Skip to main content

Posts

Menolak Ganush, Lamia bertindak

Menyaksikan horor di garapan sutradara Sam Riami ini memang terasa beda dari horor yang umum. Dari alur ceritanya biasa. Cuma ada sedikit taste humor dalam horornya. Kental sekali dengan pengisian suara secara tiba-tiba dengan kapasitas volume yang cukup besar sebagai pengiring efek kejutannya. Seperti aum-an harimau, scream , growling , screech . Lainnya yang menonjol adalah horor dengan tempelan visual efek yang fresh. Drag Me To Hell (2009) - 7/10

Hantu rumah sakit jiwa

Dari awal sebenarnya menggelikan melihat ceritanya. Ada 5 wanita menjadi penghuni rumah sakit jiwa. Cantik-cantik. Mau deh jadi penjaganya. Cantik-cantik pasien sakit jiwa. Kompak. Mereka joget bersama, ada yang joget seksi ada pula yang joget ga jelas. Mereka mandi bersama juga kompak menghadap tembok shower masing-masing. Diantara kelimanya yang paling cantik jatuh kepada...Sarah. She's the hottest one. Konsep horornya sebenarnya jatuh standard di bagian awal. Sedikit jenuh. Satu per satu menjadi korban lalu hilang. Tetapi, bila memang disimak hingga akhir, yang menarik di film ini adalah bagian twist-nya. Meski sedikit meninggalkan tanya tentang Dr.Harris yang "bisa" meng-absen penghuni rumah sakit. Penulis juga salah menebak twist film ini dan itulah sisi menariknya, unpredictable . The Ward (2010) - 6/10

Sumpah Jerry untuk Ginny

Awalnya menarik. Di opening act nya muncul beberapa nama kawakan, mulai dari Jack Nicholson , Aaron Eckhart , Benecio Del Toro , dan sang sutradara Sean Penn . Kisah awal tentang ditemukannya seorang bocah wanita yang tewas mengenaskan bernama Ginny. Jerry Black kemudian disumpah oleh orang tua Ginny untuk memecahkan kasus tersebut dan menangkap pelakunya. Sampai disitu, sepertinya bakal ada cerita yang menarik kemudian. Tetapi semakin masuk ke dalam cerita, konfliknya semakin kurang memikat. Kurang fokus. Atau mungkin bukan tipe penulis. Crime mistery seolah berubah menjadi drama kegalauan karakter Jerry yang menjadi pensiunan polisi setempat. Hidup sendiri. The Pledge (2001) - 5/10

Rahasia gelap dalam rumah gelap

Yang menarik dari film latin ini adalah ke-minimalisannya. Unik. Serba minimalis. Begitu film dibuka, sedikit saja dialog. Minim. Karakter pemain yang diluncurkan ke dalam alur cerita pun minim. Konflik cerita juga terasa minim. Sebenarnya ada konflik keluarga, namun kurang begitu jelas maksudnya. Dan yang menonjol dari film ini adalah juga minim cahaya. Minim kamera. Sepanjang film terasa hanya ada satu kamera yang dipanggul atau dibawa mengikuti gerak kegelisahan Laura menelusuri rumah gelap tanpa penghuni di tengah hutan. Tanpa sebab tanpa alasan dan tanpa penjelasan, Wilson dan anaknya Laura, memasuki sebuah rumah tua. Kemudian cerita berubah suasana menjadi misteri. Horor yang dimunculkan dalam beberapa scene memang terasa "kurang ajar". Boleh, menarik dan cukup mengejutkan. Paling berkesan bagi penulis adalah adegan Laura yang terjebak dalam sebuah ruangan gelap dan hanya mengandalkan pencahayaan dari sebuah kamera polaroid. Kilatan flash demi flash kam

L'immortel

Kesan pertama dari film ini awalnya menarik. Jean Reno sebagai karakter Charlie Mattei ditembak dengan puluhan peluru namun masih bertahan. Kemudian cerita diekspetasikan akan berjalan cepat dengan nuansa revenge yang kental. Tetapi semakin ke dalam, semakin kurang menarik lagi. Meski ada nama Luc Besson di jajaran film, tapi tidak seperti gaya film Luc yang kadang bermain dengan aksi cepat dan simple. Disini kisah balas dendamnya kurang simple, konfliknya terlalu besar dan berjalan pelan. Kurang easy watching. Mungkin perlu 2-3 kali menontonnya untuk memahami alur ceritanya. 22 Bullets (2010) - 5/10

Tak ada masalah dengan rumah tetapi penghuninya

Setidaknya untuk saat ini, horor minimalis versi Oran Peli ini adalah yang paling berkualitas dalam minimalitas. Ada yang bilang, film ini adalah ekor dari gaya film The Blair Witch Project. Apa yang membuat penulis suka adalah beda. Unik. Menjadi beda itu biasa. Banyak film yang bertampil beda, dalam konteks horor, namun ujung-nya jatuh standar saja. Film ini menampilkan gaya kamera handy cam. Gaya ini seakan "membunuh" bahwa ini adalah sebuah film, kesan yang muncul memang terasa seperti dokumenter atau found footage. Minimalis. Lokasi di satu tempat saja. Minim pemain, sepengamatan penulis, 2 karakter utama, Micah dan Katie. Lalu, karakter rekan Katie dan seorang cenayang. Natural. Terutama horornya. Horor yang ditampilkan disini sangat natural. Mengalir seperti kehidupan rumah tangga sehari-hari. Konflik suami-istri terasa natural. Horor yang dimunculkan tidak rapat dijejalkan pada alur cerita. Tetapi sedikit demi sedikit dengan skala yang berurutan m

Satu malam saling menggigit saling menulari

Konsepnya sederhana saja. Ceritanya bersetting one night story . Chit-chat seputar remaja dalam 1/4 bagian kemudian 3/4 diisi dengan bloody hell teror dalam rumah. Sebagai selingan penambah durasi ada tampilan cantik+seksi dan konflik keluarga. Dari 7 karakter muda kemudian jatuh satu per satu "menunggu" siapa survivor -nya dan siapa pelakunya. 13 Jam disini mungkin menunjukkan lamanya survive dalam cengkeraman teror. Penampilan botak Sarah terasa "kurang halus" lapisan topeng disamarkan dengan darah dan nude -nya juga separuh nanggung. Setelah sampai di penghujung, penulis spontan teringat cerita keluarga bertaring tajam di Twilight. 13 Hours (2010) - 6/10