Skip to main content

Posts

Kehebohan di panggung belakang panggung

Penulis pertama kali mengenal nama Jay-Z justru dari Linkin Park ( big fans ). Mereka pernah membuat album duet yang sangar dan berkualitas emas. Itulah alasan utama menyimak dokumenter ini - Jay Z. Film ini memang seputar perjalanan konser A Hard Knock Life hampir 2 bulan lebih nonstop yang dilakukan oleh para hip-hop rapper dari label Roc A Fella. Dari sekian banyak sesi artis yang ditampilkan hanya beberapa yang akrab bagi penulis. Jay Z ( rhyme rap nya memang menonjol) dan DMX (sering main film). Sayang, bagian Jay Z kurang maksimal. Tidak ada sesi interview khusus buat Jay Z disini padahal yang lain diberi kesempatan bicara banyak. Satu lagi, (mungkin) bagi fans atau yang memang sudah familiar dengan Ja Rule, Amil, Method Man, Memphis Bleek, dokumenter ini akan lebih mudah dicerna dan wajib dikoleksi. Backstage (2000) - 6/10

Full house inside elevator

Pertama kali (dulu) menyimak film ini, spontan langsung teringat gaya film Blackout . Dua film itu sama-sama memakai satu tempat untuk mengeksplorasi situasi mencekam dalam kesempitan yaitu lift. Lalu apa yang beda? Tentu saja tema film. Bila di blackout berisi kisah 3 orang dengan background berbeda, disini memakai "serangkai kartu full house". 3 pria, 2 wanita. Dari segi horor, tampilan Devil jauh lebih baik. Tidak datar. Memakai pola cekam-tenang-cekam-tenang dan seterusnya hingga twist. Lebih menonjol dalam kedalaman cerita. Tidak dangkal dan tidak terperangkap pada lift tapi jauh lebih dalam membungkus teka-teki yang lumayan apik. Ada double twist . Setidaknya itu yang penulis tangkap. Twist pertama, sangat dramatis. History link yang dipakai sudah cukup mengena. Sayang, twist yang kedua kurang terasa dan akhirnya membuat tensi film jadi turun. Tanpa twist kedua sebenarnya film ini sudah menarik. Ada missing story yang penulis alami meski harus sampai le

Honor and respect

Kesan yang tertangkap setelah menyimak film HBO Films ini adalah sunyi. Kedalaman cerita lebih banyak disampaikan melalui gaya. Style yang cukup menyentuh dengan pengambilan sudut demi sudut yang sangat apik. Penulis juga sangat menyukai Kevin Bacon disini. Gaya Kevin mewakili sosok perwira nyata Mike Strobl yang mengajukan diri sebagai relawan dalam tugas escort duty untuk Chance Phelps. Rapi, tegas, dan berwibawa menjunjung tugas dan militer. Salah satu adegan yang penulis suka adalah ketika menolak tegas melepaskan jas militer di bandara dan secara tanggung jawab mengawal Chance Phelps pulang meski dalam kondisi seadanya. Ada beberapa segmen yang mau tidak mau menyentuh perasaan haru sekaligus kagum. Segmen bandara menyimpan keharuan duka sekaligus kebanggaan. Penggambaran di segmen bandara ini berhasil menciptakan nuansa haru yang mendalam. Segmen lainnya adalah ketika Mike Strobl melakukan escort duty nya melalui jalur darat. Tanpa dikomando, sekumpulan mobil pribadi

Karang

Setelah Open Water dan Adrift, ini adalah film "saudara" ketiga bagi penulis seputar petaka liburan di atas lautan samudera. Penulis menyukai gaya film sejenis ini karena tidak terlalu kompleks dalam mengikuti alur. Kunci film ini adalah kekuatan visualnya, penulis katakan berhasil apabila film mampu memindahkan imajinasi atau ikut merasakan saat menonton ke dalam posisi survival karakter yang ada di jalan cerita. Tentang perjalanan berlibur yang berubah menjadi petaka. Formula cerita masih sederhana dan sama dengan baik Open Water maupun Adrift. Intro lalu konflik. Kedalaman cerita tidak rumit. Sisi konflik dan ketegangan di atas laut yang ditampilkan sudah cukup realistis dan natural hanya terasa kurang rapat terlalu banyak bagian " wait and attacked " *Film ini dan mungkin sejenisnya kadang sudah memberi clue di sesi awal. Tampak disini karakter mana yang lebih disorot pada bagian intro drama percintaan, maka biasanya menjadi the last one * **D