Skip to main content

Posts

Hanya karena terlihat sangat bahagia

Pernahkan berlibur? Pasti pernah. Pernahkah terbayangkan pada saat berlibur bertemu dengan orang asing? Pasti dan banyak. Lalu, apa jadinya bila salah satu dari yang asing tersebut ikut berlibur dengan cara tak bersahabat tanpa alasan jelas? Pastinya membayangkannya pun tak akan pernah. Mengerikan. Setidaknya itu yang dialami sejoli Yoon Hee dan Jung Hyun. Mereka berlibur rencananya namun dirasuki oleh seorang tak dikenal yang membuat liburan mereka menjadi neraka tanpa henti. Film Korea satu ini bermain di horor psikologis dimana konsep ceritanya mengandalkan simpanan twist yaitu hanya sebuah alasan. Dan sepanjang film hanya "dibuat" menunggu kira-kira alasan apa yang ada di dalam hati seorang asing tersebut. #gaya ending film ini mengingatkan pada gaya konsep film yang dibintangi Vinnie Jones di Midnight Meat Train , yang tersiksa menjadi penyiksa. Seperti ada transfer jiwa ke jiwa yang lain. Say Yes (2001) - 6/10

Little Fish Strange Pond

Absurd. Tidak jelas film ini bercerita tentang apa. Ada 3 bagian, 4 sebenarnya, Zach dengan jualan adult movie , polisi mencari Stephanie, duo pejalan kaki Stephen dan Tuan Jack, dan pertunjukkan Dennis River. Entah apa kaitan masing-masing bagian tersebut kurang begitu jelas. Entah pembunuhan atau komedi atau abstrak mungkin. Filmnya terlihat berdurasi singkat entah memang aslinya begitu atau sudah tergunting sensor dimana-mana. Parahnya lagi, jalan cerita absurd ini diperindah dengan goresan di CD nya yang membuat macet error film, sepertinya ada yang salah belajar nge-dj / dj-ing dengan menggunakan keping VCD. Frenemy (2009) - 5/10

The Last Contestant

Sebelumnya, jauh sebelum mendapatkan film ini penulis pernah menikmati sebuah acara televisi yang konsepnya mirip dengan konsep dasar cerita di film ini. Dan, acara televisi tersebut 95% reality show dan 5% nya lagi tidak yakin. Ada 5 orang random yang dimasukkan ke dalam sebuah rumah untuk tinggal bersama selama jangka waktu untuk memperebutkan sejumlah hadiah uang. Kalau versi lokal memperebutkan rumah mewah. Di versi lokal jumlah kontestannya lebih banyak. Sama-sama memakai gaya tangkap momen melalui CCTV pengintai yang dipasang di penjuru sudut rumah. Konfliknya, bila di versi lokal mengandalkan konflik kepribadian antar kontestan. Semakin tidak betah tinggal semakin "diarahkan" sutradara menjadi "keramaian" yang dapat dijual. Itulah gaya umum reality show lokal. Dan nuansa yang ditonjolkan sangat ramah mengingat untuk konsumsi umum. Banyak kru terlibat, game, konflik yang sepele jadi besar, ada iklan. Tapi di sini, dibuat dengan aroma horor.

Demonic of myself

Fight Club. Cukup lama penulis tahu judul dan posternya. Nilainya fantastis. Dan, sekarang kesempatan bisa menyimak film ini. Sejauh perjalanan cerita, penulis hanya paham twist -nya saja. Sedangkan dari awal, justru bingung. Penulis kurang begitu tinggi memahami bahasa dialog serta simbol konsep cerita setiap adegan film ini. Seperti memiliki makna yang dalam. Pada momen twist baru bisa penulis pahami. Model Sixth Sense bagi penulis. Menurut penulis, film ini hanya mengajak merenung bahwa sejatinya setiap orang pasti memiliki alter ego. Atau sesuatu kepribadian yang diinginkan, penulis suka menyebutnya sebagai alter ego. Tergantung bagaimana kita "merawat" alter ego tersebut. Dan disini digambarkan bahwa karakter yang diperankan Norton termasuk salah rawat alter egonya hingga "merusak" kepribadian. Pada bagian self destruction inilah yang kurang begitu sejalan dengan selera penulis. Dan, film dengan konsep cerita seperti ini memang meninggalkan

Romance is nothing, money is pratical...dialog jujur dalam film dunia berkelas

Kaku. Persis sinetron lokal. Hanya jualan tampang rupawan-jelita dengan pamer kesempurnaan lekuk tubuh. Fashion blink-blink dengan jalan memaksa lenggak lenggok high heels. Ceritanya kurang menarik. Akting dangkal. Konflik sinetron. Seksi cantik blink-blink mengkilat. Alur cerita, apalagi gaya akting dan konfliknya persis sinetron lokal-an. Yang muda yang berpesta. Yang kaya yang bercinta. Sedikit-sedikit party , sedikit-sedikit kissing , sedikit-sedikit seksi. Entah film ini hanya film atau promosi sebuah distrik di HK sana. Menurut data wiki, Lan Kwai Fong sendiri adalah sebuah area hiburan malam yang cukup tenar setidaknya bagi para muda-mudi disana. Film ini berusaha membalikkan fakta bahwa dibalik gemerlap dunia malam masih ada cinta abadi membara tanpa harta semata, muntah. Alur ceritanya sendiri berjalan datar dengan akting yang dangkal. Hanya satu yang menonjol, keberanian tampil seksi keberanian beradu ciuman. That's all. Just kiss but everywhere everysec

Rahasia dan misteri tambang di kota Desperation

Film yang didasari dari kisah milik Stephen King kali ini kurang berasa horor. Alurnya sebenarnya sederhana, ada sebuah kota kecil yang dikuasai oleh iblis berwujud sheriff. Satu per satu pendatang diculik dan disekap, konfliknya tentu saja seputar melarikan diri dari sekapan sang iblis. Horornya kurang begitu terasa. Konfliknya pun lemah dalam menarik minat. Biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa di horor ini. Desperation (2006) - 5/10

Pencarian sel teroris terakhir

Awalnya menarik. Momen penyanderaan dan gaya Denzel Washington sebagai aparat sudah klik. Hanya saja ke dalam, jatuhnya biasa-biasa saja. Tak ada yang istimewa. Alur ceritanya hanya menarik di setengah durasi penuh saja. Berikutnya, sulit terlalu berbelit. Konfliknya seputar mencari sel teroris dengan bahasa pembahasan yang sedikit "tinggi" kurang sederhana. Konfliknya juga terlalu berbelit-belit dengan munculnya Elise alias Sharon dan terakhir Devereaux dengan aksi menggiring militer masuk kota kemudian memblokir satu kota dan menangkapi seluruh penduduk dengan ras tertentu. Seperti di Inside Man , dimana Denzel tampil bersama satu bintang tamu, Jodie Foster. Bintang tamu yang memiliki nama besar diplot dalam alur cerita sebagai pemanis dan sedikit porsi tampil. Kehadiran bintang tamu tersebut seperti "tak berpengaruh" banyak, ada atau tak ada sepertinya tak menjadi masalah dalam cerita. Disini, kehadiran Bruce Willis hampir "senasib" dengan