Skip to main content

Posts

Streaming berdarah dari pulau antara Indonesia dan New Guinea

Spontan langsung teringat gaya film Death Race . Para napi diadu domba, saling sikut, disiarkan untuk keperluan bisnis tontonan publik. Dengan alasan karena publik menyukai tontonan bloody fight secara live. Alur ceritanya biasa. Para napi dibuat seolah-olah dari seluruh dunia. Ada Amerika, ada Eropa, Latin, dan Asia. Peraturannya, saling bunuh hingga tersisa satu. Aksi laganya biasa. Tidak ada yang istimewa. Adu pukul para pria berotot dan sedikit pemanis tampilan wanita-wanita pemberani sekaligus berani hot seksi. Standar tinggal mengikuti jalan cerita serta baku hantam serta menebak siapa kira-kira hero nya. Meski mau tak mau sudah bisa ditebak. Akhirnya memang film ini terasa hanya menjual nama aktornya saja. Adalah nama Steve Austin dan bertemu dengan Vinnie Jones. Dari ring Smackdown bertemu lapangan bola. The Condemned (2007) - 6/10

Rumble In The Jungle 1974

Film dokumenter yang ternyata menarik serta menambah wawasan. Seperti kata Spike Lee yang menjadi pembicara disini bahwa generasi muda saat ini harusnya melihat sejarah dan kejadian para tokoh besar masa lalu, Malcolm X, John F.Kennedy, Jackie Robinson, dan Ali. Sejarah ring tinju mencatat salah satu pertandingan terbesar yang pernah ada antara 2 raksasa, Muhammad Ali vs George Foreman yang diadakan di Zaire (Congo) 30 Oktober 1974. Dokumenter ini mengangkat seputar persiapan serta pertandingan 8 ronde tersebut. Dari kecil, penulis hanya tahu julukan Si Mulut Besar Muhammad Ali, pada waktu kecil penulis kurang bisa mengartikan arti kata Mulut Besar Ali. Mungkin, memang posisi bibirnya besar. Tapi, dari film dokumenter ini akhirnya penulis tahu makna Mulut Besar tersebut. Dan yang membuat menarik film ini adalah dokumenter asli. Memang terlihat kepercayaan diri Ali sangat sangat tinggi. Perang kata-kata komentar melalui media dan wawancara memang bernada sombong.

Cemetery Junction

Film ini sebenarnya bagus. Menarik. Menyinggung kehidupan umum. Sayang, terasa "lembek". Kurang powerfull . Tentang persahabatan dan kelas ekonomi yang terjadi di sebuah daerah Cemetery Junction. Sebenarnya, tidak hanya di sana, melainkan dimana-mana pasti ada "jurang" atau gap kelas ekonomi. Kaya-miskin. Tiga karakter utama dalam film ini mencerminkan kegalauan para pemudia usia 20an di saat harus memilih dan mulai memikirkan langkah ke depan hidup. Freddie, adalah sosok pemuda yang sadar akan pentingnya masa depan. Mulai bekerja sebagai sales asuransi jiwa. Namun, seperti kenyataan, dunia kerja (disini asuransi), akan banyak menemukan kecocokan dengan di film ini. Yang senior yang menjual banyak policy karena mereka bekerja lebih dulu, akan merasa sombong dan sangat sombong. Berdiri di ujung kemakmuran tanpa pernah peduli produk apalagi jiwa kliennya yang penting adalah komisi. Ironis, sales asuransi, menjual produk penggantian kehilangan nyaw

The Bloodsport Man ke kampung halaman

Kesan pertama masuk di beranda film ini bakal ada kegiatan film action ala Van Damme tentunya. Namun, ternyata ekspektasi tersebut malah terbalik. Disini Van Damme tampil drama. Minus beladiri, meski ada namun sedikit, masih berotot namun tidak garang. Secara keseluruhan kesan film ini unik. Berani beda. Kreatif. Memakai nama besar Van Damme sebagai himself yang sedang berlibur pulang kampung ke Belgia. Namun tragis, sebagai bintang film besar, Van Damme dalam kondisi butuh dana dan terjebak di sebuah perampokan. Bank? Bukan. Melainkan kantor pos. Konyol. Ada sedikit komedi disini. Dan suasana film seperti kuno, warna dominan adalah sephia. Dicampur dengan sedikit effect blur. Jalan ceritanya dicampur flashback dari berbagai campuran sudut pandang, yang akhirnya sedikit membingungkan. Lumayan, menghibur. JCVD (2008) - 7/10