Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2017

Saatnya Kura-Kura Gaul Berskill Ninja Beraksi di Siang Hari

Kalau diterjemahkan secara bahasa, teenage berarti usia muda atau remaja. Mutant berarti mahkluk jadi-jadian. Ninja semua tahu artinya. Turtles berarti kura-kura. Jika digabung mahkluk Kura-Kura Ninja yang berusia muda. Yang pasti kata teenage ini banyak berpengaruh. Usia muda identik dengan fun. Bersenang-senang. Serius ada tapi lebih dibawa santai. Dan, begitu pula dengan konsep gaya film ini. Konflik serius tapi dibawakan dengan santai. Yang paling menonjol adalah kata mutant atau mahkluk jadi-jadian. Karena faktor nya menampilkan mahkluk jadi-jadian tentu saja komputerisasi banyak berperan di dalam film ini. Canggih. Itu kesan pertama. Visual efeknya memang tak perlu diragukan. Halus. Dan, sepertinya untuk ukuran Hollywood, visual efek seperti di film ini sudah hal biasa. Keseluruhan, film ini menghibur dengan gaya kocak gaul ala mahkluk kura-kura berskill ninja. Karena berangkat dari film kartun klasik (era 90an), tentu saja untuk segmen anak-anak, film ini termasuk

Unboxing film Korea Violent Presecutor

Satu lagi film Korea, yang cukup berat untuk Movielitas. Bahasan sederhananya adalah permainan politik dengan mengkriminalisasi jaksa penuntut. Faktor yang memberatkan dalam menikmati film ini adalah (lagi-lagi) soal nama dan wajah. Apalagi disini muncul banyak karakter penting dalam cerita. Sebenarnya juga berkaitan dengan masalah selera. Ekspektasi awal Movielitas mengira film ini akan menjadi hiburan drama ringan dengan komedi. Tapi, keliru. Dari segi alur cerita juga Movielitas kurang paham dengan suguhan yang berbau konflik hukum. Satu hal yang menonjol, sepintas banyak wajah-wajah aktor yang familiar, hanya karena kurang tahu namanya. Keseluruhan, cocok buat pecinta drama korea yang bertema semi kecantikan misi balas dendam ala Ocean Eleven . Violent Prosecutor  (2016) - 6/10

Morgan ingin ke danau

Setelah menyaksikan film garapan perdana sutradara Luke Scott ini, mengingatkan Movielitas pada gaya film Hanna. Hanya saja untuk gender Morgan disini kurang jelas. Fisik dan nama mengarah ke remaja pria, tapi rambut dan pemerannya adalah wanita. Entah. Movielitas teringat pada karakter Hanna, yang juga di plot sebagai "mesin" dengan skill combat di atas manusia biasa. Bedanya konflik Hanna lebih terurai dengan jelas dan atraktif dengan laga,musik,sinematografi,sekaligus drama. Untuk di Morgan ini, penyebab konflik-nya hanya sebatas kejadian tak diduga yang mengakibatkan seorang terluka parah. Tujuan dan alasan "diciptakannya" Morgan ini yang terasa lemah. Bahkan, secara sederhana jika digambarkan plot-nya, intinya hanya "mematikan" Morgan. Penjabarannya terlalu bertele-tele dan kurang menarik. Keseluruhan, biasa saja dan belum ada yang istimewa. Morgan (2016) - 6/10

Kupas atau unboxing film Goat (2016)

Dan, Movielitas kurang paham maksud jalan cerita film ini. Entah apa hubungannya antara perampokan yang dialami oleh Brad yang lalu kemudian "dibayar" dengan mengikuti sebuah perkumpulan (gang. Istilah Amerika-nya fraternity ) mahasiswa. Dimana di dalam fraternity tersebut kerap dijadikan ajang bully yang tidak mendidik sama sekali. Dan, munculnya James Franco tidak begitu banyak berpengaruh pada kualitas cerita. Alur ceritanya biasa saja. Konfliknya yang mengambang tanpa penyelesaian. Dan, tak habis pikir di jaman sekarang ini sistem pelajar sok jagoan ala gang atau perkumpulan atau apapun istilahnya seperti ini masih tetap ada... Dan, momen paling cute serta lucu adalah momen ketakutan para senior Phi Sigma Mu ketika ajang perkumpulannya disorot dewan kampus saat salah satu anggota juniornya meninggal dunia. Disitu ada momen pengecut yang sok jagoan di hadapan para junior tapi ketakutan kepada orang tua bila dikeluarkan dari kampus, what the...??? Kes

Kaya lewat senjata

Tentu saja banyak yang menjadi poin menarik dari film garapan sutradara Todd Phillips ini. Meski, jujur saja awalnya Movielitas salah berekspektasi tentang film ini. Hadirnya nama Jonah Hill menggiring pemahaman bahwa film ini bakal menjadi hiburan segar dengan gaya komedi ala Jonah Hill, namun keliru. Based on true story . Ini poin utama yang menarik dari film ini. Berkisah tentang perusahaan (AEY Inc.) yang bergerak di bidang pengadaan senjata untuk militer Amerika di medan perang. Yang membuat kasus ini menjadi heboh saat itu adalah usia pendiri perusahaan AEY Inc. ini yang masih muda belia. Tentang bagaimana cara kerja David Packouz dan Efraim Diveroli bisa menjalankan bisnis senjata ini, Movielitas mendapatkan kesulitan memahami secara pasti, hanya terkaan ilustrasi saja bahwa mereka seperti perantara antara pemasok dan pembeli. Ada Jonah Hill, Miles Teller, dan spesial Bradley Cooper. Tentu saja menarik, karena mereka bertiga paling tidak pernah punya karya-karya fil

Horor masa lalu yang masih enggan berlalu

Done. Sebuah sajian horor yang bisa dibilang gabungan jurus The Amityville Horror , Insidious , dan The Conjuring . Kalau pernah menyaksikan film-film horor tersebut, menyaksikan film ini tentu tidak akan asing dan sudah dapat menebak arah ceritanya. Tidak ada sesuatu yang istimewa. Hampir semua jurus horornya hanya memakai gaya standard yang sedang trend saat ini. The Remains (2016) - 4/10

Teman kamar yang ingin kembali kembar

Kalau tidak benar ingat, Movielitas pernah melihat sekuel-nya. Tapi, entah kapan. Dan, kali ini berkesempatan melihat versi originalnya. Dibintangi oleh Bridget Fonda berduel dengan Jennifer Jason Leigh. Film ini menawarkan drama psikologi yang mencekam. Mengajak pemirsa untuk ikut berada pada posisi Allie yang salah dalam memilih teman sekamar. Movielitas melihat film ini cukup menarik dan tidak rumit karena tidak perlu berpikir mencari siapa troublemaker-nya, disini tidak ditutupi dengan misteri. Konfliknya sederhana namun penyelesaiannya memang cukup alot dan berliku. Not bad. Single White Female (1992) - 6/10

Atasan yang suka menghisap darah bawahan

Horor yang berusaha juga menampilkan sisi komedi dengan gaya setting lokasi seperti sitkom atau di dalam studio. Tidak nampak setting luar ruangan karena tema yang diangkat adalah horor yang terjadi di dalam sebuah kantor. Dari judulnya tentu bisa sedikit menebak horor yang dipilih berjenis "hisap menghisap" darah manusia. Sayangnya, kurang mantab dan komedinya kurang begitu mengena. Terasa datar dan biasa saja. Sedikit berlebihan dalam menampilkan muntahan darah sebagai aksesoris horornya. Keseluruhan, kurang begitu menarik. Bloodsucking Bastards (2015) - 5/10

Keluarga itu lenyap begitu saja...

Demi menarik perhatian, di posternya di tulis embel-embel Paranormal Activity dan Insidious . Jurus yang juga sudah dipakai di beberapa film horor lain yang mencantumkan embel-embel "nama besar" di poster film. Entah itu dari produser film itu, dari sutradara film ini, dari soundman film ini atau juga dari driver film itu. Begitu film dibuka, langsung tanpa banyak basa-basi digeber dengan suasana malam mencekam. Tidak kalah dengan dentuman dan musik keras. Andalannya sepanjang film lebih ke adegan yang mengagetkan semata. Baik konflik, alur cerita, dan akting para pemainnya, hampir bisa ditebak arahnya. Pola atau template cerita film ini seperti sudah sangat umum dan cukup banyak digunakan film horor era ini. (Setidaknya saat Movielitas menulis ini, belum berganti dan belum ada perintis gaya horor yang berani keluar dari pakem adegan kejutan plus dentuman serta musik keras atau hanya mengandalkan polesan make-up seram semata). Tapi, menurut Movielitas, sebena

Officer Down Scenario

Film yang "sulit" ternyata bagi selera Movielitas. Tapi, ada yang menarik disini yaitu jajaran aktor-aktris pendukungnya. Ada Casey Affleck, Chiwetel Ejiofor, Anthony Mackie, Woody Harrelson, Allan Paul,Kate Winslet, dan Gal Gadot. Khusus untuk Kate, penampilannya benar-benar beda. Konfliknya cukup rumit, jadi perlu ekstra perhatian biar tidak kehilangan rangkaian cerita. Bila diurut maka ada, kelompok perampok, polisi jahat, polisi baik, dan mafia. Kaitannya, kelompok perampok ini bekerja pada mafia Rusia karena faktor ipar, di dalam kelompok perampok justru ada polisi yang jahat. Namun, sialnya polisi jahat ini justru harus berpartner dengan polisi baik yang juga memiliki saudara polisi baik. Complicated but linked. Rumit, tapi berhubungan satu sama lain. Ibaratnya jalan cerita film ini sebenarnya arahnya satu namun bercabang banyak dan semua diberi porsi cerita yang hampir sama. Keseluruhan, rumit. Kurang simple. Tripple 9 (2016) - 6/10

Instagramable but not enjoyable

Sebuah sajian film dengan cerita yang memasukkan unsur kekinian dunia remaja dengan aroma horor pembunuhan. Kekinian dunia remaja disini maksudnya adalah seputar gadget dan aplikasi. Gadget yang dimunculkan adalah Iphone. Lalu serangkaian aplikasi muncul sebagai "iklan". Mulai dari instagram, facebook, find my phone, kemudian lewat dialog ada twitter, linked-in, snapchat. Setidaknya itu yang bisa Movielitas tangkap. Alur ceritanya, sederhana. Tidak rumit. Akting aktor-aktris-nya, standard. Aroma horornya, bagi Movielitas kurang menarik. Terlalu flat karena seperti sudah umum gaya yang dipakai disini. Yang menarik bagi Movielitas adalah sosok karakter Kim yang diplot sebagai twist . Cukup menarik, sayangnya kurang maksimal menutupi keseluruhan jalan cerita film. Mungkin target film ini lebih ke film yang dibentuk instagramable. Berhubung dari sekian banyak "iklan" yang dimunculkan sekilas demi sekilas, dan Movielitas sendiri hanya sedikit aktif di

Tali persaudaraan di tengah hutan

Yang membuat penasaran dengan film ini pertama kali adalah kata " forest " -nya. Karena Movielitas berekspektasi akan ada banyak scene yang menampilkan keindahan alam natural hutan belantara. Kedua, tentu saja nama Ellen Page. Bintang cantik ini bagi Movielitas punya daya tarik tersendiri yang unik. Bisa main komedi, thriller, apalagi drama. Disinipun, penampilan Page bagi Movielitas juga tergolong unik. Berdiri sebagai produser juga poros karakter utama sebagai remaja yang hidup di hutan dengan ayah dan seorang (terlihat) kakak wanita. Bahkan di usianya yang kepala tiga, penampilan Page masih seperti remaja. Tapi, sayangnya film ini berjalan kurang begitu menarik. Bahkan seperti judulnya dapat dikatakan seperti bingung menentukan arah di dalam hutan. Secara singkat film ini berkisah tentang sebuah keluarga kecil hidup terpencil di tengah hutan dengan teknologi tinggi (bernuansa masa depan). Konflik (yang terasa dari awal cerita) adalah hilangnya tenaga li

Perjumpaan anarkis antara pegawai,perampok,dan pembunuh

and done... Film yang seharusnya menjadi film kriminal dengan campuran aksi laga penyanderaan dan pembunuhan. Tapi, sayangnya jadi "komedi". Berkisah tentang sebuah bank menjadi sasaran anarkis bagi perampok dan seorang pembunuh berantai yang jadi buron polisi Los Angeles dan dijuluki The Window Killer karena trademark nya yang selalu mencongkel mata korbannya (kurang lebih maksudnya mata adalah jendela jiwa jadi diberi gelar The Window Killer ). Setting lokasi bank, unik dan imut lucu. Lebih tepatnya seperti kantor koperasi simpan pinjam. Atau juga lebih mirip kafe ketimbang kantor penyimpanan harta berharga. Dan, dengan keamanan yang super minimalis. Tidak ada security dan kamera CCTV (meskipun diceritakan lagi mau ditutup). Pada beberapa bagian, akting para aktor aktris di dalamnya terlihat kaku dan "lucu". Terasa kurang pas untuk jadi perampok ataupun polisi. Salah satunya adalah momen negosiasi yang santai sekali antara presiden perampok

Lari Lola Lari

Unik. Simple. Cerdas. Itu kesan pertama saat menyaksikan film dari negara Jerman ini. Meskipun bukan dari kalangan Hollywood tapi tak kalah menarik. Yang pertama mencuri perhatian adalah gaya visualnya yang unik. Gaya pengambilan gambar serta campuran visual kartun membuat film ini terasa segar, santai tapi serius. Konfliknya sederhana saja. Demi menyelamatkan sang kekasih, Lola harus berlari kurang lebih 20 menit mencari uang 100 ribu mark. Itu saja. Meskipun konfliknya terlihat sederhana, namun konflik dijabarkan melalui tiga cerita tiga kesempatan yang berbeda-beda namun tetap pada garis inti yaitu Lola harus berlari mencari uang 100 ribu mark dalam waktu 20 menit demi menyelamatkan sang kekasih. Keseluruhan, Movielitas suka film ini . Alur ceritanya cerdas dengan konflik yang sederhana. Run Lola Run (1998) - 7/10

Unboxing : I Am Not A Serial Killer Movie

Movielitas mencatat sekitar tiga twist yang menarik dari film ini. Pertama ketika dugaan siapa tokoh jahat sudah terbentuk, ternyata terpatahkan. Kedua, saat sudah terbentuk sempurna siapa dalang pembunuhan, terpatahkan lagi oleh perpindahan genre dari crime menjadi manusia jadi-jadian. Ketiga, tentu saja di bagian ending terbuka lebih jelas siapa dalang teror sebenarnya. Sebenarnya film ini menarik. Cerdas karena alasan twist yang tidak hanya satu tapi juga tidak dapat ditebak, diletakkan di sepanjang durasi film. Dan, sudah terlihat unik di luar dugaan sejak identitas karakter jahat-nya dibuka. Sayangnya, jalinan cerita-nya terasa tidak menarik. Kurang daya pikat. Cenderung datar. Keseluruhan, lumayan menarik. Cocok bagi penggemar film genre misteri. I Am Not A Serial Killer (2016) - 6/10

Kerja keras delapan hari seminggu The Beatles menoreh sejarah

Dari judulnya mungkin bisa ditebak jenis apa dari film ini. Film ini adalah dokumenter seputar perjalanan besar dari band besar yang pernah ada di abad bumi ini yaitu The Beatles. Inti cerita dari film dokumenter ini berfokus pada masa tahun 1960an, seputar awal-awal perjalanan karir musik band The Beatles yang berisikan empat pemuda jenius dalam menciptakan serta mengolah lagu. Bakat musik mereka berempat tidak hanya terkenal di kampung halaman mereka sendiri, Liverpool, melainkan juga ke penjuru dunia. Seiring dengan kharisma dan popularitas yang membesar, muncullah tanggung jawab besar yang menguras energi muda mereka. Movielitas sendiri menyukai semua jenis musik. Meski tidak hidup di jaman keemasan The Beatles, namun Movielitas mengenal karya-karya mereka dan menikmati beberapa hits The Beatles yang abadi. Beberapa musik yang dimunculkan di film dokumenter ini, ada yang Movielitas kenali tapi ada juga yang tidak. Dan, ekspektasi awal adalah menambah wawasan bar

Unboxing Movie : If There A Hell Below (2016)

Kesan pertama dari film ini, kurang jelas maksud cerita film ini. Film langsung dibuka dengan seorang wanita yang dibekap. Kemudian secara sederhana, bagi Movielitas, film ini mengisahkan tentang seorang pejabat penting yang ingin memberikan informasi rahasia berbahaya kepada seorang jurnalis. Konfliknya pelarian. Alur ceritanya simple, hanya arah konfliknya yang kurang kuat maksud dan tujuannya. Satu hal yang menarik dari film ini adalah setting-an lokasinya. Padang gurun di belahan Amerika Barat yang benar-benar lapang sejauh mata memandang. Dan, hingga detik ini, Movielitas selalu kagum dengan lokasi-lokasi padang gurun ataupun rumput yang minimalis (tanpa hunian) seperti ini. Benar-benar natural dan memanjakan mata serta fantasi. If There A Hell Below (2016) - 5/10

Unboxing : State Of Grace Movie

Hal pertama yang menarik dari film ini adalah jajaran nama aktor nya. Ada Sean Penn, favorit Movielitas, ada Gary Oldman, juga favorit, dan ada Ed Harris, yang lagi-lagi juga masih favorit Movielitas. Disini penampilan ketiganya masih terlihat "belia". Dari segi alur ceritanya, tidak terlalu istimewa. Biasa saja. Berkisah tentang operasi penyusupan polisi ke sebuah gangster. Konfliknya adalah kerabat gangster tersebut merupakan teman baik sang polisi. Dan, tema film seperti ini pernah Movielitas saksikan, tapi belum ingat judulnya. Yang kurang menarik, terlalu banyak pihak yang bersengketa, akhirnya sedikit membingungkan. Tapi bila disederhanakan, masalahnya seputar penyamaran, cinta berbahaya, dan watak pemimpin gangster yang tega menghabisi anak buahnya sendiri tanpa pandang bulu. Keseluruhan, masih biasa saja konflik film-nya. Bagi Movielitas, yang menarik adalah duel kualitas akting antara aktor besar disini. Dan paling menonjol dari film ini menurut Movie

Pengorbanan cinta yang jenius

Saat masuk di awal, tidak ada kesan apa-apa. Akan tetapi begitu masuk ke segmen gulat antara 2 wanita (ibu dan anak) melawan 1 pria yang kemudian diketahui sebagai mantan kepala keluarga itu sendiri, barulah Movielitas menyadari apa dibalik film ini. Mengingat ke belakang, pada sebuah sinema Korea yaitu Perfect Number yang ternyata merupakan adaptasi dari novel Jepang. Dan disini adalah film versi Jepang-nya. Membandingkan antara versi Jepang dan Korea memang susah. Keduanya sama-sama menarik. Dan yang membuat menarik adalah kekuatan konflik misteri didukung dengan kualitas akting untuk karakter guru matematika. Jadi, meskipun versi Korea ataupun Jepang, kekuatan film berada pada dua hal tersebut, misterinya yang memiliki daya pikat kuat dan akting sang guru matematika yang hampir sama gayanya antara versi Jepang atau Korea. Di versi Jepang ini, bila ditelisik lebih dalam, alur ceritanya cerdas. Ada beberapa clue yang dimunculkan yang nantinya tanpa disadari akan menja

Sekeping ingatan yang hilang di kegelapan kota

Entah kenapa hingga beberapa kali menyetel ulang karena lost story dan beberapa kali juga tertidur, tidak juga mendapatkan selera pas dengan isi cerita disini. Sesuai judulnya, atmosfir cerita 98% bernuansa gelap. Tidak ada adegan pagi apalagi siang hari. Tiba-tiba saja karakter John Murdoch terbangun dan lost his memory . Dan, film kemudian berjalan dengan petualangan Murdoch mencari jati diri dalam dunia yang terasa aneh baginya. Bagi Movielitas titik balik film ini ada pada momen inspektur polisi harus terlempar keluar dari arena Dark City. Baru ada sedikit kejelasan bahwa Dark City adalah sebuah dunia lain. Poin lain yang cukup menarik bagi Movielitas dari film ini adalah dua lagu jazz yang dinyanyikan oleh karakter Emma cukup enak dan easy listening . Keseluruhan, unik hanya membingungkan. Film aliran neo noir dari sini bisa Movielitas terjemahkan secara bebas adalah film dengan gaya alur cerita serta konflik unik yang kadang mengajak pemirsa lebih dalam mengg

Ibu dan anak perempuan

Sajian drama yang bernuansa wanita. Dan, yang langsung menarik adalah deretan nama aktris yang ditampilkan. Selma Blair, Mira Sorvino, Courtney Cox, Christina Ricci Susan Sarandon, hingga aktris Sharon Stone yang tetap woww... meski tak lagi muda. Seperti dapat ditebak lewat judulnya, drama yang berisi adu akting aktris senior ini menceritakan tentang konflik seputar dunia ibu dan anak tentunya. Ada yang calon ibu namun belum menikah, ada yang kehilangan kontak dengan anaknya, ada yang berbohong soal status anak selama puluhan tahun. Gaya cerita film ini ada 4 kisah utama yang tidak berkaitan dan berjalan bersama. Bagi Movielitas sendiri, yang paling unik adalah konflik di keluarga Beth (Courtney Cox). Keseluruhan, drama biasa dengan pesan seputar kasih sayang ibu dan anak wanitanya. Kembali ke selera masing-masing pemirsa. Mothers And Daughters (2016) - 6/10

Kenyataan dibalik kehilangan arah pulang

Hal pertama yang menarik minat ke film garapan Lee Tamahori ini adalah Anthony Hopkins. Beliau adalah salah satu aktor gaek favorit Movielitas. Ada kharisma khas dari akting Hopkins. Meskipun disini penampilan Anthony Hopkins memang belum "segarang" di Hannibal Lecter. Alur cerita film ini sebenarnya cukup cerdas. Sekilas tampak seperti drama survival. Karakter jutawan, Charles Morse, mengalami kecelakaan pada pesawat yang ditumpanginya saat berlibur bersama sang istri yang berprofesi sebagai fotomodel. Namun, melalui kecelakaan tersebut, mata Charles Morse menjadi terbuka dengan kondisi rumah tangganya. Pesan moral dari film ini bisa jadi ada dua hal. Pertama, meskipun bergelimang harta tapi tidak akan berguna saat harus tersesat di belantara hutan. Kedua, ada kalanya sebuah tragedi dapat membuka mata pada kenyataan. Keseluruhan, sebuah film klasik yang menghadirkan gaya drama cinta segitiga berbungkus drama perjuangan menyelamatkan diri dari kehilangan arah

Cinta segitiga dalam Durham

Film ini kembali mengingatkan tentang pentingnya sebuah selera terhadap sebuah sajian. Lagi, Movielitas berbeda selera dengan film yang diberi rating cukup bagus ini. Meleset dari ekspektasi. Awalnya Movielitas mengira akan menemukan kisah tentang kerasnya sebuah kompetisi baseball. Konflik keras antar pemain lawan dan kawan. Romantisme sebagai bumbu sedap di antara pertandingan. Kisah yang penuh inspirasi tentang meraih kemenangan. Ternyata, tidak ada semua itu. Disini ada sajian drama dengan tiga nama besar senior. Ada kevin Costner, Tim Robbins, dan Susan Sarandon. Mereka memainkan drama segitiga tentang tiga karakter utama. Seorang pemain baseball berusia muda yang masih bermain di minor-league dengan tim Durham Bulls. Seorang veteran baseball yang dipanggil untuk membina pemain muda. Seorang wanita penggemar setia Durham. Konflik yang dihadirkan lebih ke konflik antar senior dan junior di luar lapangan baseball. Lalu, percintaan antara pemain baseball dan suporter

Preman tenor melepas jubah gangster

Dari judulnya memang mirip dengan salah satu nama penyanyi tenor yang pernah ada yaitu Luciano Pavarotti. Dan, memang kisah di dalam film ini membahas dunia penyanyi tenor. Yang menarik adalah film ini dibuat berdasarkan kisah nyata. Singkatnya film ini membahas tentang karakter Jang-Ho yang dikenal sebagai preman atau anggota gangster di Korea. Meskipun sering dikeluarkan dan pindah sekolah, Jang-Ho memiliki talenta di dunia tarik suara khususnya di dunia tarik suara tenor. Latar belakang kehidupan keras di dunia gangster, pertemuannya dengan seorang guru musik yang mau peduli dengan hidup dan talenta terpendamnya, serta perjuangan di dunia tarik suara akhirnya membuat kisah nyata dari Kim Ho Joong menjadi dasar cerita film ini. Dan selalu keunggulan karya Korea adalah mampu memadukan cerita dengan apik dan pas. Ada porsi untuk komedi, ada porsi untuk romantis, dan ada porsi untuk emosional yang mengharukan. Seperti di sini juga, film ini berjalan dengan awal yang

Tiba saatnya membuka lembaran masa lalu

Sebuah sajian film dari daratan Inggris. Genre yang diusung adalah drama. Sebuah drama kehidupan yang menarik diikuti. Movielitas menyukai drama disini. Kompleks dan unik dalam konflik. Poros utama cerita dalam film ini adalah karakter Chynthia Purley dan Hortense. Cynthia Purley adalah sosok ibu dari keluarga menengah yang bekerja sebagai buruh dan tinggal bersama putrinya. Sedangkan karakter Hortense bekerja sebagai optometrist (ahli mata) yang ingin mencari keberadaan ibu kandungnya setelah kematian ibu angkatnya. Bagi Movielitas, kekuatan film ini adalah kualitas akting. Adalah Brenda Blethyn yang paling menonjol aktingnya sebagai Cynthia Purley. Kekuatan lainnya adalah mampu menata konflik-konflik dari karakter pendukung tanpa "mengganggu" konflik inti. Dan, terakhir tentu saja kekuatan dilema saat seorang ibu setelah sekian lama bertemu dengan anak kandung yang menjadi aib. Kesimpulan, genre film drama kehidupan seperti disini sebenarnya bukan favorit Mo

Tandusnya taman pembunuhan massal

Film dengan gaya cerita yang simple. Seorang wanita salah tempat dan waktu menjadi korban bagi 2 pihak jahat sekaligus dalam satu hari. Setelah menjadi sandera perampokan bank, wanita ini dengan malang jatuh ke tangan pembunuh massal. Paling enak menikmati film bergenre ini adalah mudah diikuti. Tidak terlalu banyak konflik dalam yang memutar otak. Tinggal menikmati sajian bagaimana survive dari tekanan yang diberikan oleh pihak jahat dan survive seperti apa yang dilakukan. Untuk disini tidak ada yang istimewa. Hanya berlari di tengah-tengah bukit padang tandus di California dari kejaran pembunuh maniak. Carnage Park (2016) - 6/10