Skip to main content

Posts

11 September di Tahun 2012

Yang menarik dari film ini adalah based on true event dan Michael Bay. Sama hal nya dengan karakter para anggota G.R.S disini, agak berat memang menentukan siapa kawan siapa lawan pada saat kejadian karena begitu kacaunya suasana. Senjata api dijual bebas dan mudah. Semua yang terlibat pertempuran menggunakan pakaian sipil. Dari sisi cerita, sebenarnya sederhana saja. Mempertahankan diplomasi dan diplomat di negara yang sedang mengalami kekacauan birokrasi setelah jatuhnya rezim penguasa lama. Apa yang menjadi penyebab utama konflik juga samar. Apakah faktor 9/11 atau video online kontroversial yang ramai dibicarakan saat itu atau faktor lainnya. Terlepas dari akurasi tidaknya kejadian sebenarnya, tentunya sudah ada template dramatisirnya. Tapi film ini setidaknya mampu menyajikan suasana chaos dan ketegangan baku tembak yang sengit dan bergelombang. Dari sisi aksi laganya, lumayan. Nama besar Michael Bay bisa menjadi faktor utama bagaimana sekiranya memoles cerit

We Still Only Imagine

Dari judul film-nya tentu sudah bisa diterka apa bahasan utama film ini. Tapi mungkin bagi generasi sekarang, Lennon (mungkin) bisa jadi kurang akrab. Namun, karya abadinya masih relevan dan akrab dengan jaman sekarang. John Lennon ditembak di depan kediamannya tanggal 08 Desember 1980. Tragedi tersebut telah diketahui dunia dan tetap dikenang hingga saat ini. Movielitas sendiri hanya mengenal karya-karya Lennon, dan untuk tragedi penembakan tersebut mungkin juga bagi sebagian orang hanya sebuah tragedi. Apa yang diulas di film ini bukan pada kasus penembakannya, melainkan pada sekitar yang terlibat setelah tragedi tersebut. Cerita tentang tarik ulur berita duka dan misteri apa yang terjadi sesaat setelah tragedi penembakan. Yang jelas, bagi Movielitas, film ini tidak "bernada" mencari siapa yang benar siapa yang bersalah. Karena memang sudah terjadi. Film ini secara tidak langsung kembali mengajak pemirsa untuk merenungkan pemikiran seorang John Lennon. **Iro

Indahnya kedamaian dalam hukum rimba di rumah Mowgli

Speechless dengan film Disney ini. Keren luar biasa. Salute untuk Disney dan Jon Favreau. Ceritanya menarik, aktor ciliknya menggemaskan dan berakting top, visual efeknya (entah hewan yang digunakan sungguhan atau dibangun dengan program komputer) luar biasa, dan pesan moral nya khas Disney sangat gampang ditangkap. Namanya juga The Jungle Book . Bagi Movielitas dari judul itu sudah tersirat seperti apa film ini. Negeri Dongeng. Dan memang demikian, segalanya bernyawa (kecuali tumbuhan yang disini terlihat "diam"). Tidak hanya bernyawa, hewan pun berbicara, bahkan bernyanyi. Seperti layaknya dongeng umumnya, kisah dongeng memang seharusnya tidak sulit dicerna. Begitu juga alur cerita sekaligus konflik film ini, mudah sekali ditangkap. Dan, seperti dongeng juga, kisahnya seharusnya punya pesan moral yang dibungkus dengan kisah fantasi. Movielitas menangkap pesan moral yang indah dari film ini. Khas Disney. Yaitu indahnya kedamaian. Movielitas masih juga ti

Cinta mobil atau cinta lawan?

Film kali ini mengusung tema drama pop khas remaja yang up to date dengan dunia sosial media kekinian. Alur ceritanya simple, pernak-pernik cerita juga standard dengan memasang wajah-wajah pemeran yang muda, dan rupawan. Begitu pula dengan konflik yang diangkat tak terlalu berat sekaligus mudah ditebak arahnya. Awalnya musuhan antara laki dan wanita kemudian fall in love. Bicara soal konflik cerita, Movielitas kembali teringat pada kontes jaman dulu yang pernah ada. Entah sekarang masih ada atau sudah dibekukan. Yaitu kontes Touch The Car . Dimana kontes ini diikuti beberapa peserta dewasa yang berjuang meraih hadiah sebuah mobil baru dengan cara bertahan paling lama memegang mobil tersebut. Seru juga, namun dulu pas tayang di salah satu televisi swasta, Movielitas kurang begitu suka mengikuti. Yang menarik adalah sisipan kritik sosial dan pesan moral yang disampaikan. Film ini menyindir perilaku muda-mudi sekarang yang mengukur kehidupan dari sosial media atau disebut