Skip to main content

Posts

Tebusan berhadiah

Film klasik yang membuat Movielitas cukup penasaran karena unsur Mel Gibson-nya. Selain itu juga memiliki rating kolektif di IMDB cukup bagus. Dan, memang kesan pertama film ini menarik. Unsur misteri drama penculikan anak seorang jutawan, dikelola dengan baik. Meskipun pihak penculik sudah dimunculkan tapi tidak kehilangan citarasa misterinya karena yang menjadi persoalan bukan siapa yang menculik, melainkan alasan penculikan dan hubungan di balik penculik dan korban. Skema ceritanya tidak berat atau mudah diikuti karena porsi konflik utama yaitu penculikan tidak dicampur aduk dengan konflik lain. Lapisan konflik bila dibuat grafik, seperti membentuk kurva U. Dari titik awal kemudian berlarut-larut menjadi rumit lalu pelan-pelan menemui titik terang klimaks. Keseluruhan, Movielitas menyukai pola cerita seperti drama kriminal di sini. Simple tapi mampu menjaga rasa penasaran untuk menonton hingga akhir. Jadi meskipun klasik tapi masih tetap menarik. Ransom (1996) - 7

Hutan minta tumbal

Sebenarnya film garapan Lou Simon ini cukup menarik bila disimak melalui ide dasar cerita. Seolah mengajak pemirsa-nya untuk membayangkan tentang acara reuni yang diisi dengan aktifitas hiking di sebuah hutan. Tanpa disadari, hutan, yang seharusnya menjadi kenangan acara reuni berubah menjadi mimpi buruk, ternyata meminta tumbal nyawa pengunjungnya. Sedangkan yang berhasil selamat, harus kembali dengan tumbal baru....? Sayangnya kualitas akting, storyline , dan efek visual-nya kurang begitu menarik. Kaku untuk ukuran sebuah film. Contohnya, mati tertumpuk daun? Mungkin Movielitas sempat missing story dengan momen mati tertumpuk daun kering. Momen beruang. Menurut Movielitas, ekspektasinya adalah memunculkan beruang dewasa, tapi jika dilihat sepertinya anak beruang dan pengambilan gambarnya aneh. Otomatis, suasana horor yang ditampilkan pun jadi kurang maksimal. All Girls Weekend (2016) - 4/10  

You. Will. Get. Rich.

Opening scene-nya keren. Melissa McCarthy. Movielitas suka dengan gaya aktris satu ini. Penampilannya dan gaya komedinya memang khas. Segar. Dan, gaya Melissa memang cocok dengan gaya film drama komedi ringan semacam ini. Ringan dan menghibur. Dan film ini dapat dikatakan proyek "keluarga" karena disutradarai oleh suami Mellisa yaitu Ben Falcone. Alur ceritanya simple. Mudah diikuti. Konfliknya seputar sepak terjang seorang wanita bernama Michelle Darnell yang kaya dan sukses berwirausaha. Kemudian, jatuh terpuruk dipenjara karena saling sikut di dunia bisnis. Jadi, bila di-grafik-kan, sukses-jatuh-merintis-sukses-jatuh-sukses. Kisah Darnell ini juga mungkin sekaligus bisa menjadi cerita motivasi bagi semangat wirausaha. Dimana selalu ada kesempatan di setiap momen kehidupan. Meskipun hanya sekedar film, tapi paling tidak bisa diserap sedikit inspirasi dari kisah Michelle Darnell ini. Movielitas sendiri suka dengan gaya film seperti ini. Ringan. Fresh. Dan

Cerita tentang film The Last Mohicans

Sajian klasik seeputar kisah pada jaman pra-modern. Mungkin karena faktor perbedaan jaman, film ini terasa kaku pada gaya battle -nya. Yang bisa Movielitas tangkap inti ceritanya adalah konflik antara Inggris Raya melawan Perancis yang terjadi di tanah Amerika. Konflik kerajaan tersebut disusupi oleh kepentingan balas dendam oleh suku Huron. Penampilan suku Huron ini mengingatkan penulis pada penampilan suku pedalaman di Apocalypto. Entah sama atau tidak, Movielitas juga kurang begitu memahami. Judul The Last Mohicans sendiri merujuk pada tiga orang suku Mohawk yang ikut terlibat di pertempuran antara Inggris dan Perancis, yang sejatinya lebih dikarenakan oleh kisah cinta pria-wanita lintas ras. Dari segi konflik, cukup bagus. Tidak datar dengan satu konflik saja. Hanya soal gaya battle yang sedikit kelihatan kaku. Ada satu yang memorable dari film ini yaitu theme song -nya yang easy listening dan megah. The Last Mohicans (1992) - 6/10