Skip to main content

Posts

Watch your destiny

Sudah 11 tahun berlalu sejak tragedi pesawat 180. Sudah sampai di seri kelima. Namun masih belum final meski judulnya Final Destination . Masih sama gaya dan skema ceritanya. Masih memakai bintang muda, segar, seksi. Masih menggunakan konsep cerita-kejadian-cerita lagi-kejadian lagi. Masih memakai gaya horor "penglihatan" dan serba kebetulan. Masih berjualan sadisme tingkat tinggi dengan tusukan cipratan dan potongan tubuh. Yang paling berkesan disini bagi penulis adalah momen pertama di jembatan gantung. Teknologi komputerisasinya cukup lumayan apik. Final Destination 5 (2011) - 6/10

Rame-rame bertarung laga di atas panggung The Expendables

Aksi laganya dimulai di bagian awal. Namun setelah itu senyap. Baru ada lagi laga-laga skala kecil dan besar lagi di bagian akhir. Alur ceritanya biasa. Karena film ini memang just for fun . Lebih terasa ke hiburan semata dimana mengumpulkan banyak bintang laga di dalam satu wadah film. Ditaburi sedikit komedi saling "olok" trademark antar karakter. Yang mengecewakan adalah Jet Li hanya ditampilkan sedikit sekali. Porsinya kecil. Kemudian digantikan oleh Yu Nan sebagai wakil Asia. Sebagai tambahan amunisi daripada seri pertama , ada tambahan Van Damme yang luar biasa otot tricep nya. Ada Chuck Norris. Ada Arnold dan Bruce Willis yang tampil agak banyak. Keseluruhan, cukup menghibur. Mungkin ada yang kurang yaitu Jackie Chan, Dwayne Johnson, Vin Diessel, John Travolta, Will Smith. The Expendables 2 (2012) - 6/10

Niat mencuri yang terhalang pembunuh

Filmnya bergaya horor. Ada seorang pria yang berniat mencuri namun niatnya itu justru membawanya bertemu dengan pembunuh bertopeng. Kurang menarik. Kurang daya pikat. Konfliknya kurang terang maklum hampir 95 persen film ini divisualkan dalam kondisi malam, minim penerangan lampu. Dan, sepertinya minimalis cahaya disini dijadikan sasaran empuk untuk genre horornya. Selain itu, andalan film ini adalah darah, histeria, dan sedikit bumbu seksi. Sayangnya, horornya kurang menegangkan. Pemeran utama oleh Josh Stewart yang sekilas mirip dengan Sean Penn. The Collector (2009) - 5/10

Amati pelajari eksekusi

Film yang terkesan seperti menjual nama "besar" aktor gaek, Stallone dan Arnold. Tidak hanya ber-nama besar tapi juga usia dan badan yang memang masih besar seperti era keemasan mereka. Mengulangi masa kejayaan, film ini berasa aroma nostalgia dengan alur cerita yang ringan. Tentang seorang Breslin yang memiliki profesi unik sebagai seniman penjebol penjara berlisensi. Keunikan skill Breslin akhirnya tercium oleh misi Rottmayer yang sedang terpenjara oleh tirani Hobbes. Konfliknya seputar aksi laga namun beberapa segmen memang tak mampu menyembunyikan pengaruh usia. Tetapi tetap kehadiran dua aktor gaek ini sudah menghibur dan bernostalgia dengan jaman Commando atau Rambo. I'LL Be Back sempat terucap sepintas mengingatkan pada Terminator. Serta gaya mengambil senapan mesin di helikopter dengan slow-mo mengingatkan pada jaman Commando. Kesan hiburan yang santai diperlihatkan sejenak dengan kode say cheese ( to camera ) melihat gaya Arnold terkesan san

Kisah asal-usul nama David

Penulis terkesan pada segmen kecil dalam film ini. Sembari terus berpikir tentang judul dan konflik cerita di film ini. Filmnya menarik begitu pula dengan pesan moral yang dikandung. Ketika berkunjung ke rumah detektif Emily, Hank berkenalan dengan putra lelaki semata wayang Emily bernama David. Hank menceritakan asal-usul nama David, yang diterjemahkan disini adalah Daud. Konon, dulu ada 2 bangsa, Israel dan Filistin yang berperang dan terpisahkan oleh sebuah lembah. Setiap hari, seorang prajurit dari Filistin menuruni serta mendaki lembah tersebut untuk menantang siapapun orang Israel yang berani meladeni duel satu lawan satu. Prajurit Filistin itu bernama Goliat. Namun, karena perawakan Goliat yang tinggi besar bak raksasa, membuat nyali seluruh prajurit Israel menciut. Tak ada satupun prajurit yang berani mengajukan diri meladeni tantangan Goliat. Hingga, seorang penggembala kecil, Daud namanya, yang justru memberanikan diri mengambil tantangan duel mengahadapi Gol

Pergi demi melindungi hak asasi, kembali hak asasi tercuri

Sangat menyentuh. Pernahlah kita dengar seruan jangan bertanya apa yang bisa negara berikan kepada kita namun seberapa banyak yang bisa kita berikan untuk negara. Dan, film ini mungkin akan menjadi salah satu yang berdiri di garis depan untuk membalikkan seruan patriotisme tersebut. Apa yang akan negara berikan ketika semua telah diberikan? Film ini sangat berhasil menarik emosi berada pada posisi Hank Deerfield. Hank Deerfield adalah seorang pensiunan militer dengan pangkat Sersan. Anak pertamanya, David, mengikuti jejak sang ayah di militer dan gugur. Anak keduanya, Mike, juga mengikuti jejak ayah serta kakaknya di dunia militer bahkan sempat mencicipi kekacauan di Irak dan terakhir menghilang tanpa berita jejaknya. Film ini lebih kuat terasa pada emosional sang ayah, Hank, yang mendapatkan pengorbanannya kepada negara ternyata berbalas dengan kehilangan. Konflik pencarian jejak serta kenyataan disini terasa menarik hanya saja masih kalah pengaruh dengan kisah kehilangan

Seminggu sebelum Roger Murtaugh pensiun

Film Lethal Weapon kali ini masih sama dengan gaya sebelumnya . Laganya memang lumayan, apalagi pakai meledakkan gedung segala. Alur ceritanya masih sama, dengan konflik kriminal yang cukup "panjang" dan berliku. Dari sisi komedinya, masih setara dengan dua seri sebelumnya. Tidak ada yang baru. Gaya Riggs masih seenaknya, berani, dan rock n roll. Masih mendapat pasangan wanita lagi. Masih dislocated pada bahunya. Gaya Rog juga masih, takut-takut. Apalagi memang disini temanya seminggu sebelum Roger Murtaugh retired . Masih ada Joe Pesci sebagai penambah daya komedinya. Lethal Weapon 3 (1992) - 6/10