Skip to main content

Posts

The Bloodsport Man ke kampung halaman

Kesan pertama masuk di beranda film ini bakal ada kegiatan film action ala Van Damme tentunya. Namun, ternyata ekspektasi tersebut malah terbalik. Disini Van Damme tampil drama. Minus beladiri, meski ada namun sedikit, masih berotot namun tidak garang. Secara keseluruhan kesan film ini unik. Berani beda. Kreatif. Memakai nama besar Van Damme sebagai himself yang sedang berlibur pulang kampung ke Belgia. Namun tragis, sebagai bintang film besar, Van Damme dalam kondisi butuh dana dan terjebak di sebuah perampokan. Bank? Bukan. Melainkan kantor pos. Konyol. Ada sedikit komedi disini. Dan suasana film seperti kuno, warna dominan adalah sephia. Dicampur dengan sedikit effect blur. Jalan ceritanya dicampur flashback dari berbagai campuran sudut pandang, yang akhirnya sedikit membingungkan. Lumayan, menghibur. JCVD (2008) - 7/10

Perjalanan tongkat Go Kong

Tidak lain tidak bukan dan tak terbantahkan bahwa yang diharapkan dari film ini adalah pertemuan antara dua megabintang laga dari Asia yang kini telah sukses menjadi kebanggan di ranah Hollywood yaitu Jet Li dan Jackie Chan. Tema cerita juga menjadi lambang kebanggaan Asia dimana legenda Raja Kera yang akrab dengan mencari Kitab Suci ke Barat diangkat ke Hollywood. Konfliknya sedikit bergeser karena tak lagi mencari Kitab Suci dan Go Kong juga tak terkurung terpenjara dalam gua sempit tertindih gunung, melainkan perjalanan seorang remaja Boston mengembalikan Tongkat Go Kong. Ada beberapa film yang teringat ketika menyimak alur cerita di film ini, dimana ketika Jason "terbangun" dan menjumpai dirinya sedang berada di sebuah desa di pegunungan indah lengkap dengan sawah-sawah mengingatkan pada gaya Fearless milik Jet Li. Ajaran Kung Fu Lu Yan kepada Jason mengingatkan pada gaya ajaran Jackie kepada Jaden Smith di Karate Kid dimana Kungfu adalah gerakan ha

Luka berdarah yang tak terjelaskan

Dari judulnya I Know Who Killed Me , "saya tahu yang membunuh saya". Berarti "saya" disini sudah mati. Horor. Harusnya. Memang horor. Si cantik seksi Lindsay Lohan bermain "horor" dengan tubuhnya dan berdarah-darah tidak lupa pamer sedikit kemolekannya. Dari segi ceritanya, horornya kurang menarik. Biasa saja. Andalannya seputar banyak darah dan terluka tanpa bisa berbuat apa-apa. Misterinya juga datar tentang delusional karakter Amber dan Dakota tanpa Fanning. Twist " who killed me "-nya yang ada kurang hot, dingin datar-datar saja. I Know Who Killed Me (2007) - 5/10

Dunia baru setelah mendapat warisan hutang

Kesan pertama dari film ini, cerah menarik dan ada sedikit komedi. Cerah meskipun konfliknya ada duka, rebutan warisan, patah hati karena cinta, tapi tetap diolah dijaga pada suasana cerah, berkonsep cerita ringan, dan klimaks yang manis. Menarik, karena film berjalan pada dua cerita bergantian tanpa harus membingungkan. Cerita dunia Nora sendiri dan dunia Mary sendiri. Karakter Mary yang paling menarik perhatian. Lahir dan besar sebagai putri pangeran Meksiko kaya raya. Gemar shopping...wow, its natural . Seksi. Muda. Cantik. Karakter Mary disini sangat down to earth dengan jaman kini. Cinta itu hanya sejauh masalah uang. From Prada To Nada (2011) - 6/10

Setelah membaca pesan bloody hand yang terukir di batu

Melihat alur cerita di awal memang menarik. Dan tema yang diangkat pernah menjadi angan-angan dalam bayangan yaitu tema army militer digabung dengan misteri atau horor. Karena selama ini penulis belum dapat film dengan tema horor gabungan antara militer (perang) dan horor. Ternyata film ini seperti menjadi jawabannya. Tema militer digabungkan dengan horor. Awalnya menarik. Gaya horornya pun cukup merindingkan bulu. Tentang sebuah pleton tentara yang dipimpin oleh Choi Tae-in dikirim ke Vietnam untuk mencari pleton lainnya yang dinyatakan "hilang". Dan, paling terasa sisi horornya ketika harus kembali mengingat ada berapa orang kah dalam satu pleton Choi ketika diberangkatkan ke Vietnam? #kalau dari awal setengah-setengah mengikuti pasti penasaran untuk putar balik ke awal cerita. Hitung balik. Selanjutnya, horor menjadi biasa saja mengandalkan suasana dan permainan cahaya, bayangan, misteri kematian. Gaya para tentara Korea ini juga memberi pengaruh ke nuansa

Menantang maut di atas motor

Sepanjang dokumenter berjalan, tidak ada gejolak apa-apa. Silih berganti para pembalap memberi pendapat, pengalaman serta pandangan mereka terhadap olahraga menantang maut yaitu balapan motor di Inggris yang disebut TT. Dan sepanjang film pula yang bisa penulis perhatikan porsi agak besar diberikan pada Guy Martin. Tentang kesehariannya sebelum event serta cuplikan-cuplikan kecil selama even. Yang paling menarik perhatian adalah mountain race . Pemandangan serta lingkungan kota kecil di pegunungan, wow really amazing place to live . Nice view and great environment . Lainnya, paling menarik melihat slow motion aksi para pembalap ini, terutama pada saat menekan lutut hingga beberapa milimeter dari aspal jalan. Paling miris dan perih adalah cuplikan accident-nya. Cocok dengan judulnya closer to the edge . Baru ada gejolak ketika cerita memasuki Guy Martin akhirnya bisa mengikuti lomba. Kemudian kamera menyorot sebuah tikungan kosong, dan komentator tersebut berkomentar

Memang berita seharusnya jujur dan berimbang

Pertama kali melihat covernya tentu merespon kata Baghdad, yaitu war movie . Namun ternyata respon tersebut keliru. Disini memang berdasarkan kisah nyata tentang para wartawan yang mempertaruhkan keselamatannya "berjuang" ke Irak (tahun 1990an) untuk mencari berita. Bukan film tentang perang Irak. Alur ceritanya sendiri seputar ambisi stasiun televisi CNN untuk menjadi yang terdepan dalam menyiarkan berita seputar perang Irak. Sayangnya, film kurang menarik karena porsinya lebih ke film " self advertisement " CNN tentang kualitas berita yang jujur dan berimbang dan tentunya update seperti judul film ini Live from Baghdad. Dan konfliknya memang seputar kompetisi stasiun berita meliput perang Irak bukan tentang perang Irak. Klimaks ditutup oleh suasana perang hujan bom namun dengan durasi yang tak begitu besar. Live From Baghdad (2002) - 6/10