Skip to main content

Posts

Tradisi terdampar Lestrange versi jaman DVD

Ternyata masih ada satu lagi generasi penerus tradisi "terdampar indah" ala Lestrange. Namanya Blue Lagoon The Awakening. Terasa lucu karena jaman telah berubah. Plot cerita memang terasa "diarahkan" agar menyamai versi asli Blue Lagoon. Bagaimana membuat kisah terdamparnya, terasa lemah karena terlihat seperti versi studio. Lalu, atmosfir film ini terasa seperti romantis-remaja ala sinetron lokal. Kaku. Mudah ditebak. Plot ceritanya selaras dengan versi asli . Terdampar berdua. Hanya kini dilengkapi teknologi laptop dan handphone yang tak banyak membantu karena no coverage area . Perlengkapan yang dibawa pistol SOS, sunblock, lotion, tas, lebih modern ketimbang yang dibawa oleh Brooke Shields ataupun Mila Jovovich. Penyelamatan versi kali ini juga lebih maju menggunakan helikopter. Dan, kalau sebelumnya drama Lestrange terdampar tak banyak yang tahu, kini kisah terdampar di seri ini sudah bisa diliput media televisi. Yang masih dipertahankan adalah

Mengasuh monster memakan tuan

Durasinya kurang lebih 2 jam-an. Awalnya, atau 50% cerita depan, terasa membosankan arahnya. Unik sebenarnya. Karena kalau cerita seorang manusia dibesarkan oleh binatang hutan maka dinamakan Tarzan, itu sudah biasa. Disini agak berbeda. Seorang anak dibesarkan oleh sekumpulan penjahat yang kemudian menjadi para ayah. Perlu kesabaran sedikit untuk kemudian menikmati hook manis ala drama Korea. Awal yang berbelit berbuah manis ketika memasuki 50% cerita kedua. Menonjok. Tak terduga. Konfliknya berlipat kemudian bercabang. Menikmati bukaan rahasia satu demi satu terkuak terangkai menjadi cerita balas dendam. Namun bagian kelompok Park Ji Won yang kurang bisa dimengerti. Tanpa konflik kontraktor, hanya konflik antara Hwayi dan para ayahnya, film ini sudah cukup bagus menurut penulis. Hwayi : A Monster Boy (2013) - 7/10

Cerita usia 21 tahun

Film yang arahnya mirip dengan gaya Walk Of Shame . Sebenarnya intinya simple, namun dibuat rumit. Maksud hati ingin hangout, namun apa daya lupa jalan kembali pulang. Untuk dibuat sebuah kerumitan, maka dibuatlah sang empunya pemilik rumah menjadi mabok dan tidak bisa ditanya. Komedinya tidak terlalu konyol, alasan dasar susah pulang karena mabok rasanya sudah cukup konyol. Gaya film ini seperti film remaja biasa, party sana-sini, seksi sana-sini, tapi tetap kurang begitu lucu. Biasa saja. 21 & Over (2013) - 6/10

Setiap mimpi punya harga

Film klasik yang (sebenarnya) menarik untuk disimak. Sejauh yang bisa penulis raba, dunia saham dan seluk beluknya adalah materi yang ada ilmunya. Sama halnya dengan dunia internet yang ada sebuatan hacker , dalam dunia saham pun demikian. Selama ini, penulis hanya bermain di area dangkal kolam saham. Bermain kecil-kecilan. Retail. Tapi, tak dipungkiri ada area dalam dalam kolam saham yang diperuntukkan bagi mereka yang telah mahir menyelam. Disinilah letak sisi "berat" film ini. Bahasa saham yang digunakan terlalu tinggi buat penulis. Mungkin mereka yang merupakan pelaku pasar atau berkecimpung dengan dunia saham secara mendalam, akan lebih mudah berseluncur dalam alur cerita film ini. Sejauh yang bisa penulis rasakan, alur cerita film ini seperti chart saham siklus hidup karakter Bud Fox, dimana pergerakannya terkadang naik hingga titik tertinggi kemudian meluncur ke bawah akibat profit taking atau sell force. Film ini menceritakan dunia saham yang levelnya jutaan

Bandit yang menginap

Genre yang diusung campur-campur. Ada rasa partner in crime , ada aroma komedi, ada bau romantisme. Crime nya tidak terlalu serius malah terkesan santai. Komedi nya ringan. Romantisme biasa saja. Alur ceritanya saja yang terasa bertele-tele lambat dengan konflik percintaan segitiga antar buronan napi. Kurang daya pikat. Yang paling menonjol hanya penampilan Bruce Willis yang "berbeda" dengan gaya rambut gondrongnya. Soal aktingnya, masih bagus dipadukan dengan Billy Bob. Bandits (2001) - 6/10

Terdampar di hutan penelitian

Pertama melihat film ini, kesannya seperti gabungan banyak gaya. Found footage -nya mengingatkan pada gaya antara Paranormal Activity dan Blair Witch tetapi minus tersesat karena 4 karakter utama yang ada di dalamnya sedang berlibur. Cerita kemudian bergulir dengan aroma depan gaya film slasher yang umum menampilkan moment seksi bermesraan untuk awal cerita. Kemudian, kesan horor dimulai dengan suara-suara aneh di dalam hutan. Sampai di situ sebenarnya sudah menarik, namun jalur horor terasa berbeda dengan munculnya sosok menyerupai bigfoot . Mulai kurang menarik lagi. Kesan horor seperti di Blair Witch mulai tergeser. Kesan horor semakin terkikis oleh hadirnya tema lain oleh munculnya karakter lain dan lokasi baru yang menyerupai tempat penelitian. Lalu, tak ketinggalan bermunculan zombie-zombie yang membuat film ini positif tak menarik lagi sebagai film horor gaya baru. Sebenarnya film bergaya seperti ini akan terasa menarik bila ada tema baru yang fresh dan f

Membuka luka lama lewat tombol shutter

Kesan pertama, masih bagus. Meski sudah bisa " menebak " arah film, tapi polesan Hollywood tidak buruk. Garis besar alur cerita memang sama, ada beberapa inovasi cerita yang dibedakan dengan versi original-nya . Hollywood menambah sedikit rasa pada film ini. Seperti ada unsur seksi, pemeran utama wanita tidak lagi kuliah dan keberadaan "kelebat arwah" bukan di gedung kampus, karakter Megumi hidup tanpa orang tua, ada karakter seksi imut Seiko yang menghubungkan ke redaksi majalah ghostfake , ada karakter Murase yang ahli melihat dunia lain. Tapi tetap memakai Polaroid dan konsep pegal linu di area leher dan pundak. Shutter (2008) - 7/10