Skip to main content

Sebuah kebanggaan di atas ketidakadilan


”Jika seseorang terpanggil untuk menjadi penyapu jalan, hendaklah ia menyapu jalan sama seperti Michaelangelo melukis, Beethoven bermain musik, atau Shakespeare menulis puisi.  Ia harus menyapu jalan dengan begitu baik sehingga semua penghuni surga dan bumi akan berhenti sejenak untuk berkata, ’Di sini tinggal penyapu jalan hebat yang melakukan pekerjaannya dengan baik.’” Ini adalah kata-kata Marthin Luther King Jr.,  pejuang hak sipil dan antidiskriminasi di Amerika Serikat dan penerima Nobel untuk perdamaian pada 1964.  

Saat menonton film ini yang ada di kepala Movielitas adalah ingatan seputar kalimat di atas. Entah dimana pastinya Movielitas pernah membaca kalimat di atas. Movielitas lupa tapi itu kurang lebih menggambarakn sedikit dengan apa yang ada di film ini.

Dan terjadi lagi... Terhanyut oleh sajian berkualitas tinggi dari aktor dan sutradara gaek, Clint Eastwood. Terutama seperti di film ini, based on true event, benar-benar mengena. Luar biasa.

Film ini berkisah tentang kisah hidup seorang pria sangat biasa, usia tiga puluh tahunan, yang hidup bersama ibunya. Berprofesi sebagai petugas supply awalnya, dan bermimpi besar kelak akan menjadi petugas hukum atau polisi. Pria tersebut bernama Richard Jewell (RJ) . Impian RJ seperti merangkak pelan, satu ketika RJ mendapat sebuah pekerjaan baru yaitu sebagai satpam kampus. Karir sebagai satpam kampus harus pupus saat Richard Jewell benar-benar "melaksanakan" tugasnya sebagai penjaga dan penegak aturan. Hingga pekerjaan RJ selanjutnya adalah sebagai petugas keamanan pada acara Olimpiade Atlanta 1996.

Berdasarkan sejarah ada kejadian Centennial Olympic Park Bombing. Dan, Richard Jewell pada saat itu, 27 Juli 1996, sedang bertugas. Atas inisiatif dan dengan passion-nya bercita-cita menjadi penegak hukum yang benar, Richard Jewell gagal untuk menjinakkan bom. Akan tetapi, lewat aksi berani-nya, Richard Jewell berhasil menyelamatkan banyak jiwa hari itu. Bom berhasil meledak, namun tidak sampai merenggut nyawa banyak orang tidak berdosa. Entah bagaimana kisah sebenarnya, pihak FBI akhirnya justru malah menetapkan Richard Jewell sebagai dalang di balik bom tersebut.

Dari segi alur cerita, bisa saja penonton membaca literasi nya lewat internet. Dan memang biasa saja alur cerita dan plot cerita di film ini. Yang menonjol dari film ini, menurut versi Movielitas adalah kepiawaian memilih aktor-aktris nya. Ada lima tokoh penting di film ini. Masing-masing diperankan dengan kualitas akting mumpuni, yang mana setidaknya bisa membuat penonton ikut merasakan apa yang terjadi dengan dampak peristiwa bom di perayaan pesta Olimpiade Atlanta saat itu.

Paul Walter Hauser sebagai Richard Jewell. Lewat akting cemerlang Paul Hauser ini penonton diajak lebih mengenal sosok pria sederhana Richard Jewell. Pria biasa sederhana yang sangat sangat bangga dengan profesinya sebagai petugas keamanan. Pria biasa sederhana yang menurut gambaran di film ini, susah untuk marah dan sangat polos. Di satu titik, harus mendapat tekanan luar biasa di kehidupan pribadi dan keluarganya. Movielitas beri skor 8/10 untuk Paul Hauser.

Kathy Bates. Movielitas mengenal Kathy Bates di akting menawannya di film Misery. Disini Kathy juga bermain sangat apik sebagai ibu Richard Jewell.  Movielitas beri skor 7/10.

Jon Hamm - Olivia Wilde. Berperan sebagai agen detektif dan wartawan. Yang kalau menurut film ini menjadi sumber "malapetaka" pertama bagi Richard Jewell. Jon Hamm sebagai agen Tom Shaw disini berhasil menggambarkan kekonyolan baik bagi individu maupun kelembagaan semegah FBI. Movielitas beri 7/10.

Sam Rockwell sebagai teman sekaligus pengacara bagi Richard Jewell. Movielitas beri 8/10.

Lewat perang akting kelima pemain tersebut, sudah cukup membawa suasana haru sekaligus menyedihkan. 

Overall, luar biasa. Clint Eastwood membawakan sebuah karya film berkualitas. Disini menggambarkan realita beginilah kehidupan. Menyedihkan sekali kehidupan saat ini. Ada kalanya perbuatan baik tidak selalu menerima kebaikan juga. Dan, Movielitas juga ikut merasakan bangga nya bila kita mencintai profesi kita sekecil apapun. Tapi ada kalanya manusia meremehkan, tapi kembali lagi beginilah kehidupan. Film ini mampu membawa Movielitas ikut merasakan duka dan sedih dengan sosok Richard Jewell. Recommended.

Richard Jewell (2019) - 8/10

Comments

Popular posts from this blog

Dibalik obat Ridocaine

Sajian kali ini berkisah tentang seorang ibu yang hidup dengan anak perempuannya. Sang anak menderita sebuah penyakit kelumpuhan dan harus hidup di atas kursi roda. Konflik terjadi karena pola pendidikan sang ibu yang terlalu "sayang" kepada sang anak hingga membatasi sang anak dari dunia luar. Hingga sang anak mulai beranjak dewasa dan mulai kritis terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Alur plot ceritanya lumayan. Seperti judulnya hanya terdiri 3 huruf, Movielitas menyukai gaya minimalis cerita, konflik dan pemainnya. Tidak perlu melebar kemana-mana. Gaya thriller-nya soft saja, tidak yang penuh emosional. Dari segi akting, chemistry antar duo aktris sebagai ibu-anak, Sarah Paulson-Kiera Allen, cukup bagus. Mungkin, versi Movielitas, film ini mengangkat realita yang kadang memang ada, dimana gaya didikan orang tua ada yang terlalu protektif dengan alasan kasih sayang. Di satu sisi baik, tapi di sisi lain, juga bisa "melumpuhkan" sang anak itu sendiri. Overall, ba

Menguak rahasia setelah terkubur

Tidak hanya bercerita soal tragedi seorang remaja belasan, Alice Palmer, yang tewas tenggelam di dam saat berpiknik tapi lebih dari itu. Alice Palmer diyakini "kembali" ke rumahnya untuk memberi tahu tabir misteri siapa sebenarnya Alice Palmer kepada keluarganya sendiri. Pertama kali, begitu masuk ke ranah cerita film ini bagi penulis cukup menarik. Alasannya, tanpa melakukan research . Random pick , film ini memang terlihat seperti film dokumenter. Ada footage yang terlihat asli. Ada sesi interview. Ada adegan penggambaran suasana pencarian oleh kepolisian. Ada sesi footage interview televisi. Kemudian, setelah mencari infonya, ternyata film ini adalah horor mockumentary . Penulis sendiri kurang memahami betul apa yang dimaksud mockumentary. Yang pasti bukan documentary. Lalu, info lainnya adalah Talia Zucker as Alice Palmer. Jadi, setelah melakukan pencarian info, film ini sepertinya bukan film asli dokumentasi. Menariknya adalah sedikit sulit bagi penulis m

Asmara di dalam kelas yang terlarang

Drama dari Swedia. Temanya tentang hubungan asmara antara guru dan muridnya. Tema kontroversial seperti ini biasanya memiliki sisi membuat penasaran. Bagi penulis, hanya sebagian saja yang menarik. Terutama saat berfokus pada manisnya asmara guru dan murid. Masih malu-malu. Kemudian berkembang menjadi intim. Alur cerita menjadi tak menentu ketika plot asmara antara karakter guru, Viola, dan muridnya, Stig, perlahan mulai menghilang panasnya. Irama film tidak lagi berfokus pada dua karakter utama, melainkan mulai memasukkan porsi karakter lain yang kurang berpengaruh banyak. Karakter Stig bahkan bersahabat dengan suami gurunya. Stig juga secara tiba-tiba punya kekasih yang sebaya. Keseluruhan, menarik pada plot kisah asmara guru dan murid. Plot pengembangannya, kurang begitu menarik. All Things Fair (1995) - 6/10  

Tiger Wong versi layar lebar

Begitu Nicolas Tse menyebut nama karakternya ... Tiger Wong, baru semuanya jelas. Ternyata film ini merupakan adaptasi dari komik lawas yang fenomenal (setidaknya bagi jaman penulis Sekolah Dasar dulu) yang berjudul Tiger Wong. Alur ceritanya sendiri, kurang begitu menancap baik. Karena sibuk mencocokkan karakter yang ada di film dengan memori penulis tentang komik Tiger Wong. Dan, ternyata memang berbeda. Yang penulis kenal dari komik Tiger Wong, adalah petualangan duo Tiger Wong dan Gold Dragon. Disini ada karakter Dragon Wong (kakak dari Tiger Wong) yang di komik karakternya "terlewatkan" dan diceritakan telah meninggal. Lebih pas bila karakter Tiger Wong dibawakan Donnie, pendapat penulis. Karakter Tiger Wong disini minus jurus Sembilan Matahari. Gold Dragon. Disini justru bernama Turbo. Sama, menggunakan Nunchaku. Sama, andalan jurus Baju Besi Emas dengan simbol Lonceng Besi. Minus karakter Guy si Tapak Budha. Disini ada karakter 4 sahabat, namun

Kisah Dua Anak Manusia Yang Terdampar Indah

Film ini penulis dengar gaungnya karena disebut-sebut kontroversial (pada jamannya). Sejauh apa kontroversialnya. Ide ceritanya lumayan. Sebuah kapal besar dengan penumpang bangsawan mengalami kerusakan di tengah laut. Di antara yang selamat adalah sepasang saudara laki-perempuan yang masih anak-anak, Richard-Emmeline, ditemani oleh seorang dewasa, Bapak Button. Mereka bertiga kemudian terdampar di sebuah pulau kecil terpencil tanpa signal apapun. Kurang lebih seperti Castaway. Dan, tak lama berselang, Bapak Button meninggal. Jadilah Richard-Emmeline hidup sendirian di pulau itu. Beranjak dewasa....inilah fokus ceritanya. Kontroversialnya mungkin terletak di poin ini. Di satu sisi, "menarik" sekali. Brooke Shield pada saat itu masih cantik,imut,menggairahkan. Film ini seolah mengajak ikut berfantasi, bagaimana jadinya bila terdampar berdua.. ( dengan catatan kalau dengan mirip Brooke Shield versi muda ini! ) pasti asyik... Lain cerita kalau ternyata pasang

4 bersaudara bersatu

Kesan pertama yang langsung muncul adalah film ini berbobot standar saja. Konflik nya seputar persaudaraan 4 pria yang terjalin kembali karena meninggal-nya orang tua asuh mereka. Overall, tidak ada yang istimewa. Mulai dari alur cerita hingga konflik, semua nya standard saja. Hanya di beberapa titik momen terasa berlebihan mendramatisir. Four Brothers (2005) - 6/10

Pembahasan tentang seks dalam keluarga

Wooww... Warning dulu. Karena film ini sarat dengan hal-hal yang berbau "dewasa", pastinya tidak cocok dikonsumsi bagi jiwa-jiwa labil yang gemar meniru. Warning berikutnya, siapkan tisue... Dari judulnya mungkin sudah bisa ditebak isi buah film ini. Pertama dari negara Perancis, dan kedua berkisah seputar seksual. Menarik. Setidaknya film ini membahas seputar seksualitas di sebuah keluarga yang tidak tabu membahasnya. Dan, bagi keluarga ini, seks merupakan kebutuhan manusia selayaknya makan. Siapapun memerlukan makan, dan seharusnya menjual makanan bagi kebutuhan orang lain pun tidak ada salahnya. Sebaliknya, siapapun (harusnya) membutuhkan atau setidaknya memiliki naluri seksual. Bagi Movielitas dari segi cerita, drama film ini mungkin memiliki pesan moral seputar pentingnya edukasi seks dalam sebuah keluarga. Bukan untuk hal negatif, justru untuk bekal bagi yang muda agar tidak sembarangan mengumbar nafsu secara tak bertanggung jawab. Sedangkan

Gairah membara Cecile

!! 18++ !! Kesan pertama seusai menyimak film ini, wowww... !! Panas. Bukan untuk kalangan 25 tahun kebawah, kecuali boleh untuk remaja yang sudah menikah. Vulgarnya tergolong keras. Bukan hardcore namun tergolong berani . Sang aktris yang bermain panas disini adalah Deborah Revy yang porsi "panas gila"nya cukup besar. Plot ceritanya sendiri biasa. Tentang kehidupan seorang wanita yang berpetualang seks dari beberapa lelaki, entah apa tujuannya yang pasti wanita ini sangat menikmati setiap petualangan gilanya. Di tempat lain, dikisahkan tentang hubungan panas nan malu-malu ala Alice dan Matt. Yang menarik disini bukan film tentang dunia prostitusi melainkan tentang gairah murni yang timbul karena alami bukan karena materi seperti di dunia nyata. Keseluruhan, lumayan buat obat penambah gairah, untuk kalangan yang telah menikah mungkin bisa dijadikan referensi penambah kreativitas dalam keintiman. Deborah Revy, you're so hot !! Mengapa Q? Penulis ber

Togo

Kali ini Movielitas berkesempatan menonton sebuah sajian tentang hewan favorit Movielitas, yaitu seekor anjing. Dari Disney dan bila boleh berpendapat bisa Movielitas katakan hampir "mirip" dengan Eight Below . Berkisah tentang seekor anjing milik Seppala. Awal mulanya Seppala bukanlah seorang pecinta anjing namun karena "kegigihan" Togo kecil untuk terus membuntuti kemanapun Seppala pergi dengan kereta anjing-nya, akhirnya Seppala pun luluh dan harus mengakui "kelebihan" yang dimiliki oleh Togo. Hingga sampai di suatu masa, terjadilah sebuah epidemi diphteria yang menyerang anak-anak di daerah Seppala tinggal. Epidemi Diphteria ini membutuhkan serum untuk penangkalnya dan karena keterbatasan transportasi serta area yang sulit dijangkau disertai cuaca buruk, akhirnya diputuskan bahwa yang akan menjemput serum dari kota adalah Seppala dan kereta anjingnya. Based on true event, ini yang membuat Movielitas tertarik untuk menonton selain faktor anjing. Namun j

Memburu jejak emas batangan bermotif penari Bali

Dulu, seingat penulis film ini cukup fenomenal pada jamannya. Terutama pada penggunaan mini cooper. Meskipun sebenarnya Mr.Bean sudah lama memakai di serial televisi. Kini, ada kesempatan kembali menikmati sajian film yang disutradarai F.Gary Gray. Dan, yang baru bisa penulis sadari adalah jajaran cast -nya yang ternyata cukup mantab. Mark Wahlberg, Jason Statham, Mos Def, Donald Sutherland, Edward Norton, tak ketinggalan pemanis yang seksi Charlize Theron. Kalau dari template ceritanya, kurang lebih mirip gaya Ocean Eleven . Satu tim dengan gaya santai berusaha "merampok" barang curian jutaan dollar. Banyak bintang tenar yang kemudian diletakkan sebagai tim dengan keahlian. Disini minus anggota dari daratan Asia. Tidak perlu memikirkan caranya atau berapa biayanya. Baik antara tim Ocean maupun tim Charlie disini memiliki kesamaan, semua serba sudah tersedia. Tugas mereka hanya menyajikan hiburan apik aksi pencurian kelas atas. The Italian