Skip to main content

Posts

Kasih sang induk harimau

Film Korea yang ini boleh penulis golongkan ke sebuah film drama psikologis yang " sakit ". Bagus namun " gila ". Tentang seorang lelaki yang berprofesi sebagai tukang tagih hutang. Bukan menagihnya yang menjadi konflik cerita melainkan bagaimana caranya menagih yang bisa dibilang brutal. Film Korea memang pandai memainkan emosi penonton. Konflik film ini dibuka lagi dengan konflik baru yaitu ketika seorang ibu muda datang dan mengaku sebagai ibu kandung tukang tagih brutal yang tadi. Dilema. Permainan akting Lee Jung Jin sebagai tukang tagih memang pas. Dingin dan sadis, tak hanya sadis kepada para peng-hutang tetapi juga kepada ibunya sendiri. Disini letak permainan emosional cerita film ini. Luar biasa meski ada beberapa adegan yang cukup "keras", tapi keseluruhan film ini menghadirkan kisah dengan emosional yang dalam dan menyakitkan. Pieta (2012) - 7/10

Sexy Legion

Ceritanya biasa. 5 gadis "bermasalah" masuk sekolah agama dan sekolah itu ternyata berhantu. Horornya datar dan bisa ditebak. Namanya juga "bermasalah" jadi seksi adalah andalannya. Tapi jualan seksi-nya masih nanggung alias malu-malu atau setengah-setengah. 5ive Girls (2006) - 5/10

Beauty is come from attitude

Drama yang menarik. Olahan rasanya warna warni cerah. Dan Korea memang cerdas mengolah rasa dalam film. Pertama, drama. Ada sedikit renungan di drama kali ini. Bahwa manusia terlahir baik apa adanya. Agak sedikit naif dan melugukan diri sebenarnya, namun tidak ada salahnya direnungkan kembali bahwa manusia pasti terlahir baik apa adanya. Yang membuat cantik adalah sikap. Bagaimana kita bersikap akan memberi aura tersendiri. Bila kita cantik dan matrealistis, tentu auranya akan buruk. Bahkan anjing pudel akan lebih terlihat cantik. Tetapi, bila kita menerima fisik dan tidak matrealistis tentu saja akan menjadi manusia semanusianya. Trully pretty human nature. This is just a movie. Not real. Karakter Hanna/Jenny disini hanya fiksional belaka. Aslinya, sulit menemukan cinta apa adanya di muka bumi. Kedua, Komedi. Jujur saja, kalau komedi hanya bagus di awal-awal saja. Memasuki pertengah hingga ending komedinya kurang begitu terasa dominan. Ketiga, dramatisasi. S

Misi Agen 47 di Rusia

Pernah bermain video game nya? Kalau penulis belum pernah. Baru tahu Hitman ya dari film ini. Mungkin, akan lebih mudah larut menyelami gaya karakter Agen 47 ini bila pernah atau gandrung pada video game-nya. Kalau bagi penulis, yang tanpa mengenal video game-nya, film ini sebenarnya cukup menarik. Gaya Agen 47 sebagai pembunuh bayaran dengan style minim bicara, tenang, berekspresi datar, dan dengan akurasi 90% hampir 99 % tanpa terluka, sudah cukup menarik. Timothy Olyphant sudah cukup pas membawakan karakter Hitman baik fisik maupun style -nya. Penampilan Hitman sendiri, selalu berjas rapi, botak, di-barcode di bagian belakang kepala, cukup segar memberikan warna lain dari sekian umum karakter pembunuh bayaran yang bertebaran di film-film. Aksi laganya. Lumayan. Cool. Calm . Ada slow-mo di sela-sela aksi laga yang seharusnya cepat. Ada nama Luc Besson di belakang film ini, akhirnya gaya laganya seperti sudah tidak asing. Yang paling berat buat penulis adalah int

One Love One Heart, let's get together and feel all right

Apa yang bisa penulis petik dari film Marley adalah banyak. Pertama, penulis seperti membaca buku biografi kecil seorang Bob Marley yang dikagumi dunia. Berangkat dari kehidupan yang serba susah, seorang Marley menemukan "jalan keluar" dari gitar-nya. Quote . Banyak quote yang dalam dan menarik direnungkan. Penulis sendiri sangat susah untuk menuliskannya satu persatu. Hanya yang berkesan antara lain quote dari Marley sendiri bahwa kekayaannya bukanlah uang yang dimiliki melainkan hidupnya adalah kekayaannya. - Luar biasa. Bicara gaya hidup selebritis, tentu saja akan kurang cocok dengan irama kemunafikan lokal. Dan disini memang gaya hidup Marley "berseberangan" dengan gaya hidup secara umum. Memiliki 11 anak dari 7 wanita dan juga ganja. (Berbeda bukan?) - hebatnya, dunia mengenang bukan gaya hidupnya, melainkan pemikiran yang terkandung dalam setiap karya lagunya. ( Kalau di lokal-an sini, seringkali terbalik, prinsipnya terkenal lalu sensasi dan

Jah Rastafara

Done. Dua jempol untuk film ini . Sebuah film dokumenter tentang seorang yang dikenal dunia dengan nama Bob Marley. Dan, penulis "berangkat" dari titik nol, karena penulis sebelumnya tidak begitu banyak mengenal karya Bob Marley juga pemikirannya. Namun, film ini mampu menghadirkan meski hanya "secuil" tapi setidaknya mampu membawa penulis ke masa lalu. Di karya Kevin MacDonald ini kita akan dibawa ke masa kecil, masa jaya, dan masa terakhir seorang Bob Marley. Alur cerita disampaikan oleh kesaksian orang-orang yang pernah dekat dengan Marley. Mulai dari guru, sepupu, anak, rekan band, hingga suster yang merawat Marley di kala sakit. Dan, pengaturan kisah demi kisah ini disampaikan secara apik oleh sutradara Kevin. Runtun, rapi dan menarik. Sebagai pendukung, disertakan pula rekam jejak foto, footage cuplikan video, rekaman interview dengan Bob Marley jaman dulu, dan tak ketinggalan mahakarya Bob Marley yaitu musik reggae. Keseluruhan, dokumenter in

Real people, real situations, real sex, minimal editing, and a serious script

18++ Kali ini lagi mendapatkan film yang "gila" dan "sakit". Dari judulnya sudah bisa ditebak film ini dari mana. Kisahnya tentang bintang film porno yang sedang habis masa jayanya. Konfliknya ada di tengah keterpurukan, bintang film spesial ini mendapat tawaran kontrak kembali ke dunia film seni bugil. Alur ceritanya biasa. Hanya saja banyak adegan vulgarnya. Dan beberapa terasa "sakit" untuk dinikmati. Film ini juga menawarkan twist di ending dan sayangnya bisa ditebak, akhirnya jadi kurang menarik lagi. Pesan moral film ini mungkin terdapat di dalam dialog antar artist of fvck dan sang produser film of fvck , yaitu pornografi adalah seni. Nah, kalau sudah dicap seni akhirnya jadi ambigu. Siapa yang bisa menyangkal lagi kalau sudah dibela oleh sang seni? Tidak heran para artis demi uang dengan alasan seni rela melakukan apa saja karena hakim terkuat adalah seni. Tidak ada yang bisa menyalahkan seni. Buang angin saja juga seni. Semu