Skip to main content

Menemukan separuh pelangi yang pernah hilang


Salah satu alasan memilih film ini adalah ajang memori mengenang masa-masa saat ikut terserang virus sinetron mandarin. Sinetron? Benar sinteron, tapi mandarin. Bukan lokal yang gemar meniru. Yaitu Meteor Garden yang melejitkan nama grup F4. Salah satunya adalah Vic Chou yang berperan di Meteor sebagai si cool Wo Che Lei.

Kualitas akting Vic disini boleh dibilang cukup lumayan. Disini Vic Chou tampil dewasa dengan kumis dan janggut sekaligus penampilannya yang (masih) cuek namun beda nasib dengan Che Lei. Di Meteor, Vic Chou berperan sebagai siswa kaya raya, disini sebaliknya. Vic berperan sebagai A Bee yang "mantan" pembalap dan hidup semrawut terpuruk mabuk. Jauh dari kesan ekslusif seperti di Meteor Garden.

Alur ceritanya tentang drama keindahan antara ayah dan anak. Nuansa film cerah. Konfliknya cukup menarik sekaligus mengharukan. Tidak berat sebagai drama keluarga. Ada taste komedi sedikit.

Penulis mencatat kesan dari film ini. Rumah yang dipakai lokasi syuting keren sekali. Tidak mewah namun "mahal" view pemandangannya. Berdiri rapuh di atas perbukitan menghadap ke laut lepas. Bila suasana cerah, maka akan sangat indah sekali. Pengambilan gambar yang meluas mampu menyejukkan mata memandang. Luar biasa.

Penampilan si kecil Binbin disini juga keren. Meski berusia anak-anak penampilan drama aktingnya tidak kalah dengan Vic Chou yang sedikit kedodoran saat berakting emosi marah membentak-bentak. Moment menangis, sedih, marah, dimainkan oleh Binbin dengan nilai sempurna menggemaskan.

Istri Ah Bee tepatnya mantan istri Ah Bee, Jiawei, yang diperankan cantik Mini Yang hmmmm...cantiknya sadis sekali. Manis level mematikan. Memerankan Jiawei yang secara sadis pula meninggalkan Ah Bee dalam keterpurukan hidup.

Ada sebuah sindiran ironi kehidupan yang ditampilkan di drama ini. Potret karakter Jiawei ini memang potret realita cinta masa kini. Ketika Ah Bee sukses sebagai pembalap, Jiawei ada. Namun ketika Ah Bee terpuruk hancur, Jiawei pun melenggang ke Amerika. Itulah cinta masa kini yang sangat amat mahal dijual, apalagi bila merasa terlahir "menawan" pasti uang adalah surga segalanya. Tak ada uang tak ada cinta.

Hal itu berbeda 180 derajat dengan cinta tulus anak-anak, disini cinta anak kandung Ah Bee yaitu Binbin. Dimana ketika ayahnya sukses sebagai pembalap, Binbin belum lahir. Namun, bagaimanapun hebatnya sang ayah sedang hancur terpuruk mabuk, Binbin memilih kembali hidup rapuh di gubuk indah bersama ayahnya yang miskin merana sendiri. Itulah cinta anak-anak yang tulus. Mari tersindir.

Perfect Two (2012) - 7/10

Popular posts from this blog

Dibalik obat Ridocaine

Sajian kali ini berkisah tentang seorang ibu yang hidup dengan anak perempuannya. Sang anak menderita sebuah penyakit kelumpuhan dan harus hidup di atas kursi roda. Konflik terjadi karena pola pendidikan sang ibu yang terlalu "sayang" kepada sang anak hingga membatasi sang anak dari dunia luar. Hingga sang anak mulai beranjak dewasa dan mulai kritis terhadap apa yang terjadi pada dirinya. Alur plot ceritanya lumayan. Seperti judulnya hanya terdiri 3 huruf, Movielitas menyukai gaya minimalis cerita, konflik dan pemainnya. Tidak perlu melebar kemana-mana. Gaya thriller-nya soft saja, tidak yang penuh emosional. Dari segi akting, chemistry antar duo aktris sebagai ibu-anak, Sarah Paulson-Kiera Allen, cukup bagus. Mungkin, versi Movielitas, film ini mengangkat realita yang kadang memang ada, dimana gaya didikan orang tua ada yang terlalu protektif dengan alasan kasih sayang. Di satu sisi baik, tapi di sisi lain, juga bisa "melumpuhkan" sang anak itu sendiri. Overall, ba

Tiger Wong versi layar lebar

Begitu Nicolas Tse menyebut nama karakternya ... Tiger Wong, baru semuanya jelas. Ternyata film ini merupakan adaptasi dari komik lawas yang fenomenal (setidaknya bagi jaman penulis Sekolah Dasar dulu) yang berjudul Tiger Wong. Alur ceritanya sendiri, kurang begitu menancap baik. Karena sibuk mencocokkan karakter yang ada di film dengan memori penulis tentang komik Tiger Wong. Dan, ternyata memang berbeda. Yang penulis kenal dari komik Tiger Wong, adalah petualangan duo Tiger Wong dan Gold Dragon. Disini ada karakter Dragon Wong (kakak dari Tiger Wong) yang di komik karakternya "terlewatkan" dan diceritakan telah meninggal. Lebih pas bila karakter Tiger Wong dibawakan Donnie, pendapat penulis. Karakter Tiger Wong disini minus jurus Sembilan Matahari. Gold Dragon. Disini justru bernama Turbo. Sama, menggunakan Nunchaku. Sama, andalan jurus Baju Besi Emas dengan simbol Lonceng Besi. Minus karakter Guy si Tapak Budha. Disini ada karakter 4 sahabat, namun

Dewa Judi

Salah satu film klasik Hongkong yang paling berkesan. Bagaimana tidak berkesan, karena film ini pertama kali penulis tonton saat masih Sekolah Dasar. Dan, langsung terpikat sekaligus tak lupa meniru gaya cool Dewa Judi. Salah duanya, bermain kartu ala poker meski tak tahu aturan resminya, pokoknya 2 kartu tertutup lalu dibuka pelan pelan pelan sekali. Tak lupa gaya makan coklatnya, yang alhasil langsung batuk-batuk akibat kebanyakan coklat. Rambut? Sayang tak bisa menirunya. Apa saja yang berkesan dari film lawas ini? Segudang momen berkesan dari sini. Mulai Chow Yun Fat, pasti. Karena karakter Chun Dewa Judi ini melekat pada diri Chow Yun Fat, bahkan saat Chow bermain untuk Hollywood bersama Mark Wahlberg, masih sempat menyelipkan karakter Dewa Judi. Cool, calm, confident , selalu tersenyum, menghabiskan banyak minyak rambut. Andy Lau. Ya, film ini juga dibintangi Andy Lau yang bermain dengan gaya kocak. Dan memang konflik film ini lebih mengarah ke komedi aksi.

Asmara di dalam kelas yang terlarang

Drama dari Swedia. Temanya tentang hubungan asmara antara guru dan muridnya. Tema kontroversial seperti ini biasanya memiliki sisi membuat penasaran. Bagi penulis, hanya sebagian saja yang menarik. Terutama saat berfokus pada manisnya asmara guru dan murid. Masih malu-malu. Kemudian berkembang menjadi intim. Alur cerita menjadi tak menentu ketika plot asmara antara karakter guru, Viola, dan muridnya, Stig, perlahan mulai menghilang panasnya. Irama film tidak lagi berfokus pada dua karakter utama, melainkan mulai memasukkan porsi karakter lain yang kurang berpengaruh banyak. Karakter Stig bahkan bersahabat dengan suami gurunya. Stig juga secara tiba-tiba punya kekasih yang sebaya. Keseluruhan, menarik pada plot kisah asmara guru dan murid. Plot pengembangannya, kurang begitu menarik. All Things Fair (1995) - 6/10  

Jangan pernah mencuri

Wow....this is cool movie . Dan, Movielitas pun terkecoh. Awalnya mengira akan ada sajian horor (dunia lain) standard namun ternyata di luar dugaan. Tidak heran ketika menyaksikan hingga detik tamat cerita, ada nama Sam Riami di balik layar. Film ini "hanya" menampilkan kisah pencurian oleh dua pria dan satu wanita. Keputusan untuk merampok rumah sasaran adalah karena tidak ada "kehidupan" di sekitar rumah target dan sang pemilik rumah adalah "hanya" seorang lelaki tua dan buta yang tinggal bersama anjingnya. Yang terjadi berikutnya adalah ketegangan demi ketegangan. Dan disitulah poin menariknya. Film ini ternyata bernada seperti horor-thriller standard Hollywood yang umunya bermain simple. Karakter lelaki tua yang harusnya menjadi korban pencurian malah secara mengejutkan berubah menjadi poros teror. Keseluruhan, film ini berbeda. Meski alur ceritanya bisa dibilang sangat sangat sederhana sekali namun punya kesegaran dalam menampilkan

Kisah Dua Anak Manusia Yang Terdampar Indah

Film ini penulis dengar gaungnya karena disebut-sebut kontroversial (pada jamannya). Sejauh apa kontroversialnya. Ide ceritanya lumayan. Sebuah kapal besar dengan penumpang bangsawan mengalami kerusakan di tengah laut. Di antara yang selamat adalah sepasang saudara laki-perempuan yang masih anak-anak, Richard-Emmeline, ditemani oleh seorang dewasa, Bapak Button. Mereka bertiga kemudian terdampar di sebuah pulau kecil terpencil tanpa signal apapun. Kurang lebih seperti Castaway. Dan, tak lama berselang, Bapak Button meninggal. Jadilah Richard-Emmeline hidup sendirian di pulau itu. Beranjak dewasa....inilah fokus ceritanya. Kontroversialnya mungkin terletak di poin ini. Di satu sisi, "menarik" sekali. Brooke Shield pada saat itu masih cantik,imut,menggairahkan. Film ini seolah mengajak ikut berfantasi, bagaimana jadinya bila terdampar berdua.. ( dengan catatan kalau dengan mirip Brooke Shield versi muda ini! ) pasti asyik... Lain cerita kalau ternyata pasang

4 bersaudara bersatu

Kesan pertama yang langsung muncul adalah film ini berbobot standar saja. Konflik nya seputar persaudaraan 4 pria yang terjalin kembali karena meninggal-nya orang tua asuh mereka. Overall, tidak ada yang istimewa. Mulai dari alur cerita hingga konflik, semua nya standard saja. Hanya di beberapa titik momen terasa berlebihan mendramatisir. Four Brothers (2005) - 6/10

Pelajaran 127 jam

Yang membuat penasaran dari film ini adalah ada 2 nama besar dibaliknya. Danny Boyle dan A.R. Rahman. 2 nama ini penulis kenali dari karya megah fenomenal kontroversial Slumdog . Hal lainnya yang memancing penasaran adalah, based on true story dan James Franco. Jalan ceritanya hampir senada dengan gaya Buried . Hanya saja, disini bukan karena diteror atau dipaksa hingga terjepit, tapi memang terjepit. Sama-sama menggunakan tipikal one man show dan jauh dari mana-mana. Penulis mengambil banyak pelajaran dari film ini, sebut saja yang paling spontan, bahwa hidup itu berharga. Apalagi di saat merasakan himpitan tak berdaya di ujung batas hidup-mati. 127 jam tentu bukan waktu yang sebentar, tapi masih ada yang "memberi air" dan udara bila diterjemahkan secara religi, masih selalu ada kesempatan untuk berusaha. Lalu, dalam hidup, kadang memang ditemukan pilihan sulit. Tinggal bagaimana menjalani. Dan kisah Aron Ralston ini cukup menginspirasi, tergantung sisi mana ki

Gairah hidup Lucia

Mungkin memang dasarnya sedang false on mood dan diperparah dengan keberadaan subtitle serta bahasa yang dipakai, penulis kurang bisa menikmati drama eksotis ini. Yang bisa penulis resapi adalah film ini berkisah tentang seorang wanita cantik yang jatuh hati kepada seorang penulis. Sejak itu, cerita menjadi rangkaian pecahan demi pecahan yang tersebar dan harus dipungut kemudian dipasangkan. Sulit. Penulis mulai "ketinggalan" laju cerita, antara kisah cinta Lucia dan Lorenzo, kemudian berlanjut ke drama Lucia yang ditinggal pergi. Flashback ke masa-masa erotis Lucia bersama Lorenzo, semakin sulit diikuti terlebih lagi memasuki babak drama depresi Lorenzo yang membangun kisah roman dalam tulisannya. Kalau dari sisi erotisnya, cukup membakar gairah dan bukan untuk kalangan bocah. Namun kalau dari sisi dramanya meski direspon positif oleh banyak pihak, bagi penulis masih kurang bisa dinikmati secara ringan. Perlu ekstra mengikuti serta meresapi. Tinggal pilih

Dead Man Down

Jujur saja, ini film masuk kategori "berat". Entah lagi tak pas mood nya atau bagaimana, rasanya susah mengikuti alur ceritanya. Terasa lamban dan kurang powerfull. Yang bisa penulis tangkap kisah tentang penjahat jatuh cinta, segitu saja. Konfliknya tentu saja seputar cinta penjahat. Baik aksi maupun intrik yang disajikan terasa lemah dan berbelit. Perlu lebih dari sekali menyimak agar lebih bisa menangkap jalan ceritanya. Dead Man Down (2013) - 6/10