Harry Potter

Sebuah drama yang menceritakan suasana "panas" pasca tragedi 9/11 2001 silam. Tragedi tersebut seperti yang umum ketahui melahirkan sebuah kamp tempat militer Amerika menahan orang-orang terduga teroris. Kamp tersebut disorot dan penuh kontroversial, salah satunya pernah juga di dokumentasi dalam film Road To Guantanamo . Kali ini, sajian drama yang kurang begitu jelas apakah based on true story atau fiksi belaka. Movielitas sendiri tidak terlalu mempermasalahkan. Latar belakang besar dalam kisah film ini adalah pengalaman seorang prajurit wanita, Cole, yang ditugaskan di kamp Guantanamo. Menurut Movielitas, yang menjadi konflik utama film ini adalah karakter wanita sebagai perwira, atau serdadu atau apapun sebutannya, yang salah tempat. Dimana untuk bertugas di kamp Guantanamo, Cole yang tidak hanya manis cantik ini memiliki perasaan yang terlalu halus sebagai serdadu. Dan, Kristen Stewart cukup bagus dalam membawakan karakter serdadu wanita yang berparas canti

Rocking Mama Roll

Film yang cocok buat hiburan di kala senggang. Berkisah tentang "perjuangan" mama muda yang menikah muda dan harus menghadapi kenyataan tentang rasa cinta yang tak lagi ada di antara pasangan. Grafik ceritanya simple saja. Sang karakter utama dihujani masalah hingga ke dasar jurang frustasi kehidupan sebagai single parent mengurusi anak dan karir. Lalu diangkat kembali sebagai "pemenang". Sudah, begitu saja. Konflik yang disajikan tidak terlalu serius dan ringan saja. Keseluruhan, cukup menghibur dengan hiasan corak lagu-lagu dinamis masa kini. Pesan moral yang ingin disampaikan, mungkin, sebagai apresiasi perjuangan para ibu dalam membesarkan buah hati. Meskipun banyak kekurangan di sana-sini namun tujuannya tentu saja yaitu rasa cinta kepada anak. Bad Moms (2016) - 6/10

Unboxing The Magnificent Seven

Kalau pernah menonton film Tears Of The Sun , harusnya (menurut Movielitas) tidak begitu asing dengan gaya cerita film ini. Maklum, karena sama-sama diarahkan oleh sutradara Antoine Fuqua. Tidak jelek, hanya saja gaya kisah hero-isme ala Fuqua disini terasa mudah terbaca arah plot-nya. Tidak ada "konflik" yang dramatis di dalamnya. Dan, entah kenapa Movielitas seperti "melihat" bayang-bayang hero-isme film Tears Of The Sun. Movielitas sendiri merasa perlu menyimak film ini karena faktor Denzel Washington. Dan, beliau memang salah satu aktor favorit Movielitas yang patut dan " worth it " untuk ditonton setiap filmnya. Berkualitas. Faktor besar yang kedua. Tak lain dan tak bukan adalah I Saw The Devil . Movielitas benar-benar kagum dengan film Korea tersebut. Dan, ada bintang Lee Byung Hun yang (sayang-nya) hanya mendapat porsi "kecil" saja. Sekilas, bahkan seperti berdialog minimalis. But , Movielitas like his style . Very cool .

Demi berlian di dasar kolam ikan

Sebuah karya dari sutradara Steven Soderbergh yang bernuansa drama. Kalau dari Movielitas, bukan selera yang favorit. Dan, sudah lebih dari tiga kali at row mengulang menonton mencermati, tapi tetap saja "berat". Yang menonjol pertama dari film ini adalah gaya alur cerita nya yang maju-mundur. Dan, kesannya membingungkan. Scene B - bermula dari scene A yang diletakkan di durasi jauh setelahnya, dan beberapa kali seperti itu. Mungkin memang seperti itu gaya dasar film-nya. Bagi pecinta drama-drama dengan gaya scene terpisah-pisah, film ini pastinya cocok dikoleksi. Ada lagi hal lain yang menarik dari film ini, yaitu banyak bintang selain Clooney dan J-Lo. Ada Michael Keaton, Samuel L.Jackson, Don Cheadle, serta Luis Guzman yang masih muda tampil "bersih" sepintas mirip Bruno Mars. Jennifer Lopez hmmm... Yang pasti Movielitas no comment. Tak bisa berkata banyak dan tak bisa berkedip banyak-banyak because she's so hottt.. Keseluruhan, dra

Unboxing Turtle Can Fly Movie

Sebuah film dari negara Turki yang berkisah tentang masyarakat kecil (Kurdish) yang hidup di perbatasan Iraq dan Turki dalam kecamuk perang Iraq. Menurut data, film ini mendapat respon positif dari dunia kritikus film. Hanya kembali ke selera, film ini termasuk film berat untuk Movielitas. Ada tiga karakter yang diberi porsi cerita cukup besar di sini. Ketiganya memiliki background cerita masing-masing dan dijalankan bersama-sama. Uniknya, ketiga karakter ini masih berusia belia atau remaja kecil. Satellite (begitu sebutannya) merupakan seorang remaja yang dianggap memiliki kemampuan teknologi dan sedikit bahasa Inggris serta pandai mengorganisasi remaja seusianya dalam menjalankan "bisnis" tambang ranjau. Satelitte jatuh hati pada Agrin yang sepanjang film tampak murung diakibatkan masa lalunya yang "kelam". Meski berusia sangat muda, Agrin sudah memiliki seorang anak yang tak diinginkan. Bersama Agrin merawat anak ada karakter Hegrov ya

Krisis karir terduga komunis

Movielitas kali ini berkesempatan menikmati drama klasik. Drama yang bermuatan politik seperti film sejarah lokal yang pernah dilarang tayang. Film yang berbicara seputar krisis komunisme. Berbeda dengan film lokal yang berbicara soal paham komunis dan berakhir pada pembunuhan sejumlah pejabat militer, di film ini juga berbicara soal paham komunisme yang berujung pada penghancuran karir orang-orang yang diduga terlibat dalam paham komunisme. Orang-orang terduga ini dikhususkan pada mereka yang terjun dalam dunia sinema Hollywood sekitar tahun 1945-1950an. Bintang utamanya adalah Robert De Niro, yang soal kualitas akting, tentu tidak usah diragukan. Soal konflik cerita, berbeda dengan film lokal yang ada nuansa ketegangan terutama detik-detik penculikan, disini sebaliknya. Tidak ada unsur ketegangan dan penculikan, hanya "sedikit" pemaksaan untuk mengakui keterlibatan dalam gerakan komunisme. Ending -nya, mengingatkan Movielitas pada gaya film sejarah J.F.

Unboxing Out Of Furnace

Sebenarnya jika dilihat dari jajaran pemainnya, film ini tergolong "ramai" bintang. Mulai dari Christian Bale, Casey Affleck, Woody Harrelson, Zoe Saldana, Willem Dafoe, dan Forest Whitaker. Isi ceritanya hampir slow drama. Berjalan pelan. Berkisah tentang kehidupan seorang pekerja pabrik yang bertahan hidup dengan ayah dan adik-nya. Sedangkan sang adik pun bertahan hidup dari trauma-nya sebagai tentara muda yang dikirim ke Iraq. Konflik baru muncul setelah setengah full durasi film. Dan, menurut konflik-nya biasa saja. Tidak terlalu istimewa jika dibandingkan dengan kualitas akting pemainnya yang kelas atas. Keseluruhan, sebuah film yang cocok untuk pecinta film drama kehidupan. Out Of Furnace (2013) - 6/10

Membuka gerbang skandal Watergate

Coba dijabarkan satu per satu. Richard Nixon, yang pasti Movielitas belum lahir saat jaman presiden Amerika ini, tapi namanya sekali dua kali pernah Movielitas dengar. Dan, memang film ini membahas tidak jauh seputar presiden Amerika yang ternyata kontroversial. Prediksi awal, Movielitas mengira film ini akan membahas topik politik negara adidaya tersebut yang notabene jelas tidak paham sama sekali. Ada benarnya tapi ada salahnya juga tentang prediksi awal. Film ini sebenarnya memiliki ruang bahasan yang sempit saja, tidak lebar dalam bahasan politik. Tapi tetap saja, yang dibahas dengan ukuran pengetahuan Movielitas yang dangkal soal politik, akan terasa berat juga akhirnya. Film yang dibuat berdasarkan kisah nyata ini membahas seputar "tragedi" politik yang menjadi sejarah penting dalam politik Amerika. Richard Nixon adalah presiden yang tercatat pernah mengundurkan diri sebagai presiden dalam masa jabatannya akibat sebuah kasus yang terkenal dengan sebutan

Unboxing Hail,Caesar! Movie

Tidak banyak yang bisa Movielitas tulis untuk film garapan Cohen Brothers ini. Berat. Dan, sudah 2x menontonnya masih tetap sulit menangkap inti cerita, menghapal masing-masing karakter dan kaitannya satu sama lain, serta konflik utama-nya (penculikan?). Akhirnya, kembali ke selera masing-masing. Yang pasti film ini memiliki banyak peran karakter dan bintang yang ditampilkan. Mulai dari George Clooney, Josh Brolin, Scarlett Johansson, Tilda Swinton, dan Channing Tatum. Menariknya, bila melihat Cohen Brothers kolaborasi dengan Clooney, Tilda Swinton, dan Frances McDormand, kira-kira apa yang terlintas? Kalau Movielitas sendiri, langsung teringat pada Burn After Reading . Ya, bisa jadi komentar singkat untuk film, yang bertemakan seputar industri film, ini adalah kurang lebih bergaya drama black comedy seperti Burn After Reading. Tapi, Movielitas memilih lebih enjoy dengan gaya film Burn After Reading. Hail, Caesar! (2016) - 6/10

Mencari jejak Angel Of Death

Dulu, pas jaman stasiun televisi swasta berjaya (pra-internet) film-film seperti ini sangat "mewah" sebagai hiburan di kala senggang. Movielitas sendiri gemar menonton film "layar emas" seperti film ini. Beruntung Movielitas bisa mendapatkan film klasik ini, meski saat ini sulit untuk mendapatkan film lawas. Terlepas dari bobot cerita, Movielitas sendiri lebih ke sisi memancing nostalgia dengan atmosfir film era 80-90an seperti ini. Genre film ini lebih ke film laga dengan bumbu komedi. Topik utamanya seputar misteri pembunuhan bos dari Jepang. Jet Li, sebagai karakter tokoh utama pastinya masih muda belia dan powerfull, dan memang gaya laga Jet Li punya warna sendiri yang terpisah dari gaya laga-komedi ala Jackie Chan. Keseluruhan, film yang cocok untuk mengenang indahnya masa lalu dimana hiburan yang sekarang sangat mudah didapat bisa jadi merupakan hal mewah di jaman pra internet. Ow ya, sekaligus juga film yang cocok untuk para penggemar film-fi

Reuni yang bermasalah

Menikmati hiburan komedi dengan memasang Dwayne Johnson memang punya citarasa sendiri. Komedinya biasanya fresh , seperti disini. Meski memiliki bobot tubuh yang bisa dipastikan sangat "berat", tapi di cerita komedi kali ini, alur ceritanya tidak berat seperti tubuh Dwayne. Konflik-nya lumayan, memainkan dugaan penonton untuk menebak posisi Dwayne apakah memang jahat atau karakter yang baik. Partner Dwayne dalam menampilkan hiburan kocak disini adalah Kevin Hart, yang kurang lebih mirip dengan gaya Chris Tucker di Rush Hour. Sedangkan Dwayne memainkan gaya yang kurang lebih mirip dengan karakternya di The Rundown. Kejutan paling segar disini adalah penampilan guest star favorit Movielitas yaitu Melissa McCarthy yang hanya tampil sekejap. Dan, bintang pendukung favorit adalah Agent "Pornhub" yang bergaya serius tapi kocak. Keseluruhan, sebagai hiburan kualitas film ini cukup fresh . Akting dan chemistry antara Dwayne Johnson dan Kevin Hart juga t

Eksekusi di Minnie's Haberdashery

Kesan pertama, ini adalah salah satu film yang paling susah ditaklukan. Sudah, entah, berapa kali mencoba "bertarung" menonton film ini tapi tak pernah tuntas hingga semalam, akhirnya tuntas juga hingga credit scene dikeluarkan. Mengikuti irama cerita film ini, bagi Movielitas, ibarat berjalan di terowongan gelap. Meraba-raba arah alur cerita. Lalu di setengah perjalanan barulah menemukan titik terang. Bisa jadi merupakan gaya atau style dari sutradara Quentin Tarantino dalam mengarahkan drama misteri. Movielitas sendiri "kesulitan" menangkap inti cerita di setengah durasi awal film. Baru setelah cerita tentang kedatangan rombongan 5 orang yang diketuai oleh Jody sebelum rombongan John Ruth, mulai ada pemahaman arah ceritanya. Tergantung selera masing-masing, bisa jadi gaya cerita seperti film ini memiliki fan base tersendiri. Hal lain yang sedikit mengganggu bagi Movielitas adalah momen kekerasannya yang "kasar". Seperti menembak kepala

Super-man with no need to hide identity

Beberapa yang Movielitas temukan perbedaan antara Superman dan Hancock: - Superman dipuja orang, Hancock dihujat. - Superman bekerja sebagai wartawan, Hancok jobless - Superman berkostum, Hancock tidak - Superman menyembunyikan identitasnya, Hancock tidak - Superman ramah, Hancock kasar - Superman membantu penegak hukum, Hancock malah dipenjara - Superman anti mabok, Hancock doyan. Mungkin itu sisi komedi-nya seputar film superhero nyleneh ini. Gayanya memutar balik seputar superhero yang terkenal "positif" dalam bersikap. Aroma komedinya hanya sekitar setengah durasi, ketika konflik utama dimunculkan seputar jati diri Hancock, aroma film mulai agak drama serius. Keseluruhan, film dengan storyline yang ringan saja. Tidak hanya seputar komedi superhero tapi juga ada dramatisasinya. Gaya Will Smith cukup menghibur. Hancock (2008) - 6/10

Tersengat anugerah sesaat

Pertama, singkirkan tentang cerita komedi ceria di dalam film ini. Movielitas lebih banyak fokus kepada 2 bintang di dalamnya. Mel Gibson dan Helen Hunt. Mel Gibson, bisa dikatakan aktor yang identik dengan film crime dikarenakan faktor Lethal Weapon yang juga bergaya semi komedi sebenarnya. Dan, disini murni komedi. Tidak ada baku pukul antara tokoh-tokohnya dan konflik utamanya tentang cinta. Helen Hunt, wow ... Movielitas like her so much . Benar-benar tipe wanita idaman ( physically ). Berambut panjang, mancung, manis, senyuman manis, dan suara seksi. Almost perfect . Apalagi bermain dengan film bergenre seperti ini, hmmm membuat betah mata ini memandang. Meskipun sudah berumur, tapi tetap terlihat aakkhh ... Konflik utama film ini adalah tentang anugerah sesaat yang dialami oleh Nick Marshall. Anugerah sesaat itu membuat Nick menjadi mengerti bagaimana menjadi pria yang mengerti keinginan para wanita luar dalam. Konflik utama di atas ditambahi dengan konflik k

Under influence of something demonic

Berbeda dengan seri Conjuring sebelumnya , disini tanpa basa-basi langsung membuka cerita dengan pembukaan horor. Mengikuti gaya tanpa basa-basi, Movielitas pun memilih mana yang lebih enak disimak antara Conjuring perdana atau Conjuring yang seri kedua ini. Jawaban Movielitas adalah, Conjuring...perdana!! Yyeyy.. Alasannya, sederhana saja, lebih original horornya. Disini horor yang digunakan sudah sangat umum. Bermain-main dengan adegan-adegan horor yang mengagetkan dan menampilkan sosok-sosok horor dengan kualitas make-up tebal menyeramkan. Dari sisi cerita pun, Movielitas memilih Conjuring pertama lebih terasa horor karena di seri kedua ini terkesan hanya "mengikuti" pertama. Jadi, tidak (belum) ada yang fresh dari seri kedua ini. Keseluruhan, meskipun sudah ditambahi tag based on true event , namun film ini belum atau tidak setara dengan kualitas Conjuring perdana-nya. Dan, menurut Movielitas, Conjuring akan lebih memorable dengan satu episode (perdan