Skip to main content

Posts

Dendam kesumat di balik hasil otopsi lama

Kalau sebuah film menghadirkan kisah pembunuhan misterius sepertinya sudah biasa. Namun, entah kebetulan atau memang kebanyakan film Korea yang penulis dapat memiliki nilai lebih. Seperti kisah di dalam film ini, memiliki dasar pemikiran berat untuk jalan ceritanya. Menariknya, pemikiran dalam dan berat tersebut diterjemahkan ke dalam urutan cerita yang mudah diikuti. Konflik yang dihadirkan di film ini awalnya terasa ringan saja, ada pembunuhan serta mutilasi. Kemudian, ada pembunuhnya. Namun, setelah itu tak hanya sesederhana begitu saja. Dibalik pembunuhan, penonton diajak untuk ikut merasakan dilema besar yang dialami oleh Profesor ahli forensik dimana putrinya diculik. Antara profesi, tanggung jawab, serta keselamatan nyawa putri kesayangan. Tak cukup begitu, konflik baru kemudian membanting emosi dimana ada sejarah panjang dibalik dilema sang ahli forensik. Yang menarik dari film Korea kali ini adalah "kerumitan" konflik dalam film ini yang menarik dan

Project A 2

Kurang bisa mengikuti. Menyimak isi cerita film garapan Jackie Chan kali ini seperti terlambat ke stasiun alias ketinggalan kereta. Intinya polisi baik membongkar polisi jahat. Atraksinya lumayan. Khas akrobatik Jackie. Namun, ceritanya yang sulit "dikejar". Project A II (1987) - 6/10

Kesalahan di mata hukum, kebenaran di mata manusia

Sendu. Atmosfir film yang terasa adalah sendu suram. Dibandingkan dengan Panic Room atau Flightplan , penampilan cerita Jodie disini masih kalah. Disini konfliknya terlalu layu. Kurang semangat kurang mantab. Pemasangan Terrence Howard kurang banyak membantu bahkan menurut penulis, ada tidak adanya karakter Mercer disini tidak begitu berpengaruh. Inti ceritanya adalah pembalasan kasus perkosaan, namun di sela waktu pembalasan, karakter Erica Bain meluangkan waktu "berlatih" mental menembak pelaku kejahatan. Alur cerita mengisi waktu luang disini yang membuat kurang menarik karena karakter Erica sejak tragedi-nya tidak terlihat begitu "mengejar" sang pemerkosa dirinya dan pembunuh kekasihnya. Pertemuan antara Erica dan karakter jahatnya pun akhirnya dipertemukan dengan gaya "kebetulan" oleh detektif Mercer bukan usaha keras Erica. Pesan film yang tertangkap adalah berusaha menampilkan dan mengajak menikmati sudut pandang yang penuh dilema. Ant

Kisah perut samudera

Setelah seharian beraktifitas, memeras keringat, membanting otak, pusing stres dan lainnya, perlu penyegaran sejenak. Film berjenis seperti ini yang sepertinya cocok memberi penyegaran. Sedikit banyak membuat otak menjadi lebih fresh. Yang paling suka dari film ini adalah aliran kisahnya. Rapi. Dimulai dari pinggir laut, pelan-pelan masuk ke dalam laut untuk memulai kisahnya dimulai dari spesies terkecil. Beranjak ke besar hingga yang besar sekali. Laut. Pengalaman penulis, selama tidak pernah melihat langsung atau hanya pernah melihat laut dari foto atau layar kaca, tidak akan pernah merasakan menjadi "kecil". Di dekat laut, kita akan merasakan "kecil" dan sama dengan yang lain. Tak kan ada bedanya bagi ombak laut, siapapun akan diterjang. Karena ombak laut tidak memilih kaya atau miskin. Melihat laut di film ini ada pengalaman luar biasa. Tenang. Syahdu. Menampung jutaan spesies yang bisa kita jadikan sebagai pengetahuan baru. Melihat tingkah pola

Kebetulan cinta dalam berduka

Ini adalah salah satu film Harrisson Ford yang memakai gaya drama lembut. Dan tidak terlihat di bagian awalnya. Di bagian depan film, penulis tertarik dengan tema penggambaran karakter polisi yang sudah berumur namun masih gagah, Dutch. Di tempat lain ada Kay, seorang politikus matang nan manis yang berlomba untuk maju dalam pemilu. Kemudian cerita "berbelok" dengan meninggalnya istri Dutch secara "misterius". Bukan bagaimana meninggalnya namun di balik mengapa bisa sampai meninggal di pesawat jurusan Miami. Penyelidikan pun dimulai, masih menarik. Kemudian, barulah ada koneksi antara kisah Dutch dan politikus Kay. Namun, yang terjadi kemudian adalah berbalik. Minat menjadi down ketika cerita yang dibangun dari awal adalah kisah romantisme dua orang yang sama-sama kehilangan orang terdekat di dalam pesawat. Cerita pun berganti arah menjadi cerita cinta... Masih berjalan dengan kisah cinta panas, masing-masing diimbuhi konflik sendiri-sendiri. D

Cerita dalam pesawat United 93

Satu lagi sebuah karya Paul Greengrass yang berhasil penulis tangkap. Dan, sekali lagi film yang berbicara soal terorisme setelah Green Zone , Sunday Bloody Sunday , dan Captain Phillips yang penulis dapatkan lebih dahulu. Dan, Paul Greengrass menampilkan sebuah karya yang baik disini. Bila sebelumnya penulis telah menyimak film dokumentasi dari pemadam kebakaran New York pada saat terjadi tragedi WTC, kali ini sudut yang diambil oleh Paul adalah dari dalam pesawat United 93. Dimana seperti yang menjadi sejarah dunia pada tanggal 11 September 2001 , gedung WTC ditabrak oleh pesawat komersil yang dibajak, kemudian Pentagon. Dan, pesawat United 93 ini termasuk dalam daftar pesawat yang dibajak hanya tidak mencapai targetnya (Gedung Putih). Menurut penulis, meski ditulis no one survived , sepertinya cerita "bagaimana" kondisi pembajakan di dalam pesawat diambil dari serangkaian hubungan telepon via penumpang kepada keluarga kerabat yang berada di darat. Yang menur

Saudara lintas batas

Film Korea ini membuktikan beberapa hal. Bahwa sejatinya keberadaan subtitle itu sangatlah penting dalam sebuah film, minimal bahasa Inggris, terutama bagi yang memiliki pengetahuan bahasa asing sebatas bahasa gaooll nya saja. Kedua, film ini menegaskan bahwa tidak hanya men- judge film dari luarnya saja atau poster teaterikalnya, karena akan membawa ke kekeliruan. Atau juga menilai dari hanya sebatas sepuluh menit pertama film. Setidaknya setengah dari durasi full film, apabila tertidur berarti memang kualitas cerita film di bawah rata-rata.... Penulis pun demikian, sempat tertidur. Hal ini dikarenakan masalah subtitle yang kurang komplit pengadaannya. Menyebabkan beberapa point penting dalam alur cerita menjadi missing. Dan, keberadaan subtitle yang tak sempurna tersebut sukses membuat penulis tertidur sebentar lalu me- rewind kembali. Tapi, semua itu dilibas. Keliru. Apalagi ketika masuk ke momen flashback setelah aksi bunuh diri lewat jendela. Film ini ternyata