Skip to main content

Something that makes you feel alive without your feet on the ground ...

Akhirnya bisa juga mendapatkan kesempatan menonton film ini setelah banyak melihat seliweran review di media sosial beberapa waktu yang lalu. Banyak postingan yang "memuji" film ini, dan membuat Movielitas terpaksa untuk penasaran. Karena dari tampilan poster film nya cukup "menjajikan sebuah kisah menarik.

Film ini berkisah tentang seorang Becky yang kehilangan energi hidup karena tragedi yang menimpa suaminya. Di tengah kegalauan yang melanda, Becky diajak untuk kembali memompa adrenalin agar kembali "hidup". Pompa adrenalin yang ditawarkan Becky terlihat sederhana dibanding dengan mendaki terjalnya perbukitan, namun tidak kalah "menakutkan" jika salah langkah sedikit saja. Dan, memang harus terjadi salah perhitungan...

Film ini memakai gaya "mencari permasalahan sendiri dan akhirnya jadi repot sendiri". Intro film garapan sutradara Scott Mann ini mengingatkan Movielitas dengan intro film Vertical Limit, sebuah film klasik yang juga berkisah tentang petualangan pecinta alam.

Beberapa alasan yang harus Movielitas akui bahwa sebenarnya film ini cukup menarik disimak hingga akhir, minimalis. Tidak perlu banyak konflik berbelit apalagi pemeran yang banyak. Karakter utama dalam film ini hanya dua saja, karakter Becky dan temannya, Hunter. Itu saja. Konflik nya pun minimalis, memanjat tiang pemancar sinyal televisi (relay) setinggi 600 meter yang berada di tengah padang gurun tandus kering kerontang tiada satu rumah pun.

Bagian awal cukup menarik. Konsep cerita tanpa peran antagonis ini dengan dipadu kualitas akting yang bagus, membuat alur cerita bisa menarik rasa penasaran penonton untuk tetap betah ikut terbawa arus cerita. Dan, jujur karena Movielitas mungkin bisa dibilang termasuk orang yang high phobia, dalam beberapa scene memang berhasil membuat lutut "nyeri nyeri lemas". Dan pada poin tersebut bagi Movielitas cukup bagus, karena secara kualitas tampilan film ini dibuat dengan detail yang rapi. Seperti pencahayaan ataupun angle pengambilan gambar dan detail-detail kecil lainnya yang sudah cukup sempurna memberi kesan ketegangan berada di ketinggian tiang besi rapuh nan berkarat.

Di tengah alur cerita, film ini juga "berhasil" menyimpan plot twist yang cukup mengena dan tidak terduga sama sekali bagi Movielitas. 

Satu hal yang membuat minus dari film ini adalah bagian ending-nya. Bagi Movielitas bagian ending film ini kurang begitu kuat. Semua terjadi seperti "tiba-tiba" selesai.

Overall, cukup menarik. Dari sudut ide cerita, bagus. Plot cerita, boleh dibilang masih umum. Dari segi visual efek, sangat bagus dalam memperhatikan detail-detail kecil. Bagi yang menyukai genre survival, film ini masih layak ditonton.

Fall (2022) - 7/10

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Dua Anak Manusia Yang Terdampar Indah

Film ini penulis dengar gaungnya karena disebut-sebut kontroversial (pada jamannya). Sejauh apa kontroversialnya. Ide ceritanya lumayan. Sebuah kapal besar dengan penumpang bangsawan mengalami kerusakan di tengah laut. Di antara yang selamat adalah sepasang saudara laki-perempuan yang masih anak-anak, Richard-Emmeline, ditemani oleh seorang dewasa, Bapak Button. Mereka bertiga kemudian terdampar di sebuah pulau kecil terpencil tanpa signal apapun. Kurang lebih seperti Castaway. Dan, tak lama berselang, Bapak Button meninggal. Jadilah Richard-Emmeline hidup sendirian di pulau itu. Beranjak dewasa....inilah fokus ceritanya. Kontroversialnya mungkin terletak di poin ini. Di satu sisi, "menarik" sekali. Brooke Shield pada saat itu masih cantik,imut,menggairahkan. Film ini seolah mengajak ikut berfantasi, bagaimana jadinya bila terdampar berdua.. ( dengan catatan kalau dengan mirip Brooke Shield versi muda ini! ) pasti asyik... Lain cerita kalau ternyata pasang

Asmara di dalam kelas yang terlarang

Drama dari Swedia. Temanya tentang hubungan asmara antara guru dan muridnya. Tema kontroversial seperti ini biasanya memiliki sisi membuat penasaran. Bagi penulis, hanya sebagian saja yang menarik. Terutama saat berfokus pada manisnya asmara guru dan murid. Masih malu-malu. Kemudian berkembang menjadi intim. Alur cerita menjadi tak menentu ketika plot asmara antara karakter guru, Viola, dan muridnya, Stig, perlahan mulai menghilang panasnya. Irama film tidak lagi berfokus pada dua karakter utama, melainkan mulai memasukkan porsi karakter lain yang kurang berpengaruh banyak. Karakter Stig bahkan bersahabat dengan suami gurunya. Stig juga secara tiba-tiba punya kekasih yang sebaya. Keseluruhan, menarik pada plot kisah asmara guru dan murid. Plot pengembangannya, kurang begitu menarik. All Things Fair (1995) - 6/10  

Maria (OST 200 Pounds Beauty)

Sebuah film produksi dari Korea yang bertemakan romantis-komedi. Karena berlatar belakang cerita dengan karakter yang berprofesi sebagai penyanyi, maka pastinya sebagai pemanis film ditambahkan beberapa lagu. Dari sekian lagu yang ditampilkan ada satu lagu yang berkesan untuk Movielitas, yaitu lagu cover milik Blondie yang berjudul Maria. Lagu lawas ini pertama kali Movielitas dengar saat masih duduk di bangku Sekolah Menengah. Entah mengapa, begitu mendengar pertama kali, memang Movielitas langsung suka. Suara vokalisnya membuat bingung, antara pria atau wanita. Bahkan hingga saat ini lagu ini masih enak didengarkan. Mungkin, bagi Movielitas, karena easy listening pastinya, rancak, dan bikin bergoyang.  Di film ini, lagu Maria sedikit mengalami perubahan menyesuaikan negara-nya alias menggunakan bahasa Korea yang dibawakan lewat suara Kim Ah Joong. Jujur saja, entah mengapa lagu Blondie ini yang terpilih. Mungkin plot cerita nya dianggap cocok dengan lirik lagu produksi tahun 1999.

Dewa Judi

Salah satu film klasik Hongkong yang paling berkesan. Bagaimana tidak berkesan, karena film ini pertama kali penulis tonton saat masih Sekolah Dasar. Dan, langsung terpikat sekaligus tak lupa meniru gaya cool Dewa Judi. Salah duanya, bermain kartu ala poker meski tak tahu aturan resminya, pokoknya 2 kartu tertutup lalu dibuka pelan pelan pelan sekali. Tak lupa gaya makan coklatnya, yang alhasil langsung batuk-batuk akibat kebanyakan coklat. Rambut? Sayang tak bisa menirunya. Apa saja yang berkesan dari film lawas ini? Segudang momen berkesan dari sini. Mulai Chow Yun Fat, pasti. Karena karakter Chun Dewa Judi ini melekat pada diri Chow Yun Fat, bahkan saat Chow bermain untuk Hollywood bersama Mark Wahlberg, masih sempat menyelipkan karakter Dewa Judi. Cool, calm, confident , selalu tersenyum, menghabiskan banyak minyak rambut. Andy Lau. Ya, film ini juga dibintangi Andy Lau yang bermain dengan gaya kocak. Dan memang konflik film ini lebih mengarah ke komedi aksi.

Love in enslavement agreement

Kesan pertama begitu melihat gaya komedinya adalah bernuansa komik. Dimana kekonyolan komedinya terasa dilebih-lebihkan. Apalagi sisi romantisnya terlalu fiksi, kaya cinta miskin. Konflik cerita yang dihadirkan biasa saja. Hanya gara-gara sebotol kaleng mampir ke jidat cowok kaya raya lalu bermain kontrak dengan gadis sekolahan dan berakhir cinta ini membunuhku. Cocok untuk bahan dasar atau buat diplagiat ke sinetron. 100 Days With Mr.Arrogant (2004) - 5/10

Tiger Wong versi layar lebar

Begitu Nicolas Tse menyebut nama karakternya ... Tiger Wong, baru semuanya jelas. Ternyata film ini merupakan adaptasi dari komik lawas yang fenomenal (setidaknya bagi jaman penulis Sekolah Dasar dulu) yang berjudul Tiger Wong. Alur ceritanya sendiri, kurang begitu menancap baik. Karena sibuk mencocokkan karakter yang ada di film dengan memori penulis tentang komik Tiger Wong. Dan, ternyata memang berbeda. Yang penulis kenal dari komik Tiger Wong, adalah petualangan duo Tiger Wong dan Gold Dragon. Disini ada karakter Dragon Wong (kakak dari Tiger Wong) yang di komik karakternya "terlewatkan" dan diceritakan telah meninggal. Lebih pas bila karakter Tiger Wong dibawakan Donnie, pendapat penulis. Karakter Tiger Wong disini minus jurus Sembilan Matahari. Gold Dragon. Disini justru bernama Turbo. Sama, menggunakan Nunchaku. Sama, andalan jurus Baju Besi Emas dengan simbol Lonceng Besi. Minus karakter Guy si Tapak Budha. Disini ada karakter 4 sahabat, namun

Dibalik Edisi Pertama

Kali ini penulis mengajak Tim Gabungan IT untuk menelusuri jejak "dalang" dari sebuah clue @f_nugroho... Berangkat dari klue tersebut penulis menelusuri arti nama dan menemukan "barang bukti" tentang arti indah sebuah nama. Farid artinya kesuksesan. Nugroho adalah anugerah. Dari titik inilah akhirnya mulai terbuka... Farid Nugroho, lahir 27 tahun lalu (kata bio blog). Yogyakarta. Swasta. Blogger Profesional dengan brand edisipertama yang aktif di wordpress. Ada platform lainnya yang pernah beliau tulis juga yaitu di blogdetik dan kompasiana. screen of edisipertama.wordpress.com Yang menjadi tema bahasan blog beliau (edisipertama) adalah berbagi tentang apa yang dirasakan melalui tulisan. Kurang lebih, penulis menyebutnya blogger sosial yaitu blogger yang menulis dari apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan ((kejadian, berita,dll)) di sekitar beliau. Salah satu motto beliau adalah "sebagus apapun hardware dan software, keduanya hanyalah alat (

Gairah hidup Lucia

Mungkin memang dasarnya sedang false on mood dan diperparah dengan keberadaan subtitle serta bahasa yang dipakai, penulis kurang bisa menikmati drama eksotis ini. Yang bisa penulis resapi adalah film ini berkisah tentang seorang wanita cantik yang jatuh hati kepada seorang penulis. Sejak itu, cerita menjadi rangkaian pecahan demi pecahan yang tersebar dan harus dipungut kemudian dipasangkan. Sulit. Penulis mulai "ketinggalan" laju cerita, antara kisah cinta Lucia dan Lorenzo, kemudian berlanjut ke drama Lucia yang ditinggal pergi. Flashback ke masa-masa erotis Lucia bersama Lorenzo, semakin sulit diikuti terlebih lagi memasuki babak drama depresi Lorenzo yang membangun kisah roman dalam tulisannya. Kalau dari sisi erotisnya, cukup membakar gairah dan bukan untuk kalangan bocah. Namun kalau dari sisi dramanya meski direspon positif oleh banyak pihak, bagi penulis masih kurang bisa dinikmati secara ringan. Perlu ekstra mengikuti serta meresapi. Tinggal pilih

Apa yang terjadi dengan Bobby Kent

Setelah proyek film tentang seksualitas remaja, Larry Clark membuat karya keras sekali lagi. Masih seputar realita, dan kali ini memang benar-benar kejadian nyata. Tentang pembunuhan seorang pemuda bernama Bobby Kent. Melihat konsep konfliknya penulis teringat pada gaya film Mean Creak , dimana sekumpulan anak-anak memiliki rencana memberi pelajaran bagi anak yang suka mem-bully terutama lewat perkataan. Disini pun demikian, menceritakan latar belakang kasus pembunuhan Bobby Kent. Dan, memang menurut cerita disini Bobby Kent kerap kali mem-bully beberapa orang terdekatnya. Tidak hanya lewat makian tapi juga ringan tangan kepada sahabatnya Marty. Tidak hanya itu saja, bahkan Bobby juga memperkosa teman wanitanya sendiri. Perilaku Bobby Kent ini yang akhirnya menjadi alasan 7 orang untuk berkonspirasi menghabisi nyawa Bobby. Keras, pasti. Larry Clark tidak hanya menampilkan drama pembunuhan Bobby tapi juga adegan-adegan intim yang dilakukan secara bebas di lingkungan

Dibalik obat Ridocaine

Sajian kali ini berkisah tentang seorang ibu yang hidup dengan anak perempuannya. Sang anak menderita sebuah penyakit kelumpuhan dan harus hidup di atas kursi roda. Konflik terjadi karena pola pendidikan sang ibu yang terlalu "sayang" kepada sang anak hingga membatasi sang anak dari dunia luar. Hingga sang anak mulai beranjak dewasa dan mulai kritis terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Alur plot ceritanya lumayan. Seperti judulnya hanya terdiri 3 huruf, Movielitas menyukai gaya minimalis cerita, konflik dan pemainnya. Tidak perlu melebar kemana-mana. Gaya thriller-nya soft saja, tidak yang penuh emosional. Dari segi akting, chemistry antar duo aktris sebagai ibu-anak, Sarah Paulson-Kiera Allen, cukup bagus. Mungkin, versi Movielitas, film ini mengangkat realita yang kadang memang ada, dimana gaya didikan orang tua ada yang terlalu protektif dengan alasan kasih sayang. Di satu sisi baik, tapi di sisi lain, juga bisa "melumpuhkan" sang anak itu sendiri. Overall, ba