Skip to main content

Posts

Tak lagi sama di masanya

Bicara soal film ini simple saja. Just for fun . Konflik nya ringan seputar band yang pernah sukses pada jaman-nya, kemudian mendadak harus mengulangi kembali masa jaya di usia yang tak lagi muda. Bagi Movielitas, rasa komedi-nya masih biasa saja. Tidak ada yang terlalu istimewa. Hanya satu-dua momen yang berhasil menusuk tawa. The Suburbans (1999) - 6/10

Keep Moving On!!

Movielitas punya sudut pandang tersendiri dengan film ini. Unik. Kalau dilihat dari posternya, film ini kemungkinan akan memberi suguhan berupa cerita medan perang. Namun, justru sebaliknya, bisa dikatakan film ini minimalis pemain dan konflik. Hampir 90% cerita berporos pada sang aktor Armie Hammer yang berperan sebagai Mike sebagai anggota Marinir Amerika yang dikirim bertugas di padang gurun. Dan, hampir 90% juga konflik film berkisah di satu titik di padang gurun. Dari segi visual, film ini sepertinya digarap tidak main-main, beberapa gaya visual efeknya cukup bagus. Sisi unik film ini menurut Movielitas adalah pesan moral yang ingin disampaikan. Jubah luar film ini memang terasa cerita marinir Amerika yang harus bertahan di negara orang. Tapi, yang Movielitas tangkap, film ini justru menyampaikan pesan universal seputar kehidupan manusiawi. Momen karakter Mike yang "terperangkap" di ladang ranjau, seperti menyimbolkan kebiasaan manusia ketika har

Tarik ulur asmara dalam nada piano

Satu hal paling menonjol saat menikmati film ini adalah aktrisnya. Isabelle Huppert, penampilannya sangat bagus membawakan karakter seorang guru piano yang tegas namun memiliki sisi hitam yang liar. Kurang lebih, film ini mengandung pesan realita bahwa setiap manusia memiliki dua sisi dalam hidupnya. Dibalik penampilan luar yang kita kenali, pasti memiliki sisi yang mungkin sulit dimaklumi oleh kondisi sosial. Tapi, itu sangat manusiawi. Film ini berkisah tentang seorang guru piano yang mengalami tarik-ulur hubungan asmara dengan murid-nya sendiri. Mengikuti alur karakter Erika, sang guru piano, emosional seperti dibuat naik turun. Di satu sisi berperilaku tegas tanpa kompromi, di sisi lain anti affair, di sisi lain membutuhkan belaian. Overall, sebuah drama cinta tragis yang terasa sulit di-romantis-kan. By the way , ada yang punya pengalaman affair sama dengan di film ini? The Piano Teacher (2001) - 6/10

Hidup terlalu mahal untuk diperjualbelikan

Kenapa judulnya harus priceless ya?? Yang membuat tertarik pertama kali adalah tag based on true story . Dan, berkisah seputar human trafficking atau "jual-beli" gadis untuk dipekerjakan prostitusi. Bagi Movielitas, film memiliki titik mematikan saat mengandung unsur romantis ala sinetron, yaitu adegan yang dicampur musik ala video klip. Overall, film ini lebih tepatnya adalah campaign melawan human trafficking . Dan pesan moral tersebut sebenarnya bagus. Sayangnya, unsur romantis di dalamnya kurang atau sama sekali tidak berdampak apa-apa pada jalannya cerita. Jalan ceritanya pun terasa lambat dan terkesan memaksa romantic-hero . Priceless (2016) - 5/10

#dodge #duck #dip #dive #dodge

Sajian komedi dari duet Ben Stiller dan Vince Vaughn. Komedinya tentang salah satu cabang olehraga bola yaitu dodgeball. Soal apa itu dodgeball, jujur saja Movielitas baru tahu olahraga bola ini dari film ini juga. Jadi, soal apa dan bagaimana permainan dodgeball itu, Movielitas belum paham. Untungnya, film ini tidak membahas dodgeball sebagai dasar cerita. Tema cerita dasar film ini adalah tentang dua tempat gym yang bersaing. Salah satunya adalah Globo Gym , sebuah tempat fitness mewah dan eksklusif, yang dikepalai oleh seorang yang digambarkan serakah. Sebaliknya, ada Average's Joe yaitu sebuah tempat fitness yang bisa dikatakan di ambang bangkrut dan memiliki member-member out of box . Seperti biasa, gaya komedi ala Ben Stiller selalu mengandalkan kekonyolan. Hanya saja perbedaan-nya disini, Ben Stiller "mencoba" berakting sebagai antagonis. Bisa dikatakan juga aliran komedi ala Stiller ini adalah komedi yang "kasar". Dari segi alur cerita,

Otak jahat di atas kursi roda

Movielitas menikmati film ini dengan 2 babak. Babak pertama, adalah babak horor. Suasana film dibangun seolah-olah penonton disuguhkan dengan gaya horor Hollywood. Khas. Beberapa adegan yang penuh kejut ditampilkan. Untuk babak pertama ini, setidaknya menarik karena cerita masih dibungkus misteri. Memasuki babak kedua, dimana tabir misteri mulai dibuka, jujur saja alur cerita jadi down. Tidak menarik lagi. Karena sudah tahu inti konflik dan latar belakang masalah yang ternyata begitu saja. Tidak terlalu istimewa. Naomi Watts, bagi Movielitas, agak sedikit "heran" dengan film beralur cerita seperti ini harus memasang aktris sekelas Naomi. Penampilan akting Naomi, memang tidak diragukan, hanya terasa tidak berimbang dengan kualitas cerita yang berjalan menurun hingga akhir durasi. Overall, film ini kurang menarik, khususnya di paruh babak. Harapan akan ada suguhan horor ternyata buyar. Begitu juga saat berharap ada suguhan cerita "terkunci" ala Funny

Ambisi besar yang melukai darah persaudaraan

Merujuk pada ending credit-nya, film ini mengangkat sejarah dari daratan Cina era 1800an. Pastinya jika dilihat dari background tahun, film ini bergaya kerajaan dan perang kolosal. Menurut Movielitas ada beberapa sisi menarik dari film ini. Film ini menjadi wadah bertemu-nya tiga bintang film besar Asia, Jet Li - Andy Lau - Takeshi Kaneshiro . Untuk Jet Li dan Andy Lau punya kesan tersendiri bagi Movielitas karena mereka merupakan bintang film yang sejak masa kecil Movielitas sudah lumayan sering ditonton. Dari sisi konflik, film ini mengangkat drama persaudaraan yang emosional. Persaudaraan yang dibangun dari darah dan kepercayaan itu, harus retak dikarenakan ambisi akan harta,tahta,dan wanita. Jadi, meskipun sejarah namun konflik-nya sendiri masih cukup relevan untuk jaman sekarang yaitu harta-tahta-wanita. Untuk kualitas akting, pastinya tidak perlu diragukan lagi. Jet Li, Andy, dan Takeshi mampu memainkan karakter tiga bersaudara yang berperang serta berjaya ber