Skip to main content

Posts

Ucapan khas "...jangan lupa oleh-olehnya.."

Saat kita berpergian (liburan) salah satu hal yang "wajib" dibawa kembali (khususnya bagi rekan atau tetangga) adalah buah tangan / oleh-oleh. Di kota ini, ada banyak oleh-oleh khas kota. Mulai dari apel, dari apel itu juga ada minuman sari apel, juga ada kripik apel, strudel, juga ada kripik tempe. Sayangnya, tidak bisa berkomentar banyak karena tidak pernah mencicipi. Tapi, dari sekian banyak oleh-oleh khas dari kota ini, ada satu yang pernah penulis cicipi langsung. Yaitu pia mangkok. Sumber : olx.co.id Soal sejarah mengapa disebut pia bisa dilihat di sini .Untuk harga, penulis tidak bisa update harga terbaru. Varian rasa, sepertinya lima rasa. Segi rasa, menurut penulis relatif karena setiap orang punya penilaian sendiri. Tapi kalau ditanya soal rasa favorit, bagi penulis rasa favorit adalah keju. Apalagi kalau dimakan sambil ngopi pada sore hari sembari menikmati film favorit wahhh ..... jangan ditanya, penulis saja belum pernah seperti itu... Sal

Berawal dari penolakan

Film ini memakai gaya jilid pertamanya . Tapi bila penulis harus memilih, penulis masih lebih menyukai jilid pertamanya yang jauh lebih "ramping" dan powerfull di sesi revenge -nya. Disini, terlalu kompleks dan berbelit. Proses revenge nya berbeda dengan jilid ke-satu yang ringkas, disini hingga entah berhari-hari lamanya menuju proses revenge . Berawal dari ingin tenar. Lalu berujung pada pelecehan. Tempat Kejadian Perkara ada di New York, namun entah bagaimana pembalasan dilakukan di Bulgaria....*!?/*:; Gayanya masih sama dengan yang pertama. Alur ceritanya juga sama, wanita yang tersendiri mengalami insiden pemerkosaan kemudian terpuruk jauh ke bawah batas penyiksaan, lalu kembali bangkit dan balas dendam. Konfliknya juga hanya disini terlalu berlebihan. Yang pertama jauh lebih natural. Segmen pembalasannya disini kurang powerfull dan terasa memaksa super sadis. Untuk karakter, disini dipasang jauh lebih banyak. Dan, untuk karakter wanita utama, di jil

Cinta dari bangku belakang

Pernah mengalami hal yang sama seperti karakter Cooverman disini? Karakter lelaki "tak terlihat" di sekolah yang jatuh cinta kepada seorang gadis cantik mungil nan seksi. Kalau pernah, berarti film ini mungkin akan cocok dinikmati. Berhubung penulis tak pernah mengalami hal seperti di film ini, tentu saja hanya datar-datar saja menikmati kekonyolan demi kekonyolan dalam film ini. Alur ceritanya sedikit kaku antara satu segmen ke segmen berikutnya. Kekonyolan yang ditampilkan datar dan kurang bisa menjadi lucu. Sisi drama maupun romantisnya terlalu berlebihan. I Love You Beth Cooper (2009) - 5/10

Kecemburuan yang memanggil iblis

Sebuah film dari negara Kolombia, yang bisa dikatakan diangkat dari kejadian nyata. Alur ceritanya berjalan dengan 3 karakter besar yang berjalan masing-masing dengan dunianya. Ada seorang pastur Ernesto yang sedang dibuai cinta. Ada seorang wanita miskin namun cantik, Paola, yang kemudian berubah menjadi kriminal, ironisnya kemudian diperkosa. Terakhir, ada karakter Eliseo yang merupakan pensiunan tentara yang kemudian beralih profesi menjadi guru bahasa inggris. Menurut versi penulis, kata judul Satanas disini berarti setan. Namun bukanlah setan yang digambarkan seperti dalam film horor, melainkan sisi iblis yang ada di hati manusia. Iblis tersebut kemudian digambarkan melalui kisah ketiga karakter di atas. Ada pastur jatuh cinta. Ada wanita yang memakai kecantikan serta kemolekan tubuhnya demi uang, dan ada seorang veteran tentara yang sedang terbakar cemburu buta lalu melakukan pembunuhan kolosal. Bagi penulis, film ini biasa saja. Tidak ada yang istimewa.

Mengusik tidurnya ancient alpha predator

Sebelumnya, sudah ada film dengan judul sama di tahun 1998. Dan, kali ini diremake dengan tampilan jauh lebih modern. Yang kurang pas bagi penulis adalah kehadiran monster lain yaitu Muto. Jadi, seolah, film ini hanya pertemuan dua monster lalu diadu dan "sibuk sendiri". Akhirnya karakter manusia disini jadi "terpinggirkan". Kehadiran karakter manusia akhirnya hanya jadi "penggembira" saja. Plot ceritanya biasa saja. Kemunculan Godzilla dan rekannya, memang megah. Permainan efek serta detail gambarnya pastinya bagus. Jika penulis memilih antara Godzilla tahun 1998 dan yang ini, penulis lebih suka gaya plot Godzilla 1998. Plot cerita lebih fokus karena Godzilla disini tanpa tandingan. Godzilla (2014) - 6/10

Terkepung oleh monster

Jadi begini...ada sebuah bar. Entah lokasinya. Di dalam bar itu dijejali dengan beraneka macam karakter. Mulai dari si tua si muda, anak, dewasa, jackass, joker, koboi, seksi, bitchy , naughty , bijaksana, motivator, lugu, belagu. Kemudian, tanpa sebab, muncul lah seekor makhluk yang menyerang secara brutal. Akhirnya mereka menjadi terkepung bersama-sama dalam indahnya kebersamaan... Alur ceritanya sudah biasa. Sangat umum sekali. Andalannya disini adalah keseksian wanita,namun sedikit porsinya, lalu kesadisan sang monster yang mampu membelah-belah tubuh, lalu muncratan darah kemana-mana. Dominasi background cerita sendiri berwarna merah, monsternya pun demikian. Pokoknya monster. Besar berlendir-lendir dan menakutkan. Konflik horor-nya tentu saja, menunggu siapa korban berikut, menanti kesadisan, paduan suara teriakan histeria, the last hero standing. Standard. Totally ... biasa saja. Feast (2005) - 5/10

Lost and alone in space

Megah. Nilai lebih film ini adalah kemegahan dalam kesederhanaan. Alur ceritanya simple. Konfliknya juga simple sekali. Kembali pulang. Namun, konflik antariksa yang dimunculkan tak hanya sederhana. Teknologi visual efek disini detailnya sangat halus, mewah, megah, indah. Visual efek yang ditampilkan mampu menciptakan kemegahan dalam kesunyian tiada batas di antariksa. Visual efek yang disajikan juga mampu menarik emosi kita ikut larut seolah-olah berada "dekat" serta ikut merasakan melayang berada di ketinggian jutaan kaki di atas langit. Menakutkan namun indah. Bukan hanya konfliknya yang simple, tapi juga para pemain pendukung. Sebagian besar alur cerita hanya menampilkan Sandra Bullock. Lalu bagian lain ada George Clooney. Tak perlu banyak pemain bintang macam-macam banyak gaya, cukup dua saja, namun sudah sangat "kena". Sebuah tampilan film yang ringan, simple, mahal, tetapi memberikan kesan dalam yang setimpal. Hebat. Luar bia