Skip to main content

Posts

Perjumpaan anarkis antara pegawai,perampok,dan pembunuh

and done... Film yang seharusnya menjadi film kriminal dengan campuran aksi laga penyanderaan dan pembunuhan. Tapi, sayangnya jadi "komedi". Berkisah tentang sebuah bank menjadi sasaran anarkis bagi perampok dan seorang pembunuh berantai yang jadi buron polisi Los Angeles dan dijuluki The Window Killer karena trademark nya yang selalu mencongkel mata korbannya (kurang lebih maksudnya mata adalah jendela jiwa jadi diberi gelar The Window Killer ). Setting lokasi bank, unik dan imut lucu. Lebih tepatnya seperti kantor koperasi simpan pinjam. Atau juga lebih mirip kafe ketimbang kantor penyimpanan harta berharga. Dan, dengan keamanan yang super minimalis. Tidak ada security dan kamera CCTV (meskipun diceritakan lagi mau ditutup). Pada beberapa bagian, akting para aktor aktris di dalamnya terlihat kaku dan "lucu". Terasa kurang pas untuk jadi perampok ataupun polisi. Salah satunya adalah momen negosiasi yang santai sekali antara presiden perampok

Lari Lola Lari

Unik. Simple. Cerdas. Itu kesan pertama saat menyaksikan film dari negara Jerman ini. Meskipun bukan dari kalangan Hollywood tapi tak kalah menarik. Yang pertama mencuri perhatian adalah gaya visualnya yang unik. Gaya pengambilan gambar serta campuran visual kartun membuat film ini terasa segar, santai tapi serius. Konfliknya sederhana saja. Demi menyelamatkan sang kekasih, Lola harus berlari kurang lebih 20 menit mencari uang 100 ribu mark. Itu saja. Meskipun konfliknya terlihat sederhana, namun konflik dijabarkan melalui tiga cerita tiga kesempatan yang berbeda-beda namun tetap pada garis inti yaitu Lola harus berlari mencari uang 100 ribu mark dalam waktu 20 menit demi menyelamatkan sang kekasih. Keseluruhan, Movielitas suka film ini . Alur ceritanya cerdas dengan konflik yang sederhana. Run Lola Run (1998) - 7/10

Unboxing : I Am Not A Serial Killer Movie

Movielitas mencatat sekitar tiga twist yang menarik dari film ini. Pertama ketika dugaan siapa tokoh jahat sudah terbentuk, ternyata terpatahkan. Kedua, saat sudah terbentuk sempurna siapa dalang pembunuhan, terpatahkan lagi oleh perpindahan genre dari crime menjadi manusia jadi-jadian. Ketiga, tentu saja di bagian ending terbuka lebih jelas siapa dalang teror sebenarnya. Sebenarnya film ini menarik. Cerdas karena alasan twist yang tidak hanya satu tapi juga tidak dapat ditebak, diletakkan di sepanjang durasi film. Dan, sudah terlihat unik di luar dugaan sejak identitas karakter jahat-nya dibuka. Sayangnya, jalinan cerita-nya terasa tidak menarik. Kurang daya pikat. Cenderung datar. Keseluruhan, lumayan menarik. Cocok bagi penggemar film genre misteri. I Am Not A Serial Killer (2016) - 6/10

Kerja keras delapan hari seminggu The Beatles menoreh sejarah

Dari judulnya mungkin bisa ditebak jenis apa dari film ini. Film ini adalah dokumenter seputar perjalanan besar dari band besar yang pernah ada di abad bumi ini yaitu The Beatles. Inti cerita dari film dokumenter ini berfokus pada masa tahun 1960an, seputar awal-awal perjalanan karir musik band The Beatles yang berisikan empat pemuda jenius dalam menciptakan serta mengolah lagu. Bakat musik mereka berempat tidak hanya terkenal di kampung halaman mereka sendiri, Liverpool, melainkan juga ke penjuru dunia. Seiring dengan kharisma dan popularitas yang membesar, muncullah tanggung jawab besar yang menguras energi muda mereka. Movielitas sendiri menyukai semua jenis musik. Meski tidak hidup di jaman keemasan The Beatles, namun Movielitas mengenal karya-karya mereka dan menikmati beberapa hits The Beatles yang abadi. Beberapa musik yang dimunculkan di film dokumenter ini, ada yang Movielitas kenali tapi ada juga yang tidak. Dan, ekspektasi awal adalah menambah wawasan bar