Skip to main content

Posts

Cara mengubah dunia

Bisa dibilang film ini merupakan karya kedua seputar The Almighty dari sutradara Tom Shadyac setelah sebelumnya menggarap Bruce Almighty (yang ini Movielitas belum menonton). Dan Steve Carell disini juga menyambung kesuksesan film 40 years Old Virgin . Berkisah tentang seorang anchor yang beralih ke dunia politik. Setelah sukses terpilih Baxter kemudian memanjatkan sebuah doa yang sederhana tentang keinginannya untuk mengubah dunia. Dimulai dari doa dan clue angka 6-1-4, petualangan “doa yang dijawab Tuhan” dimulai. Film komedi bernuansa cerah ini memakai gaya alur cerita yang cepat dan rapat langsung ke sasaran. Konflik yang dibangun tidak rumit untuk diikuti. Penyelesaian konflik demi konflik berlangsung singkat padat dan rapat. Dari sisi komedi, tidak sampai atau masih jauh jika dibandingkan dengan gaya komedi Ben Stiller. Mungkin yang heboh dari film ini adalah penggunaan CGI spesial efek yang tidak main-main. Selain spesial efek, hal lain yang mencuri perhatian adalah soun

Carut Marut The Institute

Pertama, ternyata ada nama besar di belakang film ini. James Franco. Tidak tanggung, James disini berdiri sebagai aktor, produser dan sekaligus menyutradarai. Ditambah tag based on true events . Lengkap. Movielitas pun penasaran. After taste , harus diakui kelas James Franco lebih pas menjadi aktor berbakat.   Melihat alur cerita film ini, terasa seperti melihat akting pertunjukkan ala di panggung. Beberapa scene, akting para pemainnya terasa kaku lucu. Alur cerita hambar. Mau horror tidak dapat, drama juga tidak pas. Konflik cerita-nya ikut menjadi kurang menarik lagi. Yang menarik, ada nude scene nya. Pemanis. Dan.....ternyata ada Pamela Anderson. Hanya sayangnya, karena background cerita mengambil setting tahun pra 1900an, akhirnya penampilan Pamela Anderson kurang "menonjol" dibandingkan di Baywatch. Overall, next film please… The Institute (2017) - 4/10

Sebelum mata tertutup...

Sebuah film dengan gaya alur cerita yang seikit unik. Tak beraturan dan berpindah-pindah. Berfokus pada satu karakter, Diana, hanya saja dibagi dua bagian yaiutu segmen Diana remaja dan Diana dewasa. Sepanjang cerita, menyuguhkan perpindahan cerita dari karakter Diana dewasa lalu ke Diana remaja, berpindah ke Diana dewasa, kembali ke remaja, dan seterusnya.   Dan, semua konflik diawali dari sebuah tragedi di sekolah Diana pada waktu remaja. Memang jatuhnya, film ini berharap twist yang dimunculkan di akhir akan terasa manis. Menurut Movielitas, memang ada twist, tapi tidak begitu terasa “manis”. Biasa saja. Overall, bagi Movielitas film ini memiliki alur cerita unik dengan plot cerita yang lumayan bagus kemudian dilengkapi dengan ending twist. Dan, menurut Movielitas juga, kalau twist-nya digeser ke aroma misteri horor mungkin lebih greget. The Life Before Her Eyes (2007) - 6/10

Salah bahasa bisa berakibat fatal

Harus diakui bila genre film seperti ini kadang sulit sekali masuk dengan selera Movielitas. Kesan pertama yang langsung mencuri perhatian Movielitas, lokasi rumah yang dipakai untuk karakter utama Louise Banks disini sangat keren. View -nya andalan yang sangat syahdu. Movielitas berharap kelak bila ada umur, Movielitas ingin punya rumah peristirahatan seperti milik guru bahasa cantik Louise Banks ini. Berikutnya, dan tak kalah penting pastinya, permainan spesial efek disini sangat keren. Khas Hollywood. Hingga pertengan jalan cerita, Movielitas spontan teringat pada gaya cerita film Contact , E.T , dan War Of The Worlds -nya Tom Cruise. Kurang lebihnya, ketiga film itu dipotong tipis-tipis lalu diogoreng dalam satu wadah film ini. Tema perkenalan dengan alien di Contact dengan Jodie Foster-nya sebut saja versi analog, lalu dikembangkan secara digital disini. Lalu ada Heptapods yang sekilas mirip dengan penampakan di War Of The Worlds. Dari segi plot alur cerita, Movielitas k