Skip to main content

Kenangan untuk masa depan

Dari permulaan, blog ini hanya untuk personal atau dokumen pribadi seputar ke-suka-an menonton film.

Konsep visi blog ini kurang lebihnya adalah "menulis poin penting" sesuai selera saja.

(Pengalaman pribadi kalau diundang ke sebuah seminar, rapat, atau dulu pas jaman sekolah. Cuma bawa satu buku catatan / notes sekedar untuk corat-coret atau menulis yang penting saja dengan hiasan gambar-gambar tak berbakat. Tidak pakai kaidah penulisan EYD dan rumus menulis yang baik dan benar.)

Alhasil, akhirnya yang sanggup membaca dan mengerti isi tulisan, ya si pelaku corat-coret.

Untuk menyesuaikan dengan konsep visi, maka dipilih template ala buku diary yang bisa dicorat-coret dengan kesan dan pesan dari sajian film (bukan sinopsis).

Konsep misi blog ini, diusahakan sebisanya tidak terbengkalai. Agar tidak terbengkalai, ya harus ada isinya. Simple.

doku pribadi
Sebelum ada blog ini, dulu pernah masuk ke sebuah grup penikmat film di facebook. Karena ada faktor teknis dan non-teknis, sepertinya memiliki blog lebih leluasa. ~ alasan awal.

*Mengapa menulis di blog? Karena lebih "leluasa". Apalagi yang menyangkut namanya selera, tentunya akan lebih bebas, tanpa polesan, tanpa pesanan, tanpa tekanan, tanpa pamrih, apa adanya.

*Mengapa menulis di blog? Karena kalau menulis di buku, kadang kaki pegal, mengantuk, pulpen-nya hilang, pulpen kering tintanya, pensilnya tumpul, lampu mati, lupa naruh dimana bukunya, bukunya berdebu, dan meja nya berantakan jadi ga ada ruang buat menulis.

*Kenapa harus ditulis? Karena kalau diceritakan lewat lisan, ga ada mau dengerin juga...

Have a nice day

Comments

  1. Hehehe bagus. Ulasan-ulasan ttg filmnya banyak saya baca.
    Point terakhirnya betul juga karena kalau diceritakan lewat lisan, ga ada mau dengerin juga. Kalau ada pun, pendengarnya terbatas. Kalau ditulis pembacanya tak terbatas.

    ReplyDelete
    Replies
    1. @adib, wah makasih semangatnya.. Sukses selalu buat blog-nya juga.

      Delete
  2. Replies
    1. @rahmat, Sipp juga
      Thx comment dan sukses buat blog nya

      Delete
  3. hahhaa.. kalau diceritakan lewat lisan nggak ada yang dengerin, pinjem speaker masjid aja, biar orang sekampung denger :D *kidding*

    @Penovediah

    ReplyDelete
    Replies
    1. @peno, walah2x cara itu mah dah pernah dicoba...malah dilempar sandal, xixixi *kidding too*,
      Btw, thx commentnya

      Delete
  4. hahaha..kalimat yg terakhir itu lho
    tapi setuju sih dg menulis kita lebih leluasa bahkan dapat menyampaikan apa yg tdk dpt diucapkan

    @siethi_nurjanah

    ReplyDelete
    Replies
    1. @siti, iya bu, setuju menyampaikan apa yg tdk dpt diucapkan... :-)

      Delete
  5. ke-suka-an boleh kok ditulis "kesukaan" mas.

    btw, saya baru bikin grup whatsapp yang isinya bahas film nih. Want to join ?? PM yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. @andhika, wah makasih "koreksi"nya. Btw, sukses buat grup nya dan terutama buat blog-nya yang keren dengan kisah2 nya.

      Delete
  6. setuju. kalau diceritakan secara lisan belum tentu ada yang mau mendengarkan :)

    @gemaulani

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeeyyy ada yang setuju @gemaulani, hehe thx comment nya

      Delete
  7. dulu aku juga suka curhat lewat diary, semenjak ada blog lebih asyik lewat blog

    ReplyDelete
  8. Sptnya ini juga salah satu alasanku milig blogging "Kenapa harus ditulis? Karena kalau diceritakan lewat lisan, ga ada mau dengerin juga..."

    ReplyDelete
    Replies
    1. @riri, wah salaman dulu, kita "senasib" hehe
      Btw thx comment nya dan sukses buat blog-nya

      Delete
  9. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Dibalik obat Ridocaine

Sajian kali ini berkisah tentang seorang ibu yang hidup dengan anak perempuannya. Sang anak menderita sebuah penyakit kelumpuhan dan harus hidup di atas kursi roda. Konflik terjadi karena pola pendidikan sang ibu yang terlalu "sayang" kepada sang anak hingga membatasi sang anak dari dunia luar. Hingga sang anak mulai beranjak dewasa dan mulai kritis terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Alur plot ceritanya lumayan. Seperti judulnya hanya terdiri 3 huruf, Movielitas menyukai gaya minimalis cerita, konflik dan pemainnya. Tidak perlu melebar kemana-mana. Gaya thriller-nya soft saja, tidak yang penuh emosional. Dari segi akting, chemistry antar duo aktris sebagai ibu-anak, Sarah Paulson-Kiera Allen, cukup bagus. Mungkin, versi Movielitas, film ini mengangkat realita yang kadang memang ada, dimana gaya didikan orang tua ada yang terlalu protektif dengan alasan kasih sayang. Di satu sisi baik, tapi di sisi lain, juga bisa "melumpuhkan" sang anak itu sendiri. Overall, ba

Menguak rahasia setelah terkubur

Tidak hanya bercerita soal tragedi seorang remaja belasan, Alice Palmer, yang tewas tenggelam di dam saat berpiknik tapi lebih dari itu. Alice Palmer diyakini "kembali" ke rumahnya untuk memberi tahu tabir misteri siapa sebenarnya Alice Palmer kepada keluarganya sendiri. Pertama kali, begitu masuk ke ranah cerita film ini bagi penulis cukup menarik. Alasannya, tanpa melakukan research . Random pick , film ini memang terlihat seperti film dokumenter. Ada footage yang terlihat asli. Ada sesi interview. Ada adegan penggambaran suasana pencarian oleh kepolisian. Ada sesi footage interview televisi. Kemudian, setelah mencari infonya, ternyata film ini adalah horor mockumentary . Penulis sendiri kurang memahami betul apa yang dimaksud mockumentary. Yang pasti bukan documentary. Lalu, info lainnya adalah Talia Zucker as Alice Palmer. Jadi, setelah melakukan pencarian info, film ini sepertinya bukan film asli dokumentasi. Menariknya adalah sedikit sulit bagi penulis m

Tiger Wong versi layar lebar

Begitu Nicolas Tse menyebut nama karakternya ... Tiger Wong, baru semuanya jelas. Ternyata film ini merupakan adaptasi dari komik lawas yang fenomenal (setidaknya bagi jaman penulis Sekolah Dasar dulu) yang berjudul Tiger Wong. Alur ceritanya sendiri, kurang begitu menancap baik. Karena sibuk mencocokkan karakter yang ada di film dengan memori penulis tentang komik Tiger Wong. Dan, ternyata memang berbeda. Yang penulis kenal dari komik Tiger Wong, adalah petualangan duo Tiger Wong dan Gold Dragon. Disini ada karakter Dragon Wong (kakak dari Tiger Wong) yang di komik karakternya "terlewatkan" dan diceritakan telah meninggal. Lebih pas bila karakter Tiger Wong dibawakan Donnie, pendapat penulis. Karakter Tiger Wong disini minus jurus Sembilan Matahari. Gold Dragon. Disini justru bernama Turbo. Sama, menggunakan Nunchaku. Sama, andalan jurus Baju Besi Emas dengan simbol Lonceng Besi. Minus karakter Guy si Tapak Budha. Disini ada karakter 4 sahabat, namun

Asmara di dalam kelas yang terlarang

Drama dari Swedia. Temanya tentang hubungan asmara antara guru dan muridnya. Tema kontroversial seperti ini biasanya memiliki sisi membuat penasaran. Bagi penulis, hanya sebagian saja yang menarik. Terutama saat berfokus pada manisnya asmara guru dan murid. Masih malu-malu. Kemudian berkembang menjadi intim. Alur cerita menjadi tak menentu ketika plot asmara antara karakter guru, Viola, dan muridnya, Stig, perlahan mulai menghilang panasnya. Irama film tidak lagi berfokus pada dua karakter utama, melainkan mulai memasukkan porsi karakter lain yang kurang berpengaruh banyak. Karakter Stig bahkan bersahabat dengan suami gurunya. Stig juga secara tiba-tiba punya kekasih yang sebaya. Keseluruhan, menarik pada plot kisah asmara guru dan murid. Plot pengembangannya, kurang begitu menarik. All Things Fair (1995) - 6/10  

Gairah membara Cecile

!! 18++ !! Kesan pertama seusai menyimak film ini, wowww... !! Panas. Bukan untuk kalangan 25 tahun kebawah, kecuali boleh untuk remaja yang sudah menikah. Vulgarnya tergolong keras. Bukan hardcore namun tergolong berani . Sang aktris yang bermain panas disini adalah Deborah Revy yang porsi "panas gila"nya cukup besar. Plot ceritanya sendiri biasa. Tentang kehidupan seorang wanita yang berpetualang seks dari beberapa lelaki, entah apa tujuannya yang pasti wanita ini sangat menikmati setiap petualangan gilanya. Di tempat lain, dikisahkan tentang hubungan panas nan malu-malu ala Alice dan Matt. Yang menarik disini bukan film tentang dunia prostitusi melainkan tentang gairah murni yang timbul karena alami bukan karena materi seperti di dunia nyata. Keseluruhan, lumayan buat obat penambah gairah, untuk kalangan yang telah menikah mungkin bisa dijadikan referensi penambah kreativitas dalam keintiman. Deborah Revy, you're so hot !! Mengapa Q? Penulis ber

Kisah Dua Anak Manusia Yang Terdampar Indah

Film ini penulis dengar gaungnya karena disebut-sebut kontroversial (pada jamannya). Sejauh apa kontroversialnya. Ide ceritanya lumayan. Sebuah kapal besar dengan penumpang bangsawan mengalami kerusakan di tengah laut. Di antara yang selamat adalah sepasang saudara laki-perempuan yang masih anak-anak, Richard-Emmeline, ditemani oleh seorang dewasa, Bapak Button. Mereka bertiga kemudian terdampar di sebuah pulau kecil terpencil tanpa signal apapun. Kurang lebih seperti Castaway. Dan, tak lama berselang, Bapak Button meninggal. Jadilah Richard-Emmeline hidup sendirian di pulau itu. Beranjak dewasa....inilah fokus ceritanya. Kontroversialnya mungkin terletak di poin ini. Di satu sisi, "menarik" sekali. Brooke Shield pada saat itu masih cantik,imut,menggairahkan. Film ini seolah mengajak ikut berfantasi, bagaimana jadinya bila terdampar berdua.. ( dengan catatan kalau dengan mirip Brooke Shield versi muda ini! ) pasti asyik... Lain cerita kalau ternyata pasang

Togo

Kali ini Movielitas berkesempatan menonton sebuah sajian tentang hewan favorit Movielitas, yaitu seekor anjing. Dari Disney dan bila boleh berpendapat bisa Movielitas katakan hampir "mirip" dengan Eight Below . Berkisah tentang seekor anjing milik Seppala. Awal mulanya Seppala bukanlah seorang pecinta anjing namun karena "kegigihan" Togo kecil untuk terus membuntuti kemanapun Seppala pergi dengan kereta anjing-nya, akhirnya Seppala pun luluh dan harus mengakui "kelebihan" yang dimiliki oleh Togo. Hingga sampai di suatu masa, terjadilah sebuah epidemi diphteria yang menyerang anak-anak di daerah Seppala tinggal. Epidemi Diphteria ini membutuhkan serum untuk penangkalnya dan karena keterbatasan transportasi serta area yang sulit dijangkau disertai cuaca buruk, akhirnya diputuskan bahwa yang akan menjemput serum dari kota adalah Seppala dan kereta anjingnya. Based on true event, ini yang membuat Movielitas tertarik untuk menonton selain faktor anjing. Namun j

Memburu jejak emas batangan bermotif penari Bali

Dulu, seingat penulis film ini cukup fenomenal pada jamannya. Terutama pada penggunaan mini cooper. Meskipun sebenarnya Mr.Bean sudah lama memakai di serial televisi. Kini, ada kesempatan kembali menikmati sajian film yang disutradarai F.Gary Gray. Dan, yang baru bisa penulis sadari adalah jajaran cast -nya yang ternyata cukup mantab. Mark Wahlberg, Jason Statham, Mos Def, Donald Sutherland, Edward Norton, tak ketinggalan pemanis yang seksi Charlize Theron. Kalau dari template ceritanya, kurang lebih mirip gaya Ocean Eleven . Satu tim dengan gaya santai berusaha "merampok" barang curian jutaan dollar. Banyak bintang tenar yang kemudian diletakkan sebagai tim dengan keahlian. Disini minus anggota dari daratan Asia. Tidak perlu memikirkan caranya atau berapa biayanya. Baik antara tim Ocean maupun tim Charlie disini memiliki kesamaan, semua serba sudah tersedia. Tugas mereka hanya menyajikan hiburan apik aksi pencurian kelas atas. The Italian

4 bersaudara bersatu

Kesan pertama yang langsung muncul adalah film ini berbobot standar saja. Konflik nya seputar persaudaraan 4 pria yang terjalin kembali karena meninggal-nya orang tua asuh mereka. Overall, tidak ada yang istimewa. Mulai dari alur cerita hingga konflik, semua nya standard saja. Hanya di beberapa titik momen terasa berlebihan mendramatisir. Four Brothers (2005) - 6/10

Dilema tugas menyamar

Sejenak bernostalgia ke masa Sekolah Menengah dulu. Aksi klasik dengan favorit Andy Lau. Dulu paling suka gaya Andy Lau kalau sedang merokok. Kesannya nikmat sekali menghisap tembakau. Meski lucu juga melihat adegan merokok setelah bertinju (bagaimana sehatnya coba?) Setelah puluhan tahun berlalu, melihat film ini kadang ada geli sedikit. Segi cerita dibuat berliku dan dilema. Cukup menarik konsep dilema Louis Koo yang diplot sebagai petugas polisi lalu disusupkan ke dalam organisasi mafia. Hanya aksi laganya memang beda jauh dengan jaman modern sekarang. Kaku. Gerak cerita dan perpindahan adegannya juga kadang terasa kaku tidak seperti film jaman sekarang. Sayang, endingnya juga terlalu "mudah dan ringan". Terlepas dari cerita klasik atau modern, tetap film lawas memiliki nilai nostalgia tersendiri. Century Of The Dragon (1999) - 6/10