Skip to main content

Posts

Mimpi,tekad,nekad,dan skill dalam misi In Search Of Diego

Meski sudah berkali-kali menyimak, penulis masih menikmati sisi ambigu film ini. Susah sekali membedakan antara film atau dokumentasi. Penulis lebih suka menyebutnya dengan film - dokumenter. Mereka berlima. Woody-Mike-Danny-Sammy-Jeremy. Mereka dari daratan Inggris. Memiliki skill yang sama yaitu bermain sepakbola genre freestyler . Mereka memiliki idola yang sama. Dan dipersatukan lebih erat dalam misi ciptaan mereka yaitu In Search Of Diego . Diego who? Absolutely Diego Maradona . Dari Inggris mereka "berjalan" ke Argentina sebagai tim sepakbola. Tiang gawang yang dituju adalah bertemu pujaan sang idola, Diego Maradona. Mustahil? Sisi dokumentasi film ini mampu menepiskan atau menipiskan garis beda film atau hanya rangkaian rekaman pribadi. Tanpa akting. Plot storynya benar-benar seperti terlunta dalam perjalanan panjang serta "mengamen" mencari uang untuk tiket pesawat ke Argentina. ***Salah satunya adalah ketika tampil di tengah hadapan pendukung

Kehebohan di panggung belakang panggung

Penulis pertama kali mengenal nama Jay-Z justru dari Linkin Park ( big fans ). Mereka pernah membuat album duet yang sangar dan berkualitas emas. Itulah alasan utama menyimak dokumenter ini - Jay Z. Film ini memang seputar perjalanan konser A Hard Knock Life hampir 2 bulan lebih nonstop yang dilakukan oleh para hip-hop rapper dari label Roc A Fella. Dari sekian banyak sesi artis yang ditampilkan hanya beberapa yang akrab bagi penulis. Jay Z ( rhyme rap nya memang menonjol) dan DMX (sering main film). Sayang, bagian Jay Z kurang maksimal. Tidak ada sesi interview khusus buat Jay Z disini padahal yang lain diberi kesempatan bicara banyak. Satu lagi, (mungkin) bagi fans atau yang memang sudah familiar dengan Ja Rule, Amil, Method Man, Memphis Bleek, dokumenter ini akan lebih mudah dicerna dan wajib dikoleksi. Backstage (2000) - 6/10

Full house inside elevator

Pertama kali (dulu) menyimak film ini, spontan langsung teringat gaya film Blackout . Dua film itu sama-sama memakai satu tempat untuk mengeksplorasi situasi mencekam dalam kesempitan yaitu lift. Lalu apa yang beda? Tentu saja tema film. Bila di blackout berisi kisah 3 orang dengan background berbeda, disini memakai "serangkai kartu full house". 3 pria, 2 wanita. Dari segi horor, tampilan Devil jauh lebih baik. Tidak datar. Memakai pola cekam-tenang-cekam-tenang dan seterusnya hingga twist. Lebih menonjol dalam kedalaman cerita. Tidak dangkal dan tidak terperangkap pada lift tapi jauh lebih dalam membungkus teka-teki yang lumayan apik. Ada double twist . Setidaknya itu yang penulis tangkap. Twist pertama, sangat dramatis. History link yang dipakai sudah cukup mengena. Sayang, twist yang kedua kurang terasa dan akhirnya membuat tensi film jadi turun. Tanpa twist kedua sebenarnya film ini sudah menarik. Ada missing story yang penulis alami meski harus sampai le

Honor and respect

Kesan yang tertangkap setelah menyimak film HBO Films ini adalah sunyi. Kedalaman cerita lebih banyak disampaikan melalui gaya. Style yang cukup menyentuh dengan pengambilan sudut demi sudut yang sangat apik. Penulis juga sangat menyukai Kevin Bacon disini. Gaya Kevin mewakili sosok perwira nyata Mike Strobl yang mengajukan diri sebagai relawan dalam tugas escort duty untuk Chance Phelps. Rapi, tegas, dan berwibawa menjunjung tugas dan militer. Salah satu adegan yang penulis suka adalah ketika menolak tegas melepaskan jas militer di bandara dan secara tanggung jawab mengawal Chance Phelps pulang meski dalam kondisi seadanya. Ada beberapa segmen yang mau tidak mau menyentuh perasaan haru sekaligus kagum. Segmen bandara menyimpan keharuan duka sekaligus kebanggaan. Penggambaran di segmen bandara ini berhasil menciptakan nuansa haru yang mendalam. Segmen lainnya adalah ketika Mike Strobl melakukan escort duty nya melalui jalur darat. Tanpa dikomando, sekumpulan mobil pribadi

Karang

Setelah Open Water dan Adrift, ini adalah film "saudara" ketiga bagi penulis seputar petaka liburan di atas lautan samudera. Penulis menyukai gaya film sejenis ini karena tidak terlalu kompleks dalam mengikuti alur. Kunci film ini adalah kekuatan visualnya, penulis katakan berhasil apabila film mampu memindahkan imajinasi atau ikut merasakan saat menonton ke dalam posisi survival karakter yang ada di jalan cerita. Tentang perjalanan berlibur yang berubah menjadi petaka. Formula cerita masih sederhana dan sama dengan baik Open Water maupun Adrift. Intro lalu konflik. Kedalaman cerita tidak rumit. Sisi konflik dan ketegangan di atas laut yang ditampilkan sudah cukup realistis dan natural hanya terasa kurang rapat terlalu banyak bagian " wait and attacked " *Film ini dan mungkin sejenisnya kadang sudah memberi clue di sesi awal. Tampak disini karakter mana yang lebih disorot pada bagian intro drama percintaan, maka biasanya menjadi the last one * **D

Berjuang ke atas Godspeed

Merupakan sekuel dari Open Water . Temanya masih sama terjebak di samudera. Hanya saja disini dipoles dengan kedalaman cerita. Konflik juga lebih lebar. Bagi penulis cerita disini cukup bagus dan terasa sisi ironisnya. Penyebab konflik akibat kekonyolan yang akhirnya menyebabkan drama seteru antar rekan memberi warna berbeda dengan konflik di Open Water. Hanya di bagian ending terasa "lemah" dalam maksud. Open Water 2 : Adrift (2006) - 6/10

Fatal salah hitung

Daniel dan Susan pergi berlibur dengan acara scuba-diving . Namun, sayangnya mereka terkena sial dan tertinggal. Penulis suka tema film ini. Unik simple dan based on true event. Cukup realistis dan terasa feel nya ketika proses salah hitung terjadi. Frustasi. Bingung. Tak percaya tapi terjadi. Adegan konflik dengan predator laut juga terasa halus dan natural. Tidak rapat dengan jejalan adegan mengerikan tapi sedikit-demi-sedikit untuk rasa ketegangan. Meski durasinya terbilang cukup pendek namun cukup berkesan. Memorable scene bagi penulis adalah di sesi twist perut ikan. Memilukan. Open Water (2003) - 7/10