Skip to main content

Posts

Keindahan yang menggigit tajam

Sebuah film dengan lingkaran cerita yang sangat sederhana, dan Movielitas gemar dengan film bernada seperti ini karena tidak banyak "belokan" yang terlalu dalam dalam mencerna cerita. Film ini berkisah tentang seorang wanita yang "lari" sejenak dari kehidupannya berlibur di sebuah "pantai rahasia" atau a secret beach di daratan Meksiko. Namun, akhirnya liburan yang diisi dengan kegiatan surfing itu menjadi tragedi berdarah tidak jauh dari bibir pantai indah itu. Sebenarnya ada beberapa spot cerita yang memunculkan pertanyaan, bagaimana bisa begini atau bagaimana bisa begitu. Atau dengan kata lain, bagi Movielitas, susah di-logika. Satu hal yang pasti, alam pantai-nya keren. Indah sekali. Lalu, meskipun tema film seperti ini sudah pernah ada sejak dulu, tapi disini pandai memainkan visual yang apik kekinian. Ketegangan yang ditampilkan pun tersampaikan dengan baik. Movielitas juga suka dengan pengambilan gambar-nya. Terutama dengan pengamb

Another story of Ip Man

Film ini ternyata berbicara soal legenda seni beladiri Wing Chun yang dipopulerkan oleh Master Ip Man. Dilihat dari tahun rilisnya, film ini baru muncul setelah film Ip Man dengan aktor Donnie Yen . Entah mengapa dibuat versi Ip Man yang satu ini. Dan, kali ini yang didapuk sebagai Ip Man adalah Tony Leung. Bagi Movielitas, film ini secara garis besar memiliki alur kisah yang sama dengan versi Ip Man. Secara khusus, ada beberapa perbedaan yang membuat bingung antara mana yang benar dan salah dengan sejarah legenda Ip Man ini. Secara visual film ini jauh berbeda dengan versi Donnie Yen. Atmosfir film lebih banyak bermain dengan warna dark gold. Film terasa dark, suram, muram. Hampir tidak ada warna "cerah". Dialognya terasa beda. Story line pun tidak seringan Ip Man versi Donnie Yen, tapi terbagi dua antara kisah guru Ip Man pada era kejayaannya sebagai ahli beladiri dan kisah konflik keluarga Gong Er yang sedikit banyak juga melibatkan Ip Man. Lalu, dalam beberap

Pengalaman tetaplah guru terbaik, bukan teknologi.

Absolutely awesome. Sully, Clint Eastwood, and Tom Hanks. Sekali lagi, Movielitas memang menyukai gaya film dengan sutradara Clint Eastwood. Drama-nya selalu bukan drama biasa. Ada citarasa lain yang selalu bisa dihadirkan pada karya Clint Eastwood sebagai sutradara berkualitas tinggi. Sebelumnya, Movielitas masih samar mengingat bahwa Movielitas pernah membaca berita tragedi di sungai Hudson pada tanggal 15 Januari 2009 silam. Hanya saja, Movielitas tak bisa ingat di media apa membaca berita kecelakaan pesawat Cactus 1549 (US Airways Flight 1549) ini, pastinya bukan televisi sebab saat itu Movielitas masih merantau di "pulau orang". Dari sudut pandang penikmat berita, yang dapat Movielitas capai adalah atmosfir kepahlawanan seorang pilot. Dan, pastinya cakupan cerita surat kabar bagi Movielitas yang penikmat berita awam, hanya sebatas "luarnya". Heroik. Sudah selesai, begitu saja. Lewat karya film memori tahun 2009 dibawa kembali. Tapi, dengan c

Nostalgia dengan karakter Dick Tracy

Menurut data karakter Dick Tracy merupakan karakter komik, tapi Movielitas sendiri mengenal karakter Dick Tracy ini dari console Sega. Video game lawas, dan kaset yang Movielitas beli adalah Dick Tracy. Beberapa game lain-nya adalah Shinobi (ninja), Basket NBA 96 , Rambo 3 . Wah, luar biasa film ini kembali membawa ke masa kanak-kanak yang ceria tiada beban hidup. Meski sederhana dan kalah jauh dalam urusan kecanggihan dengan Playstation atau X-Box, tapi momen keceriaan dan lika-liku perjuangan dalam game-game itu sangat luar biasa bagi Movielitas. Film ini sukses untuk Movielitas kembali memutar, tak hanya film-nya, tapi juga kenangannya. By the way , sejak tahun kemunculannya film ini, Movielitas justru pertama kali menontonnya saat ini. Keren. Tidak banyak yang bisa Movielitas ingat dari Dick Tracy ini, console game hingga beberapa kaset permainannya pun entah dimana sekarang berada. Jubah kuning. Tommy Gun. Itu yang bisa Movielitas ingat dalam game lawas 2 di

Masalah dalam kembalinya sang buah hati

Sebuah sajian drama kriminal yang menimpa anak perempuan dari seorang seniman tato. Bisa dikatakan bila film ini diluar ekspektasi. Diceritakan bahwa sang seniman tato kehilangan anak perempuannya yang masih kecil. Bagian bagaimana dan kapan ayah-anak ini dipertemukan dalam cerita ini yang membuat sedikit kurang begitu antusias lagi. Keseluruhan, jalur ceritanya juga bisa ditebak cepat. Tidak terlalu istimewa jika dibandingkan dengan Mel Gibson berada di kursi sutradara Apocalypto. Blood Father (2016) - 6/10

Lone Wolf in Nam

Justru yang menarik dari film ini adalah sosok Rambo-nya. Sedangkan dari storyline dan pernak-pernik dalam film, sudah pastinya hampir sama dengan gaya one man show di seri pertama First Blood . Harus diakui memang bahwa Sylvester Stallone adalah salah satu aktor yang "berhasil" identik dengan satu karakter dalam film. Berbeda dengan karakter superhero seperti Batman atau Superman, karakter Rambo oleh Stallone ini dapat dibilang sebagai salah satu karakter yang irreplaceable . Tak tergantikan. Dan, hanya Stallone yang memang cocok membawakan karakter Rambo. Sejauh Movielitas amati dari awal muncul hingga akhir cerita, sosok Stallone terutama wajah, memang mampu membentuk sosok Rambo versi film (entah versi novel-nya). Dengan mimik wajah hard-tough dan potongan rambut yang "sangar", gaya utama Stallone adalah menampilkan karakter mantan militer dengan keahlian perang kelas predator, nyaris tanpa senyum, datar, dan dialog serba minimalis. Pas sekali.

Mematahkan ambisi mantan biksu yang keliru

Dulu, sebelum jaman internet seperti saat ini, hiburan paling menyenangkan adalah televisi yang saluran stasiun hanya satu saja. Lalu, pelan demi pelan, pihak swasta bermunculan mendirikan stasiun televisi baru. Film ini termasuk hiburan mewah pada jamannya. Begitu pula untuk Movielitas yang pada saat film ini tayang (merujuk pada tahun produksi-nya), saat itu Movielitas masih ingat bagaimana bahagianya bisa "mencuri" ikut saluran parabola orang lain (tetangga) dan stasiun televisi swasta yang saat itu masih free sinetron, bisa tampil di layar televisi secara jernih. Kalau salah ingat, film ini dulu juga pernah ditayangkan saat era televisi swasta masih "sulit" dinikmati selain dengan parabola. Dan, berkesempatan menikmati film kungfu klasik ini menjadi momen nostalgia sejenak untuk Movielitas. Pesan moral film ini menurut Movielitas adalah tentang materi dan ambisi. Hidup akan terasa damai bila tidak mengukur segala sesuatu dengan materi, setidaknya