Skip to main content

Posts

Enam menit yang mengacaukan hidup seorang Vada Cavell

Sajian drama yang bepusat pada karakter tokoh Vada Cavell. Vada Cavell adalah gadis belia 16 tahun biasa yang sedang mencari jati diri. Vada Cavell "berkenalan" lebih dekat secara tidak menyenangkan dengan dua orang teman sekolahnya, Mia Reed dan Quinton , di sebuah tragedi berdarah yang terjadi di dalam sekolah pada saat jam pelajaran berlangsung. Mereka bertiga terjebak di kamar mandi untuk menghindari konflik berdarah. Alur cerita film ini sebenarnya biasa saja. Tentang traumatis yang dialami Vada Cavell. Yang paling menonjol bagi Movielitas pastinya adalah akting aktris Jenna Ortega sebagai Vada yang menjadi pusat cerita. Luar biasa. Pas. Fisiknya, outfitnya, dan aktingnya bisa menggambarkan suasana yang dialami karakter Vada dan betapa bahayanya sisi traumatis bila tidak dikendalikan atau seseorang tidak punya kapasitas mengendalikan emosi traumatis. Menurut Movielitas, film ini cukup bagus. Bukan dari segi isi ceritanya atau konfliknya, melainkan dari permainan transisi

Sang Manipulator

Netflix serial, terutama bagian dokumenter crime -nya bagus. Tidak semua juga tidak selalu, hanya bagi Movielitas, beberapa produk Netflix Serial memang cukup berkesan. Seperti sajian kali ini, The Puppet Master : Hunting The Ultimate Conman. Salah satu yang membuat penasaran Movielitas untuk menonton biasanya dilihat dari deskripsi singkat di bawah layar film-nya. Kalau tidak menyebutkan nama terutama nama tersangka, Movielitas akan lanjut menonton. Biasanya seperti itu. Di The Puppet Master ini terdiri dari tiga episode. Tiga babak. Dimulai dengan episode They Vanished , Chasing A Ghost , dan Setting A Trap . Ada dua kisah yang ditampilkan secara beriringan , dengan satu konflik yang sama. Tentang orang yang tiba-tiba "menghilang". Menghilang disini bukan dalam arti no contact . Orang hilang tersebut masih hidup namun entah dimana.  Narasumber pertama dari anak-anak keluarga Mark Clifton. Narasumber kedua, adalah Sarah Smith dan John Atkinson. Dari keluarga Clifton, Mark Cl

Wonderland

Untuk kesekian kalinya kerjasama antara Peter Berg dan Mark Wahlberg. Kali ini mengangkat kisah seorang mantan polisi, Spenser, yang masih terseret di pusaran kasus lamanya. Spenser sendiri sempat harus dipenjara karena memukuli atasannya sendiri. Setelah menyelesaikan masa hukumannya, mau tidak mau Spenser kembali ke kasus lama yang masih berhubungan dengan lembaga kepolisian tempat dimana Spenser bekerja. Tapi, jika dibandingkan dengan karya Lone Survivor ataupun Deepwater Horizon, menurut Movielitas kali ini kualitasnya masih jauh di bawah judul-judul tersebut. Alur cerita di film ini boleh dibilang tidak terlalu sederhana. Banyak tokoh yang terlibat di dalam satu konflik. Mau tidak mau harus sedikit extra perhatian di alur cerita. Konflik yang diangkat dibalut dengan misteri demi misteri pertanyaan seputar pembunuhan polisi. Menarik sebenarnya tapi tergantung selera penonton. Bagi Movielitas, kurang berkesan. Hanya soal komedi, memang beda. Komedi yang ada disini tidak disebar di b

Tembak dua kali

Sepuluh tahu sudah berselang. Empat sekawan yang terhubung dengan cara dan chemistry unik, Tallahassee-Columbus-Wichita-Little Rock, kembali dimunculkan di tengah kepungan zombie yang menyerang Amerika. Film Zombieland, termasuk salah satu film zombie yang cukup unik. Keseriusan menghindari zombie dibumbui dengan komedi. Dan disini, masih tetap sama gayanya hanya ditambah lebih banyak tokoh baru. Alur ceritanya, ringan-ringan saja. Konfliknya bukan fokus ke zombie, tapi lebih ke konflik hubungan percinta-cintaan. Zombie-zombie disini cuma bumbu penyedap saja.  Menurut Movielitas, film ini lumayan sebagai hiburan ringan saja. Tidak ada yang istimewa kecuali penampilan Emma Stone yang masih bidadari dan Abigail yang terlihat paling beranjak dewasa. Sedangkan Woody atau Jesse, terlihat tidak banyak berubah. Soal spesial efek, tidak perlu dibahas. Overall, dari segi alur cerita dan konflik, biasa saja. Movielitas lebih menyukai film perdana-nya, Zombieland 2009. Zombieland : Double Tap (20

Cara mudah daftar dan menikmati layanan Netflix

Topik malam ini membahas tentang dunia streaming. Kalau jaman dulu, Movielitas mendapatkan film dari satu rental ke rental lain. Pada saat itu seperti menyenangkan bila berkunjung ke tempat rental, kadang juga bingung mendebarkan saat menjatuhkan pilihan sulit mencari film-film yang bagus. Saat itu film bagi Movielitas masih berbentuk fisik. Meski sudah ada internet tapi belum begitu mengenal. Sejak menjamurnya layanan warnet dan dunia per-download-an. Dunia rental pun pelan-pelan mulai seperti sadar diri. Era harus berganti. Movielitas menikmati era dunia copy-paste download film. Dan, lagi-lagi era dituntut berubah cepat. Internet semakin menjamur, internet pun semakin canggih menghadirkan sistem tonton secara streaming. Meski terlambat, akhirnya Movielitas ikut merasakan dunia streaming-an. Salah satunya adalah layanan Netflix. Awalnya dulu, Movielitas menganggap bahwa layanan Netflix ini hanya untuk mereka yang memiliki kartu kredit. Dan Movielitas bukan tipe orang ber-kartu kredit

Mencari gelang kecil berujung perang besar

Film yang keren dan bagus disini. Recommended untuk dinikmati. Gabungan plot yang tidak berat, komedi, dan aksi laga yang mumpuni. Berani berbeda. Film ini digarap oleh sutradara Ilya Naishuller yang pernah menyutradari film Hardcore Henry . Unik. Plot ceritanya berhasil membujuk penonton. Sesuai judulnya, di bagian awal memang akan diperkenalkan tokoh utama, Hutch Mansell seorang ayah sekaligus pekerja kantoran biasa yang sering berkutik dengan program Excel input data. Setiap hari rutinitas Hutch rumah-kantor-rumah-kantor dan seterusnya. Kegiatannya, bekerja, menikmati kopi, olahraga, makan, tidur, dan seterusnya. Persis dengan kehidupan Movielitas. Semua gambaran tentang Hutch Mansell sebagai ordinary man tiba-tiba berubah di tengah film hanya gara-gara sang anak mencari gelang kucing. Baru lah terkuak siapa sebenarnya Hutch Mansell ini. Plot di atas benar-benar membujuk Movielitas sebagai penonton. Twist karakter Hutch sangat enak dinikmati kelanjutannya. Tema ke-bukan siapa-siapa

Dibalik obat Ridocaine

Sajian kali ini berkisah tentang seorang ibu yang hidup dengan anak perempuannya. Sang anak menderita sebuah penyakit kelumpuhan dan harus hidup di atas kursi roda. Konflik terjadi karena pola pendidikan sang ibu yang terlalu "sayang" kepada sang anak hingga membatasi sang anak dari dunia luar. Hingga sang anak mulai beranjak dewasa dan mulai kritis terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Alur plot ceritanya lumayan. Seperti judulnya hanya terdiri 3 huruf, Movielitas menyukai gaya minimalis cerita, konflik dan pemainnya. Tidak perlu melebar kemana-mana. Gaya thriller-nya soft saja, tidak yang penuh emosional. Dari segi akting, chemistry antar duo aktris sebagai ibu-anak, Sarah Paulson-Kiera Allen, cukup bagus. Mungkin, versi Movielitas, film ini mengangkat realita yang kadang memang ada, dimana gaya didikan orang tua ada yang terlalu protektif dengan alasan kasih sayang. Di satu sisi baik, tapi di sisi lain, juga bisa "melumpuhkan" sang anak itu sendiri. Overall, ba