Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Review

Bila kita tidak mencurangi hidup, maka hidup lah yang akan mencurangi kita

Ini namanya film berkualitas. Yang paling menarik perhatian Movielitas sejak film dimulai hingga akhir adalah, kalau benar istilahnya, sinematografi. Keren. Berbeda dan modern. Tidak kalah dengan Hollywood punya. Konflik ceritanya, konon menurut wikipedia diinspirasi dari kejadian nyata, pun sangat sederhana sebenarnya. Konflik yang diangkat sangat lumrah terjadi di dunia nyata, yaitu contek-mencontek antara siswa. Bila terjadi aktifitas contek-menyontek dalam lingkup sekolah, mungkin masih biasa. Namun menjadi luar biasa ketika mulai menyentuh level ruang lingkup internasional. Konflik drama per-sekolahan ini juga sedikit melenceng dari ekspektasi Movielitas. Tidak ada adegan romantis percintaan kisah kasih di sekolah. Dan, bagi Movielitas, film ini mungkin akan lebih menarik bila ruang lingkup cerita hanya sebatas sekolah. Karena menurut Movielitas, konflik cerita menjadi agak "berlebihan" ketika memasuki babak ujian masuk kampus Amerika. Sampai berbekal percetakan barcode

Saat Abalam benar-benar belum mau pergi

" Sangat aneh bila mendengar judul The Last Exorcism atau pengusiran setan Terakhir menjadi sekuel. Bila ada "terakhir" kenapa dibuat sekuel? Mungkin karena faktor edisi sebelumnya cukup sukses di pasaran, akhirnya mau tidak mau secara bisnis harus ada sekuelnya. Kali ini Movielitas berkesempatan menonton sekuelnya yang ternyata masih tersimpan di rak daftar tayang Netflix. Karena lupa dan benar-benar sangat lupa detail seri pertamanya, awal menyimak cerita film ini memang terasa hambar dan bingung. Film ini masih menyambung dari seri sebelumnya, yaitu seputar tokoh Nell Sweetzer, yang dikisah sebelumnya mengalami kerasukan. Kali ini Nell diceritakan tinggal di sebuah penampungan. Merasa bahwa bayangan kegelapan yang hinggap di diri Nell telah pergi, namun dugaan tersebut salah. Nell kembali mengalami gangguan-gangguan selama di penampungan. Gaya horor film garapan Ed Gass Donnelly ini masih standard saja. Lebih bermain di adegan jumpscare atau adegan kejut dengan dentum

Keluar dari Dunkirk

Kali ini dapat jatah film berlatar belakang perang Jerman lawan Inggris. Dan, Movielitas yang sedikit lemah geografinya, baru tahu kalau ternyata Dunkirk ini adalah nama tempat. Kalau di literasi resmi, Dunkirk ada di Perancis sana. Bagi Movielitas, film ini berat di alur cerita. Merajuk pada rating IMDB, film ini cukup bagus. Namun, Movielitas kurang bisa mendapatkan yang menarik dari film garapan sutradara kenamaan Christopher Nolan ini.  Di awal film, hal yang membingungkan untuk Movielitas adalah nama karakter dan sepintas terlihat mirip susah membedakan. Alur film ini, yang Movielitas lihat, seperti berjalan dengan tiga sudut pandang dengan masing-masing konfliknya.  Pertama, dari sudut pandang tentara Inggris, yang nama karakter-nya kurang begitu jelas, menyelamatkan diri dari kejaran tentara Jerman, lalu dilanjutkan dengan konflik perjuangan melarikan diri dari Dunkirk. Kedua, dari sudut pandang dua orang pilot. Pilot ini bertugas menghalau pesawat Jerman yang berusaha menghancu

Drama penyanderaan yang "ganjil"

Kalau membaca dari ulasan singkat yang tertera, lumayan menarik rasa penasaran. Sebuah film dokumenter yang berisi rekaman asli langsung dari Tempat Kejadian Perkara. Tepatnya kejadian perampokan disertai penyanderaan yang terjadi di Jerman Barat pada 16 Agustus 1988. Perampokan dan drama penyanderaan ini dilakukan oleh tiga orang (dua pria dan satu wanita) dimulai dari sebuah bank di pagi hari yang sangat cerah. Drama penyanderaan selanjutnya berlangsung selama 54 jam lamanya dan memakan korban dari pihak sandera. Entah karena pada era tersebut, teknologi belum secanggih saat ini atau bagaimana, kesan yang muncul saat menonton dokumenter ini ada sedikit rasa aneh sekaligus "menggelikan". Drama penyanderaan yang berlangsung di bank kemudian berlanjut di sebuah bus umum, berhasil diliput oleh banyak media baik cetak maupun televisi dan radio. Tidak tanggung-tanggung, para awak media ini berhasil meliput dari jarak yang sangat dekat bahkan seperti disambut hangat oleh pelaku de

Teknisi tua mendapat tugas di angkasa

Gaya film ini mengingatkan Movielitas pada gaya film Hangover kemudian ada versi "gaek" nya yaitu Last Vegas . Jika dilihat dari tahun produksinya, film ini terbit 2 tahun setelah Armageddon rilis. Sebut saja ini adalah versi "gaek" dari Armageddon . Disutradarai dan dibintangi sendiri oleh Clint Eastwood. Entah kenapa, dibandingkan film Clint lainnya, Movielitas kurang begitu masuk dengan gaya film ini. Mungkin karena jaman yang sudah berbeda. Berkisah tentang seorang veteran Frank Corvin yang secara khusus diminta membantu NASA untuk memperbaiki sistem satelit ciptaannya. Seperti di Armageddon, Fank Corvin disini memberi penawaran balik kepada NASA untuk membawa tim nya sendiri. Tim yang berisi rekan seperjuangan Frank saat masih aktif di militer. Konflik ceritanya terletak mengapa satelit yang sudah dianggap berusia tua menjadi begitu penting bagi militer Amerika. Overall, secara plot cerita, film ini bisa ditebak. Dramatisasinya pun bisa ditebak arahnya. Untuk

He knows things before we do

Sajian kali ini merupakan sekuel dari The Equalizer. Masih dengan favorit Movielitas, Denzel Washington, melanjutkan petualangan sang Robert McCall sebagai The Equalizer. Dan juga masih diarahkan oleh sutradar Antoine Fuqua. Kali ini kisah tentang Robert McCall langsung menggebrak dengan 3 konflik sekaligus dalam satu film. Dua konflik kecil, satu konflik utama. Konflik kecil nya seputar hubungan Robert McCall  sebagai driver dan penumpang yang sudah sangat tua dan kehilangan saudaranya. Konflik kecil lainnya adalah seputar hubungan Robert McCall dengan tetangga kos. Serta satu konflik besarnya adalah seputar tokoh Susan, yang di episode perdana sebelumnya juga ikut tampil dengan porsi kecil sebagai teman sekaligus sumber informasi bagi Robert McCall. Kisah Robert McCall ini diangkat dari sebuah serial televisi era 80an. Movielitas sendiri tidak pernah tahu serial tersebut, tapi pastinya tokoh Robert McCall kali ini sudah diadaptasi ke jaman sekarang. Robert McCall kali ini ditampilkan

Dendam yang belum terlupakan dibalik pestisida dan arak beras

Jujur saja, awal pembukaan film, Movielitas tertarik. Cukup bagus kisah misteri pembunuhan dengan racun yang dilempar. Berkisah tentang sebuah acara penghormatan terakhir kepada orang meninggal di sebuah pedesaan Korea yang berakhir tragedi keracunan minuman. Dari tragedi keracunan minuman arak beras tersebut, lahir cerita baru yang bercabang antara kisah cinta, konflik keluarga, dan nuansa politik. Namun sayang, semakin ke dalam film ini berjalan kurang menarik. Plot cerita misterinya cukup bagus namun berjalan dengan alur cerita yang kaku. Konflik pembunuhan dibuat bercabang semakin membuat film terasa datar dengan alur ceritanya. Dramatisasi khas ala Korea juga masih ada tapi tidak banyak membantu. Overall, kurang menarik. Innocence (2020) -5/10

Annie dan segala kehilangannya

Sebuah sajian drama penuh perasaan. Konflik yang diangkat disini sangat manusiawi sekali.Karena setiap manusia tidak akan luput dari salah dan lupa. Kunci cerita ada pada tokoh Annie yang bertubi-tubi menerima "cobaan" dari kesalahannya sendiri. Mulai dari kehilangan biduk rumah tangga, berselingkuh dengan suami teman, dan kehilangan anak. Bagi Movielitas cukup bagus. Konfliknya tidak "keras" menggebu-gebu, tapi lembut mengena. Dan nyawa film ini ada pada kualitas tinggi akting aktris Kate Beckinsale. Alur ceritanya tercabang-cabang, untungnya masih bisa dicerna tidak membingungkan. Keseluruhan, film ini cocok bagi pecinta drama yang mengangkat seputar kehidupan manusia tanpa bumbu fantasi sisi kemanusiaan yang berlebihan. Snow Angel (2007) - 6/10

Misi mengantarkan sang anak kepada manusia

Kali ini memilih film semi horor. Kenapa dibilang "semi", karena menurut Movielitas tema film ini "seharusnya" bisa menjadi horor tapi tidak ditonjolkan sedemikian rupa. Lebih ke konflik internal keluarga saja.  Berkisah tentang sebuah keluarga kecil, yang tiba-tiba saja diceritakan telah berada di atas kapal, di sebuah sungai mengalir tenang di tengah-tengah padang rumput luas di daratan Australia. Baru kemudian diketahui bahwa keluarga Andy Rose ini adalah sedikit dari manusia yang masih bisa bertahan hidup sebagai manusia normal di tengah gempuran virus "mayat hidup" alias zombie. Beberapa poin yang bisa menarik perhatian Movielitas antara lain, konflik cerita film ini bisa dikatakan mirirp dengan I Am Legend . Atau 28 Days Later . Atau juga Zombieland . Bedanya, konflik per-zombie-an di film ini tidak ber-porsi besar dan keras seperti di I Am Legend apalagi Zombieland. Di film garapan sutradara Ben Howling dan Yolanda Ramke ini, konflik zombie "ka

Ketika Lisa McVey mencari orang yang mau percaya kepadanya

Sajian kali ini mengangkat kisah nyata sebuah tragedi kekerasan seksual yang dialami oleh Lisa McVey di masa kecilnya. Sangat miris sekali pengalaman yang dialami oleh Lisa Mcvey tidak hanya mengalami kekerasan seksual oleh seorang pembunuh berantai tapi juga dialami di dalam lingkaran keluarganya sendiri. Sekilas mengetahui sejarah kekerasan yang dialami oleh Lisa McVey ini, Movielitas ikut merasa prihatin dan miris. Terutama di sisi kekerasan yang dialami di dalam keluarga sendiri. Tapi, bagi Movielitas ketika tragedi Lisa McVey ini diterjemahkan ke dalam sebuah plot cerita film, terasa kurang mengena. Di sini Movielitas hanya menilai dari sisi film. Beberapa hal yang membuat film ini kurang begitu "kuat" dalam mewakili tragedi yang dialami Lisa Mcvey ini. Akting, di beberapa scene kurang begitu maksimal. Alur cerita memakai gaya lompat-melompat yang akhirnya seperti "sangat sedikit" menggali lebih dalam karakter Lisa McVey ataupun seputar tragedi.  Begitu pula d

Suara teror yang tak terdengar

Sebenarnya Movielitas menyukai gaya film seperti ini. Tidak banyak basa-basi dalam menuju inti konflik-nya. Tidak banyak tokoh yang dimainkan. One night story . Konfliknya ringan. Bukan berarti konflik berat tidak menarik, meski berat atau kompleks asalkan "mudah" dipahami atau dalam ber-musik ada istilah easy listening , tetap saja menarik. Tapi, ada kalanya gaya film seperti ini juga ada terasa konyol. Demi mengisi durasi, kadang ada adegan yang sebenarnya simple saja tapi karena namanya juga film, mau tidak mau harus ada ceritanya. Film garapan sutradara Mike Flanagan ini bergaya horor-teror. Diproduksi oleh Blumhouse. Kalau sudah Blumhouse Prod. , bisa dibayangkan film Paranormal Activity atau Insidious . Gaya opening-nya saja mirip dengan Insidious. Dan, gaya horor kejat-kejut alias jumpscare masih jadi senjata andalan.  Berkisah tentang seorang wanita, Maddie, yang sejak muda mengalami gangguan bicara dan pendengaran. Maddie secara luar biasa berani tinggal sendirian

Ingatan sang pembunuh

Lagi-lagi mendapatkan kisah film Korea yang cukup bagus. Konfliknya menarik dan membuat ikut berpikir dan penasaran sepanjang jalan ceritanya. Berkisah tentang seorang Kim Byung Su yang tinggal bersama putrinya. Di balik sosok nya yang tua dan mengalami penyakit demensia ternyata Kim Byung Su menyimpan rahasia besar dalam hidupnya. Bahkan putrinya semata wayang, Eun Hee, pun tak tahu siapa sebenarnya ayahnya di masa lalu. Konflik film baru dimulai ketika Kim Byung Su tanpa sengaja menabrak sebuah mobil milik anggota kepolisian. Berdasarkan pengalaman dan keahliannya, Kim Byung Su meyakini bahwa polisi yang dia tabrak adalah seorang pembunuh berantai. Alur ceritanya tidak begitu sulit. Bisa diikuti. Untuk film Korea kali ini, Movielitas masih mudah mengikuti jalan cerita dikarenakan tidak terlalu banyak tokoh yang dihadirkan. Dan pastinya karena faktor dilema dalam konfliknya yang mebuat menarik. Konflik dalam film ini seakan-akan terus membujuk penonton untuk terus melawan keyakinan me

Lubang donat di dalam lubang donat

Kali ini mencoba menonton film yang banyak di-review bagus salah satunya karena unsur plot twist.Dan Movielitas pun penasaran seperti apa drama di film ini. Hasilnya di bawah ekspektasi. Berkisah tentang keluarga kaya raya Harlan Thrombey dengan keluarga besarnya. Di suatu pagi sehari setelah merayakan pesta ulang tahun, tanpa diduga Harlan Thrombey ditemukan tewas dengan dugaan bunuh diri di ruangan pribadinya. Yang menjadi misteri adalah siapa pembunuh Harlan Thrombey mengingat malam sebelum kematian Harlan diadakan pesta ulang tahun yang dihadiri keluarga besar kerabatnya sendiri.  Unsur misterinya sendiri menarik dengan banyak tokoh yang dimunculkan bersama motif sendiri-sendiri yang bisa menjadikan tersangka. Penonton diajak bersama-sama menebak mana yang menjadi pembunuh Harlan Thrombey. Hanya saja karena daya tangkap lemah membuat Movielitas kurang begitu tertarik. Gaya urai cerita yang silih berganti dengan cepat seolah tanpa memberi kesempatan dari masing-masing tokoh tersangk

Misteri sang bintang yang diredupkan

Kali ini mencoba sajian dokumenter Netflix yang memang di beberapa kesempatan sejauh yang Movielitas bisa simak hingga saat ini, dokumenter versi Netflix agak sedikit berbeda. Lumayan bagus ulasannya. Seperti dokumenter satu ini, yaitu tentang mega bintang era tahun 1950-1960an. Movielitas sendiri hanya mendengar nama besar Marylin Monroe. Tidak besar di era kejayaan sang mega bintang tersebut. Sejauh yang Movielitas tentang nama besar Marylin Monroe adalah aktris cantik, sexy, super hot, sensual, dan "panas". Singkatnya, aktris yang meraih simbol seks pada era-nya. Dan kelirunya adalah Movielitas awalnya mengira Marilyn Monroe ini adalah mega bintang bidang tarik vokal alias penyanyi.  Selama ini Movielitas sendiri belum pernah menonton dokumenter apapun tentang Marylin Monroe. Dan, baru kali ini berkesempatan menyimak sebuah dokumenter garapan sutradara Emma Cooper. Sudut pandang yang dipakai dalam dokumenter ini adalah hasil investigasi dari seorang penulis buku asal Iraln

Loyalitas Tae-Gu yang dilukai

Film yang digarap sutradara Park Hoon Jung ini bergenre drama. Salah satu drama yang menurut Movielitas berjalan sangat lamban untuk menuju klimaks. Berkisah tentang Tae-Gu yang mempunyai kharisma sebagai anggota gangster Korea. Kharisma Tae-Gu membuat dirinya seperti diperebutkan dua kelompok gangster besar di Korea. Harga kharisma Tae-Gu tersebut ternyata dibayar mahal dengan kematian sang kakak dan ponakan kesayangan Tae-Gu. Tak berpikir panjang, Tae-Gu langsung menargetkan sosok dalang kematian sang kakak dan ponakan. Aksi balas dendam Tae-gu ternyata berbuntut pelik dan panjang. Plot cerita yang ditampilkan khas Korea. Tidak hanya satu konflik, melainkan berlapis. Hanya saja menurut Movielitas, tempo cerita nya berjalan sangat lambat sekali.Paling menonjol disini adalah akting Jeon Yeo Been sebagai Jae Yeon yang merupakan karakter wanita mengidap penyakit ganas dengan backgroud masa lalu yang kelam. Dan, scene paling berkesan sepanjang film ini mungkin justru di 15-20 menit akhir

Mari kita rebut uang kita kembali

Kali ini ada sajian hiburan komedi ringan. Berkisah tentang tiga orang manula yang bersahabat. Hingga satu waktu karena himpitan ekonomi memaksa salah satu dari mereka memunculkan ide untuk berbuat nekat yaitu merampok sebuah bank. Konflik dalam film ini sederhana sekali.Irama dan tempo jalan ceritanya pun sangat santai. Komedinya tidak istimewa sekali. Setidaknya bisa menghibur di saat santai. Soal akting, Movielitas tidak perlu membahas kualitas para aktor gaek senior. Morgan Freeman pastinya sudah sangat dikenal. Penggemar serial film Batman juga pastinya tahu karakter Alfred. Overall, film garapan sutradara Zach Braff ini lumayan menghibur dengan komedi ringannya. Secara tidak langsung pula, film ini mengandung pesan moral bagi penonton bahwa semua manusia pasti akan menua pada waktunya. Bisa jadi kita akan mengalami hal yang sama dengan apa yang dialami oleh salah satu karakter utama di film ini. Sendirian dan uang akan menjadi akar dari semua permasalahan di muka bumi ini sedangk

Imajinasi anak kecil yang membasahi tanah

Kali ini pilihan kembali jatuh ke genre favorit Movielitas yaitu based on true story alias kisah nyata. Mengambil kisah dari tanah Afrika tentang perjuangan seorang bocah yang terlahir dari keluarga miskin keluar dari kesulitan ekonomi akibat kondisi cuaca dan politik di kampung halamannya. Film yang disutradarai aktor Chiwetel Ejiofor yang juga ikut bermain sebagai Trywell berkisah tentang seorang anakWilliam Kamkwamba yang memiliki bakat serta ketertarikan di dunia elektrik. Kesulitan ekonomi yang dialami keluarganya membuat William kesulitan untuk mendapatkan pendidikan. Meskipun keluarga Trywell memiliki tanah namun tidak produktif dikarenakan watak Trywell dan kondisi cuaca yang tidak mendukung. Keingintahuan serta bakat yang dimiliki oleh William membawa ke sebuah penemuan kecil dan sederhana namun setidaknya bisa berdampak positif bagi warga di kampungnya. Dari segi plot cerita, bisa dikatakan biasa saja. Meskipun mungkin dibintangi oleh sederet artis yang kurang familiar namun

Melarikan diri kembali ke masa lalu

Bicara soal film tidak lepas dengan yang namanya selera. Kembali ke selera masing-masing. Kali ini Movielitas memilih menikmati sajian dari rak merah Netflix, yang banyak dinilai bagus. Dan, Movielitas pun penasaran. Awalnya Movielitas sudah tahu bahwa film ini bergenre fantasy (science fiction). Sebuah genre yang agak "berat" bagi Movielitas yang gemar film-film based on true story . Berkisah tentang seorang pria dari tahun 2050 yang melarikan diri dan kembali ke tahun 2022. Di tahun tersebut, pria itu - Adam Reed - menemukan dirinya sendiri di usia dua belas tahun.Melarikan diri kembali ke masa lalu bukan berarti menyelesaikan masalah, namun justru ada masalah yang harus diselesaikan di tahun 2018. Plot ceritanya bagi Movielitas agak "berat". Setidaknya harus mengulang beberapa kali agar bisa memahami. Konflik utama nya pun kurang begitu paham. Antara menyelamatkan dunia, atau menyelamatkan pujaan hati sang Adam, atau bertemu dengan pencipta proyek Adam. Ada sedik

Membayar hutang masa lalu di negara baru

Kali ini sajian horor dari negara Inggris. Kisahnya seputar "keluarga kecil" yang terdiri dari, Bol (ayah), Rial (ibu) dan Nyagak (anak) yang lari dari negara Afrika untuk kemudian mencari perlindungan suaka di negara Inggris. Di tengah perjuangan menuju Inggris, tragedi dialami oleh keluarga Bol. Nyagak sang putri diceritakan terjatuh dari perahu yang mereka tumpangi dan tidak terselamatkan nyawanya.  Seperti layaknya mendapatkan undian jackpot, Bol dan Rial yang berhasil sampai di Inggris, mendapatkan kesempatan bebas dan bisa tinggal di Inggris. Tidak hanya kebebasan, Bol dan Rial juga langsung mendapatkan sebuah rumah untuk mereka tinggal. Namun, untuk kebebasan dan tempat tinggal selama di Inggris, mereka harus menerima sekian persyaratan yang harus ditaati, antara lain dilarang untuk berpindah rumah. Sejak awal, film ini cukup bisa menarik perhatian. Horor seputar rumah juga lumayan bagus. Tidak memaksa dijejali dengan adegan jumpscare. Chemistry akting antara Sope Diri

Saat Ghostface kehilangan reputasi seramnya

Selama ini Movielitas hanya baru menonton versi kelima dari film berantai Scary Movie . Kali ini mendapat kesempatan menonton versi perdana-nya. Dan ya begitulah... Sepanjang yang Movielitas ingat dulu, film ini cukup fenomenal karena berani memparodikan film yang juga fenomenal pada jamannya yaitu Scream. Menurut pendapat Movielitas, untuk bisa lebih menikmati parodi Scream di film ini memang seharusnya menikmati dulu film Scream.  Plot ceritanya pastinya sama dengan alur cerita Scream . Tentang pembunuh berantai bertopeng tengkorak yang berkeliaran membunuh para kawula muda. Sama sekali tidak menegangkan apalagi menyeramkan. Gaya parodinya terasa sangat kasar dan vulgar hampir di setiap scene.  Menikmati film parodi ala Scary Movie ini memang kembali ke selera masing-masing penonton. Pastinya ada yang suka dan ada yang kurang cocok. Overall, film ini cocok sebagai hiburan ringan alternatif dari ketegangan film Scream. Hanya saja untuk usia memang harus di atas 21 tahun agar tidak gam