Skip to main content

Posts

Saatnya Kura-Kura Gaul Berskill Ninja Beraksi di Siang Hari

Kalau diterjemahkan secara bahasa, teenage berarti usia muda atau remaja. Mutant berarti mahkluk jadi-jadian. Ninja semua tahu artinya. Turtles berarti kura-kura. Jika digabung mahkluk Kura-Kura Ninja yang berusia muda. Yang pasti kata teenage ini banyak berpengaruh. Usia muda identik dengan fun. Bersenang-senang. Serius ada tapi lebih dibawa santai. Dan, begitu pula dengan konsep gaya film ini. Konflik serius tapi dibawakan dengan santai. Yang paling menonjol adalah kata mutant atau mahkluk jadi-jadian. Karena faktor nya menampilkan mahkluk jadi-jadian tentu saja komputerisasi banyak berperan di dalam film ini. Canggih. Itu kesan pertama. Visual efeknya memang tak perlu diragukan. Halus. Dan, sepertinya untuk ukuran Hollywood, visual efek seperti di film ini sudah hal biasa. Keseluruhan, film ini menghibur dengan gaya kocak gaul ala mahkluk kura-kura berskill ninja. Karena berangkat dari film kartun klasik (era 90an), tentu saja untuk segmen anak-anak, film ini termasuk

Unboxing film Korea Violent Presecutor

Satu lagi film Korea, yang cukup berat untuk Movielitas. Bahasan sederhananya adalah permainan politik dengan mengkriminalisasi jaksa penuntut. Faktor yang memberatkan dalam menikmati film ini adalah (lagi-lagi) soal nama dan wajah. Apalagi disini muncul banyak karakter penting dalam cerita. Sebenarnya juga berkaitan dengan masalah selera. Ekspektasi awal Movielitas mengira film ini akan menjadi hiburan drama ringan dengan komedi. Tapi, keliru. Dari segi alur cerita juga Movielitas kurang paham dengan suguhan yang berbau konflik hukum. Satu hal yang menonjol, sepintas banyak wajah-wajah aktor yang familiar, hanya karena kurang tahu namanya. Keseluruhan, cocok buat pecinta drama korea yang bertema semi kecantikan misi balas dendam ala Ocean Eleven . Violent Prosecutor  (2016) - 6/10

Morgan ingin ke danau

Setelah menyaksikan film garapan perdana sutradara Luke Scott ini, mengingatkan Movielitas pada gaya film Hanna. Hanya saja untuk gender Morgan disini kurang jelas. Fisik dan nama mengarah ke remaja pria, tapi rambut dan pemerannya adalah wanita. Entah. Movielitas teringat pada karakter Hanna, yang juga di plot sebagai "mesin" dengan skill combat di atas manusia biasa. Bedanya konflik Hanna lebih terurai dengan jelas dan atraktif dengan laga,musik,sinematografi,sekaligus drama. Untuk di Morgan ini, penyebab konflik-nya hanya sebatas kejadian tak diduga yang mengakibatkan seorang terluka parah. Tujuan dan alasan "diciptakannya" Morgan ini yang terasa lemah. Bahkan, secara sederhana jika digambarkan plot-nya, intinya hanya "mematikan" Morgan. Penjabarannya terlalu bertele-tele dan kurang menarik. Keseluruhan, biasa saja dan belum ada yang istimewa. Morgan (2016) - 6/10

Kupas atau unboxing film Goat (2016)

Dan, Movielitas kurang paham maksud jalan cerita film ini. Entah apa hubungannya antara perampokan yang dialami oleh Brad yang lalu kemudian "dibayar" dengan mengikuti sebuah perkumpulan (gang. Istilah Amerika-nya fraternity ) mahasiswa. Dimana di dalam fraternity tersebut kerap dijadikan ajang bully yang tidak mendidik sama sekali. Dan, munculnya James Franco tidak begitu banyak berpengaruh pada kualitas cerita. Alur ceritanya biasa saja. Konfliknya yang mengambang tanpa penyelesaian. Dan, tak habis pikir di jaman sekarang ini sistem pelajar sok jagoan ala gang atau perkumpulan atau apapun istilahnya seperti ini masih tetap ada... Dan, momen paling cute serta lucu adalah momen ketakutan para senior Phi Sigma Mu ketika ajang perkumpulannya disorot dewan kampus saat salah satu anggota juniornya meninggal dunia. Disitu ada momen pengecut yang sok jagoan di hadapan para junior tapi ketakutan kepada orang tua bila dikeluarkan dari kampus, what the...??? Kes

Kaya lewat senjata

Tentu saja banyak yang menjadi poin menarik dari film garapan sutradara Todd Phillips ini. Meski, jujur saja awalnya Movielitas salah berekspektasi tentang film ini. Hadirnya nama Jonah Hill menggiring pemahaman bahwa film ini bakal menjadi hiburan segar dengan gaya komedi ala Jonah Hill, namun keliru. Based on true story . Ini poin utama yang menarik dari film ini. Berkisah tentang perusahaan (AEY Inc.) yang bergerak di bidang pengadaan senjata untuk militer Amerika di medan perang. Yang membuat kasus ini menjadi heboh saat itu adalah usia pendiri perusahaan AEY Inc. ini yang masih muda belia. Tentang bagaimana cara kerja David Packouz dan Efraim Diveroli bisa menjalankan bisnis senjata ini, Movielitas mendapatkan kesulitan memahami secara pasti, hanya terkaan ilustrasi saja bahwa mereka seperti perantara antara pemasok dan pembeli. Ada Jonah Hill, Miles Teller, dan spesial Bradley Cooper. Tentu saja menarik, karena mereka bertiga paling tidak pernah punya karya-karya fil

Horor masa lalu yang masih enggan berlalu

Done. Sebuah sajian horor yang bisa dibilang gabungan jurus The Amityville Horror , Insidious , dan The Conjuring . Kalau pernah menyaksikan film-film horor tersebut, menyaksikan film ini tentu tidak akan asing dan sudah dapat menebak arah ceritanya. Tidak ada sesuatu yang istimewa. Hampir semua jurus horornya hanya memakai gaya standard yang sedang trend saat ini. The Remains (2016) - 4/10

Teman kamar yang ingin kembali kembar

Kalau tidak benar ingat, Movielitas pernah melihat sekuel-nya. Tapi, entah kapan. Dan, kali ini berkesempatan melihat versi originalnya. Dibintangi oleh Bridget Fonda berduel dengan Jennifer Jason Leigh. Film ini menawarkan drama psikologi yang mencekam. Mengajak pemirsa untuk ikut berada pada posisi Allie yang salah dalam memilih teman sekamar. Movielitas melihat film ini cukup menarik dan tidak rumit karena tidak perlu berpikir mencari siapa troublemaker-nya, disini tidak ditutupi dengan misteri. Konfliknya sederhana namun penyelesaiannya memang cukup alot dan berliku. Not bad. Single White Female (1992) - 6/10