Skip to main content

Posts

Atasan yang suka menghisap darah bawahan

Horor yang berusaha juga menampilkan sisi komedi dengan gaya setting lokasi seperti sitkom atau di dalam studio. Tidak nampak setting luar ruangan karena tema yang diangkat adalah horor yang terjadi di dalam sebuah kantor. Dari judulnya tentu bisa sedikit menebak horor yang dipilih berjenis "hisap menghisap" darah manusia. Sayangnya, kurang mantab dan komedinya kurang begitu mengena. Terasa datar dan biasa saja. Sedikit berlebihan dalam menampilkan muntahan darah sebagai aksesoris horornya. Keseluruhan, kurang begitu menarik. Bloodsucking Bastards (2015) - 5/10

Keluarga itu lenyap begitu saja...

Demi menarik perhatian, di posternya di tulis embel-embel Paranormal Activity dan Insidious . Jurus yang juga sudah dipakai di beberapa film horor lain yang mencantumkan embel-embel "nama besar" di poster film. Entah itu dari produser film itu, dari sutradara film ini, dari soundman film ini atau juga dari driver film itu. Begitu film dibuka, langsung tanpa banyak basa-basi digeber dengan suasana malam mencekam. Tidak kalah dengan dentuman dan musik keras. Andalannya sepanjang film lebih ke adegan yang mengagetkan semata. Baik konflik, alur cerita, dan akting para pemainnya, hampir bisa ditebak arahnya. Pola atau template cerita film ini seperti sudah sangat umum dan cukup banyak digunakan film horor era ini. (Setidaknya saat Movielitas menulis ini, belum berganti dan belum ada perintis gaya horor yang berani keluar dari pakem adegan kejutan plus dentuman serta musik keras atau hanya mengandalkan polesan make-up seram semata). Tapi, menurut Movielitas, sebena

Officer Down Scenario

Film yang "sulit" ternyata bagi selera Movielitas. Tapi, ada yang menarik disini yaitu jajaran aktor-aktris pendukungnya. Ada Casey Affleck, Chiwetel Ejiofor, Anthony Mackie, Woody Harrelson, Allan Paul,Kate Winslet, dan Gal Gadot. Khusus untuk Kate, penampilannya benar-benar beda. Konfliknya cukup rumit, jadi perlu ekstra perhatian biar tidak kehilangan rangkaian cerita. Bila diurut maka ada, kelompok perampok, polisi jahat, polisi baik, dan mafia. Kaitannya, kelompok perampok ini bekerja pada mafia Rusia karena faktor ipar, di dalam kelompok perampok justru ada polisi yang jahat. Namun, sialnya polisi jahat ini justru harus berpartner dengan polisi baik yang juga memiliki saudara polisi baik. Complicated but linked. Rumit, tapi berhubungan satu sama lain. Ibaratnya jalan cerita film ini sebenarnya arahnya satu namun bercabang banyak dan semua diberi porsi cerita yang hampir sama. Keseluruhan, rumit. Kurang simple. Tripple 9 (2016) - 6/10

Instagramable but not enjoyable

Sebuah sajian film dengan cerita yang memasukkan unsur kekinian dunia remaja dengan aroma horor pembunuhan. Kekinian dunia remaja disini maksudnya adalah seputar gadget dan aplikasi. Gadget yang dimunculkan adalah Iphone. Lalu serangkaian aplikasi muncul sebagai "iklan". Mulai dari instagram, facebook, find my phone, kemudian lewat dialog ada twitter, linked-in, snapchat. Setidaknya itu yang bisa Movielitas tangkap. Alur ceritanya, sederhana. Tidak rumit. Akting aktor-aktris-nya, standard. Aroma horornya, bagi Movielitas kurang menarik. Terlalu flat karena seperti sudah umum gaya yang dipakai disini. Yang menarik bagi Movielitas adalah sosok karakter Kim yang diplot sebagai twist . Cukup menarik, sayangnya kurang maksimal menutupi keseluruhan jalan cerita film. Mungkin target film ini lebih ke film yang dibentuk instagramable. Berhubung dari sekian banyak "iklan" yang dimunculkan sekilas demi sekilas, dan Movielitas sendiri hanya sedikit aktif di

Tali persaudaraan di tengah hutan

Yang membuat penasaran dengan film ini pertama kali adalah kata " forest " -nya. Karena Movielitas berekspektasi akan ada banyak scene yang menampilkan keindahan alam natural hutan belantara. Kedua, tentu saja nama Ellen Page. Bintang cantik ini bagi Movielitas punya daya tarik tersendiri yang unik. Bisa main komedi, thriller, apalagi drama. Disinipun, penampilan Page bagi Movielitas juga tergolong unik. Berdiri sebagai produser juga poros karakter utama sebagai remaja yang hidup di hutan dengan ayah dan seorang (terlihat) kakak wanita. Bahkan di usianya yang kepala tiga, penampilan Page masih seperti remaja. Tapi, sayangnya film ini berjalan kurang begitu menarik. Bahkan seperti judulnya dapat dikatakan seperti bingung menentukan arah di dalam hutan. Secara singkat film ini berkisah tentang sebuah keluarga kecil hidup terpencil di tengah hutan dengan teknologi tinggi (bernuansa masa depan). Konflik (yang terasa dari awal cerita) adalah hilangnya tenaga li

Perjumpaan anarkis antara pegawai,perampok,dan pembunuh

and done... Film yang seharusnya menjadi film kriminal dengan campuran aksi laga penyanderaan dan pembunuhan. Tapi, sayangnya jadi "komedi". Berkisah tentang sebuah bank menjadi sasaran anarkis bagi perampok dan seorang pembunuh berantai yang jadi buron polisi Los Angeles dan dijuluki The Window Killer karena trademark nya yang selalu mencongkel mata korbannya (kurang lebih maksudnya mata adalah jendela jiwa jadi diberi gelar The Window Killer ). Setting lokasi bank, unik dan imut lucu. Lebih tepatnya seperti kantor koperasi simpan pinjam. Atau juga lebih mirip kafe ketimbang kantor penyimpanan harta berharga. Dan, dengan keamanan yang super minimalis. Tidak ada security dan kamera CCTV (meskipun diceritakan lagi mau ditutup). Pada beberapa bagian, akting para aktor aktris di dalamnya terlihat kaku dan "lucu". Terasa kurang pas untuk jadi perampok ataupun polisi. Salah satunya adalah momen negosiasi yang santai sekali antara presiden perampok

Lari Lola Lari

Unik. Simple. Cerdas. Itu kesan pertama saat menyaksikan film dari negara Jerman ini. Meskipun bukan dari kalangan Hollywood tapi tak kalah menarik. Yang pertama mencuri perhatian adalah gaya visualnya yang unik. Gaya pengambilan gambar serta campuran visual kartun membuat film ini terasa segar, santai tapi serius. Konfliknya sederhana saja. Demi menyelamatkan sang kekasih, Lola harus berlari kurang lebih 20 menit mencari uang 100 ribu mark. Itu saja. Meskipun konfliknya terlihat sederhana, namun konflik dijabarkan melalui tiga cerita tiga kesempatan yang berbeda-beda namun tetap pada garis inti yaitu Lola harus berlari mencari uang 100 ribu mark dalam waktu 20 menit demi menyelamatkan sang kekasih. Keseluruhan, Movielitas suka film ini . Alur ceritanya cerdas dengan konflik yang sederhana. Run Lola Run (1998) - 7/10