Skip to main content

Posts

Gara-gara rekaman rahasia

Segar. Menghibur. Kocak. Komplit. Gagal bergaya gangster, gagal romantis pula. Sederhana inti ceritanya, pengembangannya yang luar biasa. Kesan serius di bagian awal, diputar balik penuh kekonyolan BoneHead dan Fencer. Belum lagi gaya gagal romantis ala Dong Moo yang tak berdosa. Who's Got The Tape (2004) - 7/10

Menyalahkan kebenaran demi buah hati

Pertanyaannya selalu sama tiap habis menyimak film Korea ini, kenapa harus minta tebusan "pembebasan" kalau tahu pembunuhnya? Mengapa pula pisau pahat itu disembunyikan? Film ini memuat konflik yang berlika-liku dan menarik, meski penulis juga alami missing link story -nya. Diputar balik masih tetap sama. Yang paling berkesan disini adalah sesi opening case-nya. Film berjalan biasa, ceria, lomba maraton, lalu tiba-tiba suasana film berganti....hilang,lenyap,dan misteri. Twist -nya sendiri bagus, tapi kembali lagi, mengapa minta "tebusan" pembebasan tersangka? Mungkin, versi penulis, adalah untuk membuktikan bahwa Yoo-Ji Yeon ini adalah pengacara spesialis. Pengacara sukses spesialis membebaskan "penjahat". Pesan film ini adalah jangan lupakan anak sesibuk apapun. Bila dibuat pepatah, you don't know what you get until it's gone. Seven Days (2007) - 7/10

Sebelumnya di kediaman Kristi...

Judulnya memang memakai angka 2. Namun ceritanya justru "terbalik". Disini justru menceritakan apa yang terjadi atau kaitan kejadian sebelum kematian Micah. Menyambung dari yang pertama tentang kakak Katie Sloat. Ini adalah sedikit film yang mampu menggebrak seri pertamanya . Disini horor yang ditampilkan lebih menggigit dan melebihi pertamanya. Paling berkesan bagi penulis antara lain, Abby. Sumpah, anjing ini keren sekali. Membuat iri hati untuk ikut memiliki. Sangat terlatih. Anjing ini seolah "menjaga" si bayi keluarga Kristi. Nice dog . Gaya dan konsep ceritanya memang memakai gaya yang pertama. Kemudian, karakter sentral disini adalah Kristi yang merupakan saudara kandung Katie di seri pertama. Hanya saja dengan tambahan Abby dan Hunter disini bagi penulis horornya jauh lebih terasa. Karena tentu saja, Abby adalah seekor anjing dan Hunter adalah balita, yang notabene akan "sulit" untuk diajak berakting horor. Namun, penampilan "

Cintaku bukan taruhanmu

Klasik. Masih asyik. Cerah. Renyah. Musik dan gaya cerita dinamis. Seputar cinta-cintaan para remaja di sekolah. Sepasang kakak-adik, Kat dan Bianca, yang memiliki sifat bertolak belakang. Konfliknya sederhana saja, Bianca memiliki banyak penggemar dan gaul, namun keinginannya untuk gaul lebih lanjut terhalangi oleh sikap aneh sang kakak yang tertutup. Untuk alasan gaul lebih lanjut, Bianca memberi tugas pada salah satu fans nya, Joey, untuk mencarikan pacar jalan untuk Kat. Konsepnya standar. Senang-senang dulu. Cerah-cerah dulu. Kemudian, taruhan dipasang. Dapat. Mesra. Ketahuan. Patah hatiku mencintaimu. Naik lagi. Komedinya menjual hal-hal freak , aneh, dan tidak wajar yang kemudian dikontraskan dengan hal lazim. Mungkin untuk jaman film ini beredar akan terasa "dapat" komedinya. Tapi, bila dinikmati saat ini, kurang begitu mengena. Paling berkesan di film ini adalah gaya romantis Heath "Joker" Ledger yang bernyanyi " Can't Take My

Driver tanpa kompromi

Apa bagian endingnya memang begitu ya? Hening. Gelap. Tanpa ending credit ? Atau emang kena yang " ra jangkep "? Karena memang pada durasi 1 jam menit sekian terasa ada yang janggal. *Sekejap moodless Kalau dari konsepnya terasa biasa saja. Perkenalan intro dulu tentang karakter yang berprofesi banyak. Supir ala Transporter , stuntman, dan mekanik. Baru masuk bumbu manisnya romantika jatuh cinta lalu konflik. Konfliknya seputar hutang dan mencintai wanita yang telah bersuami namun lagi-lagi terkena virus hutang. Alur cerita berjalan persis dengan tema sang karakter utama. Dingin, kalem, datar. Aksi laga yang dimunculkan dalam beberapa momen terasa lamban dan kaku. Yang unik disini, isi film boleh dikatakan cerita jantan, namun opening credit -nya justru memakai warna pinky . Penulis terkesan dengan gaya unik Ryan Gosling sebagai driver . Dingin. Irit wicara. Datar kala dialog. Kesan dingin yang dibawakan Gosling cukup bagus. Dingin namun memiliki kema

Perang lokal sang marinir

Konflik yang ada di dalam film ini mengingatkan pada gaya Walking Tall . Marine come back to home . Tapi tentu saja beda tema. Come back -nya dibedakan. Disini dilengkapi isu disorientasi seksual yang mengakibatkan gugur tugas. Lainnya yang membuat senada dengan Walking Tall adalah bermasalah dengan lokal. Hanya saja disini konfliknya terlalu lebar. Banyak konflik jadi satu. Konflik sepele adu panco, konflik sosial dengan troublemaker lokal, konflik militer, konflik seksualitas. Dibandingkan dengan Walking Tall, jelas disini lebih feminim. Lebih soft dalam aksi hanya mengandalkan sisi drama dilemanya. Lepas masalah satu untuk mendapatkan masalah lainnya. Yang paling penulis suka disini adalah landscape rumah Everett yang benar-benar luar biasa pemandangannya. Perfect. Perbukitan. Jauh dari keramaian kota. A Marine Story (2010) - 5/10

Bekerja untuk perusahaan berdarah dingin

Kalau dari ceritanya, seperti terasa biasa saja. Tidak jelek tapi juga tidak terlalu bagus. Standar saja. Tapi, gaya So Ji-sub sebagai Hitman memang harus penulis akui sangat pas. Dingin sekaligus mematikan. Gaya aksi laga baik tangan kosong maupun dengan senjata api ala Korea ternyata memang tidak kalah dengan Mandarin ala Jackie Chan. Dan, memang terasa taste actionnya berbeda. Memiliki gaya tersendiri. A Company Man (2012) - 6/10