Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2015

Mimpi buruk di Overlook Hotel

Bila diamati sepertinya horor yang ditampilkan disini lebih ke horor psikologis dengan tampilan akting kelas Jack Nicholson yang lambat laun tiba-tiba berubah menjadi sosok menyeramkan. Konfliknya yang kurang begitu penulis pahami sebab banyak "cerita" yang dihororkan disini. Mulai dari kemampuan Danny yang mampu melihat hal-hal gaib hingga membaca pikiran serta berimajinasi sendiri. Perubahan karakter Jack sendiri kurang begitu penulis pahami asal-muasal penyebabnya. Entah karena kesendiriannya di Overlook atau karena kerasukan sesuatu selama proses mengetik penulisan bukunya. Atau apakah memang hotel tersebut yang berhantu seperti yang dilukiskan di ending cerita dalam sebuah potret? Horornya sendiri juga biasa saja. Menampilkan wujud kembar atau tumpahan air darah terasa tak menegangkan. Mungkin karena pengaruh lintas waktu klasik-modern atau memang kurang bisa begitu mencerna cerita, yang pasti horor yang ditampilkan disini terasa biasa saja. Hanya yang meno

Love in enslavement agreement

Kesan pertama begitu melihat gaya komedinya adalah bernuansa komik. Dimana kekonyolan komedinya terasa dilebih-lebihkan. Apalagi sisi romantisnya terlalu fiksi, kaya cinta miskin. Konflik cerita yang dihadirkan biasa saja. Hanya gara-gara sebotol kaleng mampir ke jidat cowok kaya raya lalu bermain kontrak dengan gadis sekolahan dan berakhir cinta ini membunuhku. Cocok untuk bahan dasar atau buat diplagiat ke sinetron. 100 Days With Mr.Arrogant (2004) - 5/10

Paranormal Activity di bulan

Memakai gaya paranormal activity tapi kali ini tidak hanya di sebuah rumah dan jaman internet melainkan di jaman 70an dan di bulan! Wow .... Ya wow! Kisahnya seputar found footage (ternyata ide self footage sudah ada jaman kamera masih ala zapruder) yang dilakukan di luar angkasa tepatnya di kapal Apollo 18. Sebagai "pemisah" antara film ini dan based on paranormal activity lainnya, ditambahkan seperti ada aroma intervensi alien. Hanya saja, dari segi ide dan cerita biasa saja tak ada yang istimewa kecuali visualnya yang dibuat "ala seperti" tahun 70an yang terlihat bagus. Apollo 18 (2011) - 5/10  

Kekuatan menulis lebih besar dari kepalan tinju

Sebuah film yang panjang durasinya sama dengan kasus yang dialami Rubin Carter dalam hidupnya. Hanya gara-gara masalah homoseksual dan dendam puluhan tahun kepada bocah 11 tahun, Rubin Carter menjadi korban "balas dendam" dari Della Pesca.tak hanya balas dendam juga karena Rubin "berada" pada masa rasisme masih berkembang pesat di Amerika. Karir cemerlang di dunia tinju pun harus berakhir di balik jeruji penjara. Seperti yang ditulis di akhir film, perlu 22 tahun lamanya untuk membebaskan Rubin dari dakwaan yang tidak dilakukannya. Penulis mendapatkan banyak pesan dari film ini selain akting Denzel yang lagi memerankan karakter nyata. Antara lain, bahwa selalu ada hikmah di balik kejadian, mungkin Rubin tak akan pernah menjadi penulis bila tak dipenjara. Dari kisah Rubin, bahwa kebebasan itu bukan ada pada realita (penjara) melainkan di dalam hati. Seperti yang Rubin katakan pada Lesra bahwa tulisan bisa menjadi senjata yang lebih kuat dari kepalan tin

Makhluk di antara minyak bumi

Ternyata, awalnya menduga film kelas aksi laga Korea, ternyata bukan. Alur ceritanya biasa saja. Untuk masuk ke konflik utama, perlu setengah durasi film. Konflik terasa kurang powerfull. Latar belakang konfliknya juga kurang mantab. Momen pembukaan identitas pengacau di atas tambang lepas pantai disini terasa tanpa daya apa-apa. Tak ada bungkusan misteri yang menarik. Pemakaian komputer animasinya terasa kaku kurang halus. Sector 7 (2011) - 5/10

Tak hanya sekedar meniru bintang rock

Film musikal dan dari judulnya sudah akan bisa ditebak genre musik apa yang menjadi hiasan utama di film ini. Namun film ini bukanlah tentang jatuh bangun menjadi bintang rock melainkan dilema kehidupan bersama band rock. Yang kurang menggigit dari film ini adalah alur ceritanya. Terdapat lompatan-lompatan masa, seperti dari band peniru kemudian dipecat lalu direkrut band yang tersohor, berjalan begitu cepat, lalu tenar dipuja-puja. Jika dibandingkan dengan film jenis "perjuangan jatuh bangun" rasanya masih lebih menarik film perjuangan jatuh bangun. Konflik seputar keterkejutan karakter Izzy dan kekasih manajernya,Emily, dalam gemerlap dunia rock, narkoba-seks, rock n roll baby. Konflik tersebut kurang kuat diterjemahkan dalam alur ceritanya. Terlalu umum dengan progesi kord tiga kunci. Senang-senang hura-hura di atas, konflik salah paham, sadar, jatuh dan terlahir baru. Endingnya, meninggalkan band di saat masih menyanyikan lagu? Menggelikan. Terlalu didram

Stronghold Crusader

Durasinya mantab. Panjang sekali. Hanya saja tipe film ini bukan tipe "renyah" buat penulis. Terlalu alot dan berat. Apalagi dengan durasi dan konflik yang tak simple. Terlalu berat untuk mengunyah serta mencerna isi cerita. Hanya satu yang bisa penulis tangkap. Film ini sepertinya "tak asing" karena penulis pernah memainkan game PC serta menjadi game favorit penulis yaitu Stronghold Crusader . Durasi game tersebut juga dapat dikatakan panjang sekali. Dan, game tersebut memiliki misi sederhana yaitu memenangkan pertempuran demi pertempuran untuk meraih kekuasaan. Yang membuat penulis teringat pada game PC dari film ini adalah King The Lion Heart, Saladin, kostum, lambang, kata dialog " my lord ", senjata serta pertempurannya. Mirip dengan yang ada di game -nya. Perbedaannya adalah konflik yang di game sepertinya jauh lebih simple dan membuat strategi membangun kerajaan besar jauh lebih menarik sekaligus membuat ketagihan dan penasaran keti

Anna kembali pulang

Bila dibandingkan dengan versi originalnya, sepertinya tidak seratus persen mengadaptasi. Yang kental adaptasi adalah konflik "mata dan realita" apa yang terlihat bukanlah realita. Konflik yang dialami karakter Anna disini mengambil dasar konflik Sumi di A Tale Of Two Sister . Sama. Tapi konflik ibu tirinya dibuat berbeda. Dan disini boleh dikatakan horor karena karakter Rachel sebagai ibu tiri disini di-plot sebagai karakter nyata bukan karakter jadi-jadian Anna. Yang diambil sebagai twist disini adalah twist "saudari". Dan memang sepertinya kekuatan cerita di sini lebih fokus dan lebih natural dibandingkan konflik di Tale Of Two Sister yang melebar. Menarik karena setelah menyimak terasa "tak percaya" dan harus diulang lagi untuk melihat akting karakter ayah dan Rachel selama film. Apakah memang mereka bersikap "tanpa ada Alex". Yang mengganjal dan terasa ganjil adalah melihat momen Alex sedang makan apel dan moment penyelidi

Misteri tas merah mimiko

Horor dari Jepang tentang perjuangan seorang ibu yang baru saja bercerai dan hidup bersama anaknya gadis kecil Ikuko di sebuah apartemen baru. Alur ceritanya tidak berat, mudah dicerna. Horornya cukup bagus namun beberapa segmen seperti kurang natural terlalu berlebihan. Yang paling berkesan di kisah ini adalah bagian tas merah, jas hujan kuning, dan atap bocor. Dark Water (2002) - 6/10

Serdadu Superhero

Satu lagi film superhero asal komik Amerika yang dicoba untuk disimak. Dan, memang akan lebih ringan menikmati film ini bila tahu atau setidaknya akrab dengan komiknya terlebih dahulu. Dan, kebetulan juga penulis dulunya kurang begitu akrab dengan tokoh superhero Marvel ini, hanya sebatas tahu saja namun tidak pernah memiliki komiknya. Terasa panjang. Panjang sekali. Durasi film mencapai dua jam lebih. Bagi penulis "perkenalan" karakter Capt. America disini sangat panjang dan bertele-tele. Sangat detail. Mulai dari "kecil" hingga "besar" diceritakan semua. Tapi paling tidak bagi penulis yang belum akrab justru memberi pengetahuan bahwa ternyata karakter Capt. America "diciptakan" dengan setting pada masa perang Nazi. Itu sekitar tahun 1940an, jadi dulu ceritanya perjuangan melawan Nazi, salah satu senjata Amerika adalah superhero Capt. America yang tidak bersenjata api melainkan shield atau tameng. Ganjil. Setting cerita tahun 19

Guruku yang cantik

Film Korea yang judulnya mirip Who's Got The Tape? . Alurnya kurang lebih akhirnya sama yaitu "misteri" sambil ditaburi komedi. Hanya disini cerita dan komedinya masih kurang ringan dibandingkan Got The Tape. Dari sisi misterinya terasa panjang dan berliku karena "harus" menceritakan kedekatan sang guru dan ketiga muridnya yang diangkat sebagai "tersangka" kekasih. Tampilan sang guru disini agak berlebihan dengan kemewahan dan keseksian untuk memancing komedi dengan murid-murid yang tergila-gila. Ending -nya sendiri juga kurang terasa pas dengan panjang lika-liku misteri siapa yang bercinta dengan sang guru cantik. Who's Slept With Her? (2006) - 6/10

Apakah mereka berpikir seperti kera?

Ini adalah film ketiga Planet Of The Apes yang penulis simak. Di seri ini merupakan kaitan dari seri The Rise of The Planet of The Apes . Dan bukan kaitan dari Planet Of The Apes meski judul masih ada kesamaan. Menarik disini. Sangat memuaskan. Visualnya memang ada kakunya namun tak bisa menutupi kelebihannya membuat suasana perang sangat terlihat natural. Hal pertama di beranda penulis takjub melihat gaya visual "dunia kera" yang diceritakan berkembang di dalam hutan di seberang kota San Francisco. Tak lama berselang, kehidupan San Francisco yang terkena epidemi flu juga digambarkan dengan sangat apik. Ada kontras disitu. Di bagian bawah terlihat suasana kehidupan seperti jaman primitif sedangkan di atas separuhnya terlihat gedung-gedung sisa kehidupan modern. Sangat halus dan setiap detail ditampilkan dengan baik. Masih menyambung dengan The Rise, kali ini karakter utamanya adalah sang Caesar. Sayangnya, pendamping Caesar ini diubah-ubah. Akan terasa lebih

The skin I live in

Bila melihat history -nya film ini mendapatkan rating yang cukup bagus. Namun masih terlalu berat buat penulis. Temanya yang dapat penulis raba adalah tentang kehidupan seorang dokter bedah yang memiliki pasien misterius nan cantik seksi. Sejauh durasi film, beberapa momen cerita terasa kaku karena mungkin pengaruh bahasa asli-nya dan terasa seperti menjual keseksian semata. Kedalaman cerita mungkin perlu lebih sekali menyimak agar benar dipahami. The Skin I Live In (2011) - 5/10

Demi membayar kesalahan

Cerita dalam film ini sebenarnya cukup jelas, sayang konfliknya kurang bisa menarik emosi. Membayar hutang demi keluarga dengan kembali ke pekerjaan lama. Paling mendebarkan adalah momen detik-detik mengisi kontainer dan "pembersihannya". Lainnya terasa biasa saja. Contraband (2012) - 6/10

The Rescue Blues

Yang membuat "hidup" film ini adalah gaya admiral Gene Hackman dan pelarian Burnett. Meski beberapa kali disimak, kisah pelarian Burnett tetap asik diikuti. Mungkin akan lebih emosional bila pelarian dijaga pada plot " berlari sendirian dan dibuat panjang dalam hutan ". Behind Enemy Lines (2001) - 6/10

8 menit yang berharga

Lumayan bagus alur cerita film ini. Maju-diulang-maju-diulang sampai benar-benar menemukan siapa pelakunya. Awal tentu saja meraba-raba tapi bila diikuti terus akan menjadi kembang cerita yang unik. Alur cerita akan membawa ke sebuah teka-teki siapa di antara puluhan penumpang itu yang bermasalah dan diakhiri dengan sebuah pemandangan yang mengejutkan. Source Code (2011) - 7/10

I've Come Back to Live!!!

Dibandingkan dengan seri pertamanya , alur cerita dan konsepnya sama. Efek konfliknya juga terasa sama. Masih menggunakan komedi dari tokoh museum. Masih sama mengandalkan sisi animasi yang halus dan rapi. Disini lebih terasa epic dan megah. Lebih ramai karakter-karakter historis nya. Lebih kocak lagi dengan tampilnya Hank Azaria yang berhasil memerankan semangat Kahmunrah dengan teriakan because I've come bacckk to live!!! Night At The Museum 2 : Battle Of The Smithsonian (2009) - 7/10

Don't you dare!!

Hampir sama dengan yang dulu . Kisahnya pun juga masih "menyatu" dengan yang dulu. Tapi, memang harus diakui bahwa gaya horor selera Oren Peli memang memiliki cita rasa yang berbeda. Unsur ceritanya masih menyambung dan alurnya juga sama. Kali ini yang bermasalah adalah jiwa dari ayah Dalton. Gaya horornya juga masih seirama dengan sebelumnya. Menjadi andalan di film ini juga masih seputar daya momen kejutan tiba-tiba dan kehalusan permainan visual terutama saat menampilkan sosok wanita tua berjubah putih tersebut. Masih saja tetap dibuat merinding sesaat. Insidious: Chapter 2 (2013) - 6/10

Mencuri hati

Di awal aroma film seperti Ocean Eleven. Banyak bintang digabung diaduk punya skill dalam ilmu permalingan dan memiliki misi mencuri perhiasan di kasino. Yang membuat berbeda adalah dominasi wanita yang cantik segar. Ada bekas pasien di The Eye , Lee Sin Je, ada bekas polisi di Windstruck, Ji Hyun, ada Hye Soo (pokoknya cantik jadi merasa wajib untuk dikenal). Kemudian, pertemuan lintas negara, di Ocean tidak ada. Rame, ada Simon Yam, Derek Tsang, Lee Sin Je di kubu Hongkong dan ada yang di atas plus cowok Korea. Bila di Ocean, misi ditempatkan di kasino Vegas, disini ditempatkan di kasino Macau. Pergerakan aksi mereka kurang lebih sama kompaknya dengan Ocean sedikit demi sedikit sebagai penyegar ada bumbu komedi. Kemudian, film ini memiliki konflik lain yang tak sama dengan Ocean. Berjalan dengan konflik saling sikut, saling khianat. Di balik saling khianat ada konflik khianat jaman dulu serta percintaan segitiga. Jadi, semakin ke dalam film ini semakin meninggalkan k

Romansa hantu cantik di sekolah

Memasuki bagian beranda film ini cukup menarik. Kesan horor yang dibangun lumayan meski masih bermain dengan gaya klasik mengandalkan kekuatan make-up serta tatapan tajam di antara wajah bercak merah-hitam-putih. Namun semakin masuk ke cerita bagian dalamnya, lebih "ramah" dari kesan horor. Film menjadi terasa "berbunga-bunga" ala hiasan sinetron cinta remaja sekolah yang elok rupawan dan berbunga. Kesan "dapat" melihat hantu disini juga akhirnya disulap dengan gaya ramah sekaligus hantunya pun ramah mekar cantik mewangi di taman asri. Entah arah film ini kemana, apakah horor atau komedi atau romantism, atau memang campuran aduk dari semua itu? Ada horor dengan aroma komedi serta bumbu haru biru romantika manusia-hantu. Mungkin akan lebih terasa kekuatan film bila berfokus pada sisi horor karena dengan judul dan beranda yang dibangun sudah menarik emosi horor tersendiri. Mourning Grave (2014) - 6/10

Berlari dalam labirin

Di awal film terasa membingungkan, masih meraba-raba (bisa lain cerita kalau sudah pernah membaca bukunya). Semakin ke dalam ketika tahu bahwa bercerita tentang "dunia lain" baru mulai ada muncul sisi menariknya. Gaya alur ceritanya standard. Ada dramatisasi perkenalan, gesekan pendapat antar karakter, perlawanan karakter utama yang membuat terheran-heran terkesima karakter "lama", kemudian penghapusan karakter yang "dekat" dengan karakter utama untuk memancing haru. Tema labirin. Unik. Hanya saja ending -nya serasa tak asing. Endingnya yang terlalu "tinggi" dan ganjil. Apalagi melihat ada helikopter. The Maze Runner (2014) - 6/10

Superman di era globalisasi komputerisasi

Mungkin karena era komputerisasi, tampilan Superman disini memang lebih dahsyat. Terasa "hilang" kesan superhero dari komik. Kostumnya menyesuaikan judul "besi" tidak lagi kombinasi biru muda dan merah kuning. Yang terasa ganjil disini, tidak seperti komik yang dulu penulis kenal. Di jaman komik tema cerita yang diangkat atau setidaknya yang penulis "kenali" adalah Clark Kent yang berkacamata bekerja di kota (kalau tidak salah berprofesi wartawan). Kalau disini ditambah dengan suasana outer space yang gemerlap ditambah karakter ayah dan ibu Superman. Untuk unjuk kekuatan, di jaman dulu Clark Kent lebih "rahasia" dibandingkan di jaman film ini yang sedikit lebih "terbuka" dengan identitasnya. Musuh, kalau versi komik yang penulis kenal adalah Lex Luthor botak, tapi disini malah ada karakter Zod yang ternyata seteru ayah Clark. Perbedaan lainnya, tentu saja seputar gadget. Yang pasti di jaman komik atau serial televis

Ruang putih

18++! Film khusus dewasa dari Jepang. Konfliknya lumayan kalau crime atau apalagi horor misteri. Ada dua konflik yang digabung, pertama konflik rumah tangga karakter suami dan istrinya. Karena film semi, tentu saja konfliknya seputar buka mulut. Kedua, konflik rumah mereka yang ternyata merupakan bekas permerkosaan karena ini film semi...(sayang sekali bukan bekas tempat kejadian pembunuhan). Karakter sang istri disini terasa muram kurang ceria menjadi kurang menarik apalagi dengan "akting" adegan dewasa yang kesakitan. Diary Of Beloved Wife : White Room (2006) - 5/10

Stop rasisme

Sebelum Ghost Of Missisippi ada film ini yang juga mengangkat tema serupa yaitu seputar kekerasan kepada kaum hitam. Bila di Ghost Of Missisippi, fokus cerita ada pada kasus penembakan Medgar Evers dan drama investigasi oleh DeLaughter, maka disini jauh lebih luas yaitu FBI melawan kota Missisippi. Adalah sebuah Missisippi yang terkenal dengan Ku Klux Klan nya, yang sangat "membenci" keberadaan kaum kulit berwarna hitam, ternyata seperti yang digambarkan di film ini memang seperti sebuah negara kecil di dalam negara serikat Amerika dengan peraturannya sendiri. Bahkan kepada FBI pun mereka berani melakukan perlawanan. Kentalnya rasisme Missisippi di sini jauh lebih kental dan menonjok ketimbang di film Ghost Of Missisippi yang lebih fokus ke kasus penembakan personal. Film ini sukses membangun suasana kental rasisme melalui beberapa aspek atmosfir, seperti mulai dari rakyat jelata, polisi, bahkan walikotanya sendiri. Kekuatan film ini juga tak lepas dari akti

Cinta pembunuh bayaran dan klien

Bagian awalnya menarik. Ada sisi seriusnya yang kemudian dicampuri dengan komedi kecil yang menggelitik melihat gaya serius pembunuh bayaran profesional. Di sisi lain, ada seorang gadis yang sedang "lelah" dan berkomit bunuh diri dengan segala cara hingga menyewa pembunuh bayaran profesional yang tadi. Alur ceritanya tak ada yang istimewa. Sisi keras pembunuh bayaran dipertemukan sisi suram gadis yang dicampakkan oleh cinta pria. Konfliknya tak sekedar cinta pembunuh profesional dan klien melainkan juga di eksplore ke sisi pribadi masing-masing yang kemudian dimaniskan dengan moment romantis dramatis untuk diharapkan dapat menarik air mata. Kiss Me Kill Me (2009) - 6/10

Bercinta dalam kelam

W-18++ Entah apa maksud film ini. Minimalis kelam yang vulgar dan sakit. Di awal kisahnya cukup mengena, kehilangan anak di kala kenikmatan. Suasana film baik alur cerita maupun tampilan visualnya memang menyesuaikan tema berduka. Tapi grafik cerita terus menanjak seiring dengan dialog yang "berpuisi". Alur cerita mulai bersimbol yang sulit dimengerti. Konflik yang ditampilkan semakin dalam semakin terasa "sakit" karena tidak hanya digebug dengan katu tapi juga dibor sekaligus digunting. Antichrist (2009) - 5/10

Antara pukul 05:00 pm hingga 06:33 pm di atas sepeda

Biasanya efek dari film bergenre seperti ini adalah memiliki fan base yang "mengikuti" atau meniru. Pesan moralnya setiap penerimaan penonton pasti berbeda. Sisi positifnya adalah mengurangi pemakaian bahan bakar dengan bersepeda. Berolahraga berkeringat sehat. Selalu menggunakan safety equipment meskinpun hanya bersepeda. Sisi negatifnya adalah tentu saja pada gaya bersepedanya yang gila-gilaan. Bahaya sekali bila menyentuh jiwa peniru akut. Melawan arus lalu lintas, tidak mengindahkan lampu jalan atau rambu-rambu. Berkecepatan tinggi di jalan raya pada jam sibuk dan mengendarai sepeda tepat di tengah jalan. TENTU saja semua di film ini dilakukan oleh para ahli. Dari sisi cerita, menarik. Paling berkesan tentu film ini menawarkan jenis aksi baru yang umumnya menggunakan fasilitas motor atau mobil. Disini berusaha beda, yaitu sepeda pancal. Kemudian, yang berkesan lagi adalah sisi analisa karakter Willee meski ada segmen analisa yang memang "kasar"

Jiwa yang terperangkap dalam tulang dahi

Yang menarik di film ini adalah mengangkat legenda yang dipercaya memang ada di Thailand . Lainnya, ada beberapa nama asing yang berdiri di belakang layar. Meskipun memakai tenaga orang barat, tidak terlalu mengubah gaya horor Thailand. Sekilas alur cerita serta gaya akting disini mirip dengan karya lokal-an saja. Horor yang digunakan juga masih mengandalkan situasi sepi sendiri, sekelbat bayangan, make up menyeramkan hingga gaya Matrix dengan scene freezing di udara kemudian kamera bergerak. Alur cerita seputar tulang tengkorak sedikit dibuat berpanjang-panjang dan berputar. Akting para pendukung disini juga terasa kaku dan biasa. Ghost Of Mae Nak (2005) - 6/10

Berhati-hatilah dengan panggilan dari margin

Berbicara "margin", yang penulis ketahui hanya secuil saja. Di dunia saham, memang ada istilah margin, yang penulis terjemahkan dalam bahasa awam, hutang dulu. Memakai uang pihak lain membeli saham. Tentunya nilai hutang yang dikandung bukanlah jumlah segelintir. Bila harga saham naik, maka kayalah. Bila turun, entahlah. Kalau di film ini, yang penulis suka hanya separuh bagian. Karena film ini sebenarnya sangat simple. Berkisah tentang konflik dua hari satu malam. Sebelumnya, film ini dikatakan mengadaptasi dari kejadian nyata. Dan seputar gejolak pasar saham. Simple. Pagi, di sebuah kantor, ada segmen PHK besar. Salah satunya adalah Eric Dale yang terkena pemecatan. Pesan Dale sebelum meninggalkan gedung kepada Peter Sullivan, adalah "berhati-hatilah". Malam harinya, dimulailah konflik tersebut. Disinilah menariknya. Alur cerita berjalan tenang, tanpa gejolak meski menceritakan kegentingan tingkat mahadewa. Dimulai dari tingkatan karyawan paling b

Boneka Charles Lee Ray

Sebelumnya, penulis hanya mengenal Chucky lewat nama besarnya saja. Boneka yang tidak sekedar boneka biasa. Dan, beruntung sekali akhirnya sampai juga bisa mendapatkan film pertama Chucky dan melihat gerangan siapa "dibalik" boneka mainan anak-anak ini yang sangat fenomenal. Dikatakan fenomenal karena bagi penulis sebuah film yang kemudian dibuat sekuel ataupun prekuel-nya biasanya memiliki "nilai" lebih khususnya disukai penonton. Dari tahun 1988, petualangan boneka yang dinamai Chucky ini dimulai. Dimulai dari sebuah toko mainan Wabash And Van Buren, ada sebuah pengejaran penjahat bernama Charles Lee Ray yang juga memiliki ilmu spiritual. Demi menyelamatkan nyawanya, Charles kemudian berpindah menjelma ke dalam boneka. Berikutnya, tentu sudah dapat ditebak. Namun, untuk ukuran tahun film, keberadaan Chucky disini ditampilkan cukup bagus. Pergerakan boneka serta perubahan mimik wajah juga hampir realistis. Hanya memang pada beberapa segmen, terlihat ku

Perfect Crime

Kalau versi originalnya belum pernah menyimak. Yang ini adalah versi remake-nya. Gayanya hampir serupa dengan I Spit On Your Grave . Pendatang yang ingin mencari ketenangan untuk pekerjaan di sebuah desa alam terpencil mendapat gangguan dari pihak lokal. Kemudian, yang ada adalah pemerkosaan dan pembalasan. Daya pikat cerita disini kurang "sekeras" I Spit On Your Grave. Terasa biasa saja. Bahkan dibandingkan dengan I Spit On Your Grave, konflik pendatang lugu di-bully disini terlalu bertele-tele, terlalu lama untuk ke segmen revenge. Penambahan konflik Jeremy yang mengganggu putri pelatih football lokal juga tak terasa korelasinya dengan konflik utama. Segmen revenge juga kalah mantab dengan I Spit On Your Grave. Straw Dogs (2011) - 5/10