Skip to main content

Posts

Greenland dan sejarahnya

Sajian kali ini berkisah tentang sejarah yang pernah terjadi di Pulau Greenland. Kalau tertarik dengan dunia geografis atau punya sedikit pengetahuan tentang geografis dunia atau punya pengetahuan sejarah dunia, film ini mungkin tidak akan "berat". Karena Movielitas masih minus, baik di bidang geografi ataupun sejarah dunia, film ini masih asing dan sedikit berat di konflik-nya. Sejauh yang Movielitas baca di wikipedia, Greenland ini island nation merupakan pulau terbesar di dunia. Dan berada di naungan Kerajaan Denmark. Kurang lebih benar salah-nya mohon dimaklumi saja. Berkisah tentang ekspedisi yang dilakukan oleh penjelajah dari Denmark di kisaran tahun awal era 1900-an. Film ini memiliki konflik yang bagi Movielitas cukup beragam. Antara lain, mencari tugu batu penanda, konflik misi mematahkan klaim Amerika terhadap Pulau Greenland, konflik perjalanan panjang serta bertahan hidup kurang lebih 800 hari lebih di Pulau Greenland. Dari sudut konflik perjalanan panjang serta

Gangster, Polisi, Dan Iblis

Dari judulnya saja sebenarnya bisa ditebak plot ceritanya. Pastinya di dalam alur cerita akan ada tiga karakter utama. Sang polisi, gangster, dan evil alias si jahat. Fokus film ini lebih besar ke karakter gangster karena berada di area abu-abu. Alur cerita film ini tidak terlalu istimewa sekali. Tidak bagus sekali juga tidak buruk sekali. Lumayan berliku tapi tidak ada simpanan twist. Di tengah film, penonton sudah bisa tahu mana pihak baik mana pihak jahat. Satu yang menonjol dan menarik perhatian Movielitas dari film garapan sutradara Lee Won Tae ini yaitu penampilan Don Lee sebagai Jang Dong Soo sang kepala gangster yang ditakuti. Penampilan fisik serta akting Don Lee ini sangat karismatik sebagai pemimpin gangster. Dan peran Don Lee di film juga sangat besar membangun atmosfir cerita. Keren. Overall, secara film bagi Movielitas biasa saja. Konflik cerita dan alur nya tidak terlalu istimewa sekali. Masih layak buat hiburan tontonan. Dan untuk Don Lee memang sangat bagus membawakan

Tentang Maywand District Murders

Based on true story -nya membuat penasaran tapi jatuhnya film ini masuk di golongan film miss-expectation alias meleset dari ekspektasi. Berkisah tentang pengalaman seorang Andrew Briggman yang mendapatkan kesempatan bertugas militer di daerah konflik. Ada rasa bangga besar yang terbesit dari dalam jiwa Andrew Briggman saat mendapat kesempatan bertugas di Afghanistan. Sayangnya, di sana Andrew Briggman harus mendapatkan pengalaman di luar harapannya. Film ini diangkat dari kisah nyata tentang se-pasukan tentara Amerika yang bertugas di daerah konflik Afghanistan. Mugkin secara dokumenter aslinya, akan lebih menarik. Entah karena faktor akting, atau plot cerita, yang pasti drama militer di sini kurang begitu menarik untuk Movielitas. Faktor lain yang meleset dari ekspektasi Movielitas adalah film ini bukan film yang berisi adegan seru perang-perangan. Bahkan sangat amat minim sekali adegan baku tembak. Justru yang ada hanya konflik batin seorang militer yang melihat aksi rekan-rekannya

Perfluorooctanoic Acid (PFOA)/C-8 di balik slogan anti lengket

Jauh sebelum muncul pandemi Covid-19 yang menggemparkan dunia, bukan berarti tidak ada virus mematikan di muka bumi ini. Seperti yang terjadi di film garapan sutradara Todd Haynes ini. Mengangkat kisah seputar rahasia gelap kelam di balik kesuksesan sebuah produk yang pernah hits pada jamannya. Untuk Movielitas yang memang sangat kurang update urusan berita sejak jaman dulu, film dengan tag based on true story semacam ini bisa menjadi alat menambah pengetahuan meski terlambat. Menonton film ini ada tiga judul film lainnya yang paling sering muncul di kepala. Pertama, Dark Water versi Jepang tahun 2002 silam. Hanya sebatas persamaan judul semata, kalau soal konflik benar-benar jauh berbeda. Kedua, A Civil ACtion (1998) dengan aktor John Travolta, kurang lebih konfliknya sama. Dan, film The Insider dengan aktor Russell Crowe nya. Film ini berkisah tentang perjuangan seorang pengacara biasa, Robert Bilott, yang mendapatkan seorang klien istimewa yang datang dengan awal perkenalan tida

Welcome to Harlow

Selang kurang lebih tujuh tahun lalu dari sekarang adalah Movielitas menikmati sajian sejarah Texas Chainsaw Massacre. Seorang pembunuh sadis yang dikenal dengan julukan Leatherface dengan trademark topeng wajah dari kulit manuasia dan sejata gergaji mesinnya. Sudah banyak remake yang dibuat untuk Texas Chainsaw Massacre ini, terakhir Movielitas menonton versi tahun 2006 . Dan tahun ini lagi-lagi di- remake lagi dengan menyesuaikan kondisi terkini antara lain sudah ada penggunaan ponsel, internet, dan media sosial di dalam alur ceritanya. Jadi, seolah-oleh sang Letaherface ini "terus hidup" dari masa ke masa.  Versi 2022, tetap sama. Plot dan alur ceritanya tidak mengalami perubahan. Gaya thriller-nya hampir seragam dengan gaya thriller Hollywood pada umumnya. Dari awal film bergulir, tugas penonton hanya menebak siapa yang akan menjadi lakon utamanya akan mendapat porsi sorot kamera lebih banyak. Lalu, selanjutnya tinggal menunggu detik-detik dentuman kemunculan sang Leat

Pelajaran tentang aliran dana untuk belajar mengajar

Uang. Ingin punya uang, masih tetap jadi salah satu akar permasalahan dalam hidup manusia selain nafsu perut dan bawahnya. Juga based on true story, masih jadi favorit Movielitas dalam menonton film yang kadang salah tapi kadang banyak benarnya cerita film based on true story itu bisa menarik minat tonton. Kali ini berkesempatan menonton film garapan sutradara Cory Finley yang mengangkat kisah nyata seputar dunia pendidikan di Amerika Serikat. Tanpa membaca sinopsis nya terlebih dahulu, alur cerita di film pada bagian awal terasa sangat membosankan. Entah arah ceritanya akan dibawa kemana. Apalagi ketika dimunculkan konflik seputar "orientasi seksual", Movielitas mulai sedikit kurang tertarik melanjutkan acara menonton film. Movielitas berpikir bahwa mungkin arah film ini akan bercerita seputar kehidupan dan konflik seksual yang dihadapi oleh pejabat teras di salah satu sekolah tinggi di Amerika sana. Tapi ternyata Movielitas tertipu. Ternyata konflik utama film ini jauh lebi

Necrofungus psilocybelis

Kali ini sebuah sajian negara Jerman. Berkisah tentang seorang anak muda yang besar dengan trauma masa kecil menyaksikan dan terlibat dalam kematian kakaknya. Alur cerita dalam sajian horor kali ini menurut Movielitas terasa kaku. Plot cerita juga kurang menarik. Horor yang disajikan hanya bermain di area spesial efek dan mengandalkan adegan kejut (jumpscare) yang bertebaran di banyak sesi. Movielitas semakin tidak bisa menikmati jalan cerita saat harus menonton adegan horor yang dilanjutkan dengan adegan bercinta tiga orang alias threesome. Bukan tidak suka dengan adegan panas-nya, melainkan tidak cocok saja antara adegan threesome dengan adegan horor sebelumnya. Overall, sebuah sajian horor yang kurang menarik, kaku, dan tidak jelas konflik ceritanya. The Privilege (2022) – 4/10