Skip to main content

Posts

Masalah dalam kembalinya sang buah hati

Sebuah sajian drama kriminal yang menimpa anak perempuan dari seorang seniman tato. Bisa dikatakan bila film ini diluar ekspektasi. Diceritakan bahwa sang seniman tato kehilangan anak perempuannya yang masih kecil. Bagian bagaimana dan kapan ayah-anak ini dipertemukan dalam cerita ini yang membuat sedikit kurang begitu antusias lagi. Keseluruhan, jalur ceritanya juga bisa ditebak cepat. Tidak terlalu istimewa jika dibandingkan dengan Mel Gibson berada di kursi sutradara Apocalypto. Blood Father (2016) - 6/10

Lone Wolf in Nam

Justru yang menarik dari film ini adalah sosok Rambo-nya. Sedangkan dari storyline dan pernak-pernik dalam film, sudah pastinya hampir sama dengan gaya one man show di seri pertama First Blood . Harus diakui memang bahwa Sylvester Stallone adalah salah satu aktor yang "berhasil" identik dengan satu karakter dalam film. Berbeda dengan karakter superhero seperti Batman atau Superman, karakter Rambo oleh Stallone ini dapat dibilang sebagai salah satu karakter yang irreplaceable . Tak tergantikan. Dan, hanya Stallone yang memang cocok membawakan karakter Rambo. Sejauh Movielitas amati dari awal muncul hingga akhir cerita, sosok Stallone terutama wajah, memang mampu membentuk sosok Rambo versi film (entah versi novel-nya). Dengan mimik wajah hard-tough dan potongan rambut yang "sangar", gaya utama Stallone adalah menampilkan karakter mantan militer dengan keahlian perang kelas predator, nyaris tanpa senyum, datar, dan dialog serba minimalis. Pas sekali.

Mematahkan ambisi mantan biksu yang keliru

Dulu, sebelum jaman internet seperti saat ini, hiburan paling menyenangkan adalah televisi yang saluran stasiun hanya satu saja. Lalu, pelan demi pelan, pihak swasta bermunculan mendirikan stasiun televisi baru. Film ini termasuk hiburan mewah pada jamannya. Begitu pula untuk Movielitas yang pada saat film ini tayang (merujuk pada tahun produksi-nya), saat itu Movielitas masih ingat bagaimana bahagianya bisa "mencuri" ikut saluran parabola orang lain (tetangga) dan stasiun televisi swasta yang saat itu masih free sinetron, bisa tampil di layar televisi secara jernih. Kalau salah ingat, film ini dulu juga pernah ditayangkan saat era televisi swasta masih "sulit" dinikmati selain dengan parabola. Dan, berkesempatan menikmati film kungfu klasik ini menjadi momen nostalgia sejenak untuk Movielitas. Pesan moral film ini menurut Movielitas adalah tentang materi dan ambisi. Hidup akan terasa damai bila tidak mengukur segala sesuatu dengan materi, setidaknya

One of twelve manifestations tracked in Korea

Sejauh ini yang bisa Movielitas ingat ada judul Exorcist (ini yang paling fenomenal), kemudian The Rite (ada Anthony Hopkins), dan The Exorcism of Emily Rose . Film-film tersebut bertopik seputar pengusiran roh jahat dari tubuh manusia. Sebenarnya ada beberapa lagi judul seputar kerasukan dan ritual-nya, hanya ketiga film di atas sedikit istimewa buat Movielitas. Sekarang, sekali lagi, Korea tidak mau kalah dengan karya Hollywood di atas. Menariknya adalah selalu punya ciri khas. Ada sisi dramatis dalam alur cerita yang sebenarnya sudah umum. Ini yang kerap kali Movielitas suka dari film Korea. Di film ini, ada 2 momen yang menarik. Pertama "penipuan" yang dilakukan oleh roh jahat. Kedua, ritual pembuangan roh jahat. Kedua momen itu khas dramatis ala Korea. Alur ceritanya menarik. Selalu ada misteri baru di setiap bagian. Momen horor-nya tidak "berdesakan" dipaksa ada di setiap scene, tapi ada selang waktu yang tepat. Untuk visual efek-nya sendiri