Skip to main content

Posts

Ilmu kedokteran yang disalahgunakan

Mendengar patologi atau pathology , sepintas yang terbayang seputar meja bedah. Bedah membedah. Itu kesan judul film ini. Awalnya terkesan horor, harapannya adalah yang dibedah menjadi konflik. Siapa yang dibedah? Tentu saja, sesuatu yang tak bernyawa. Hewan? Bukan, melainkan manusia. Adakah yang mau menjadi relawan? Tentu tidak bila masih hidup. Tapi ternyata keliru. Permasalahannya bukan pada horor, melainkan pada tingkah laku para pembedahnya. Bagi penulis sendiri, akan lebih menarik bila dijadikan horor seputar pembedahan. Tapi sayangnya bukan itu. #Dan, sebelum menonton film ini, akan lebih baik bila tidak makan terlebih dahulu. Menyiapkan obat sakit kepala atau obat penawar mual-mual. Sebab disini penggambaran filmnya cukup detail seputar kejahatan dunia bedah-membedah. Selain itu, disamping cerita crime, juga cukup vulgar untuk penggambaran bercinta-nya. Jadi, memang film khusus bagi mereka yang dewasa dan kuat melihat darah serta pembedahan. Pathology (2008)

Hantu terbakar cemburu

Sehabis selesai produk ketiga dengan menghitung anak tangga sampai ke-29 , disini justru "kembali" down. Kualitas cerita dan horornya kurang begitu menanjak dibandingkan dengan seri Wishing Stairs. Yang membuat kurang menarik adalah sisi "misterius" hilangnya karakter Young Eon kurang dieksplor menjadi horor. Justru terasa menjadi drama ketika Sun Min malah menerima "suara demi suara" tanpa wujud sebagai media pertemanan baru. Masih sama gayanya dengan produk Whispering lainnya, baik di pertama kedua atau ketiga semua masih memakai gaya bersetting di sekolah khusus wanita. Kemudian ada satu konflik utama kemudian di luar konflik utama diberikan satu karakter " freak " atau aneh yang awalnya seolah berdiri sendiri dengan tatapan dan tingkah polah yang tidak biasa. Alur ceritanya juga biasa saja kurang mendukung sisi horor begitu pula sebaliknya sisi horor terasa biasa saja. Ada satu yang menonjol dan paling tidak sampai ke s

Buah dari harapan di ujung anak tangga ke 29

Di episode ketiga serial bisikan koridor ini menampilkan sisi cerita yang lebih menarik dibandingkan dengan seri pertama dan kedua . Masih memakai gaya tema sekolah khusus wanita dan juga masih memakai gaya cerita dua bagian berbeda awalnya yang berada dalam satu cerita. Disini ada Hye-Ju yang sedang memimpikan tubuh langsing, dan di satu bagian lagi ada kisah persahabatan antara dua balerina Jin-Sung dan So Hee. Bagian Hye-ju kemudian di tengah cerita digabung dengan konflik antara Jin-Sung dan So Hee. Konflik utama antara Jin Sung dan So Hee yaitu seputar kompetisi persaingan memperebutkan lakon balerina Giselle dan Albercth. Konflik Jin Sung dan So Hee ini mengingatkan pada gaya konflik Black Swan yang dibintangi Natalie Portman . Untuk sisi horornya, disini juga lebih baik dibandingkan dengan dua seri sebelumnya. Tidak padat namun tepat penempatannya dalam alur cerita dan sebagai penunjang cerita tak hanya menampilkan darah-darah semata. Jalan ceritanya lebih mud

Memento Mori

Sekuel dari Koridor Berbisik pertama . Masih tetap bercerita seputar sekolah yang muridnya hanya wanita alias hanya siswi tanpa ada siswa. Masih ada aroma affair murid dan guru. Konfliknya aneh dan datar-datar saja. Horornya tidak begitu terasa. Whispering Corridors 2 : Memento Mori (1999) - 5/10

Selamat datang di penjara, Jenderal

So, I salute to you or you salute to me? Well, saluting is prohibited in here, General. Konfliknya menarik. Seorang Jenderal masuk ke dalam penjara sebagai narapidana baru. Jenderal bintang 3 (versi penulis). Penjaranya, tempat para army bermasalah. Dan di penjara tersebut jabatan paling tertinggi adalah Colonel sebagai kepala penjara. Hal itu jelas menimbulkan gesekan tersendiri yang menarik. Di samping timbul konflik pengaruh jabatan, karena narapidana baru ini adalah seorang Jenderal, lainnya adalah sistem dalam penjara itu sendiri yang tak sesuai dengan Manual Of Conduct yang berlaku. Robert Redford dan James Gandolfini sama-sama berperang akting di dalam film ini. Penampilan mereka sama-sama kuat membawa peran masing-masing serta memberi kontras warna film ini. The Last Castle (2001) - 7/10

Revenge drama

Sebenarnya film ini dibungkus dengan alur cerita serta konflik yang tidak hanya straight lurus begitu saja, melainkan berliku dan beraroma seperti misteri. Tapi, masuk semakin dalam, sepertinya biasa saja bahkan bisa menebak mana yang jahat mana yang baik. The Glass House (2001) - 6/10

Minyak itu mahal

Tema yang diangkat dalam film ini sebenarnya banyak ditemukan dalam dunia nyata. Terorisme. Dan berbicara terorisme tentu akan menjadi hal yang sangat sensitif. Ada beberapa hal yang dapat direnungkan dari film garapan Peter Berg ini, antara lain: - Kekerasan akan melahirkan kekerasan yang lain. Dendam satu akan melahirkan dendam yang lain. Tak akan pernah berhenti. - Bila dirujuk ke atas, seperti film ini, sebenarnya bermuara pada satu masalah. Uang. Harta. Materi. Sebut saja Arab Saudi yang disebut memiliki sumber daya alam melimpah, khususnya minyak. Siapa yang tak tertarik? Atau siapa yang tertarik dengan melimpahnya sumber daya kehidupan? - Lalu terorisme sendiri? Sepengetahuan awam bagi penulis, kadang aksi terorisme dibarengi dengan jumlah dana yang tidak sedikit. Perlu ada yang benar-benar siap di belakang seksi pendanaan. - Semua menginginkan harta. Semua butuh materi. Dan semua tak bisa hidup bahagia tanpa uang. - Dan, tak selamanya, meski sepaham